Share

Bab 6

Penulis: Amrita
Pikiran Wanda kosong seketika, seakan ada gelombang besar datang menghantamnya, merobek tubuhnya, membangkitkan kemarahan dan rasa terhina dalam dirinya.

Dengan ekspresi datar, dia mengulurkan tangan, mengambil kalung itu.

Mata Nadya tiba-tiba berbinar, kilatan sinis menari di dalamnya.

Harvey bersandar di sofa, mengalihkan pandangannya. Wanda tidak ubahnya seperti seekor anjing, baru saja diabaikan, tetapi begitu dipanggil dengan satu gerakan jari, dia langsung mengibas-ngibaskan ekornya.

Dengan menggunakan satu jarinya, Wanda menarik kalung dari leher Nadya.

Dia meletakkan kedua kalung itu berdampingan.

"Nadya, kalung di lehermu ini, kualitas kerang mutiaranya lebih baik. Aku tukar denganmu, ya. Gimana menurutmu?"

Jika dia langsung menunjuk bahwa ini adalah barang palsu, Nadya pasti bisa menciptakan banyak alasan untuk menghindari tanggung jawab.

Dia ingin membuat Nadya menelan kekalahan tanpa sadar.

Kalung tipis itu menjerat tengkuk Nadya.

Nadya jelas terkejut. Awalnya, dia justru menantikan momen ketika Wanda mengenakan kalung palsu itu dengan polosnya, lalu menjadi bahan tertawaan di luar.

Namun, ternyata Wanda langsung bisa membedakan kualitas kedua kalung itu.

Merasa agak bersalah, Nadya buru-buru melirik wajah Harvey.

Hadiah rekonsiliasi itu adalah inisiatifnya sendiri, dikirim atas nama Harvey.

Dia tidak bisa membiarkan Harvey berpikir bahwa dia sengaja membeli kalung palsu untuk Wanda.

"Kak Wanda, apa pun yang kamu mau, aku akan kasih!"

Dengan murah hati Nadya melepas kalung dari lehernya.

Dia memberikan kalung asli itu kepada Wanda, namun Wanda tidak menerimanya.

Wanda malah dengan santai mengenakan kalung palsu itu di leher Nadya.

"Ini lebih cocok untukmu."

Wajah Nadya memerah, cocok apanya! Kalung palsu ini harganya cuma 59 ribu, sedangkan kalung asli miliknya lebih dari 20 juta!

Wanda mengambil kalung asli yang ada di tangannya, lalu membuangnya ke tempat sampah.

"Kak Wanda! Kalau kamu marah sama aku, langsung saja hadapi aku, kenapa harus merusak kalung ini?"

Suara Nadya terpotong oleh Wanda. "Kalau kamu benar-benar ingin kalung itu, ambil saja sendiri, lalu kenakan lagi."

"Wanda! Apa kamu benar-benar nggak mau memperbaiki hubunganmu dengan Harvey?"

Nadya berbicara sambil mencoba melepaskan kalung palsu dari lehernya. Dia merasa akan alergi kalau terus memakainya.

"Aku datang ke sini bukan untuk rujuk. Harvey, aku nggak mau melanjutkan hubungan denganmu."

Wanda mengeluarkan sebuah dokumen, meletakkannya di depan Harvey, lalu berkata dengan tenang.

"Ini surat perjanjian perceraian, tolong tanda tangani."

Wajah tampan Harvey dipenuhi dengan ekspresi dingin.

Dia tersenyum sinis merendahkan, "Kalau kamu terus begitu, aku benar-benar akan anggap ini serius."

"Lihatlah surat perjanjian perceraian itu, aku harap kamu bisa segera menandatanganinya."

Jika dia marah, itu berarti dia belum benar-benar ingin bercerai. Namun kini, saat menatap wajah tampan Harvey, hatinya tidak lagi bergejolak sedikit pun.

Tujuh tahun pernikahan ini sudah membuat hatinya hancur.

Hanya dengan memutuskan hubungan dengan keluarga Ferdian, dia baru bisa memulai hidup baru.

Harvey membuka surat perjanjian perceraian itu dan melihat bahwa Wanda ingin membagi setengah dari kekayaan mereka setelah menikah.

Dia tertawa, menganggap Wanda bermimpi.

Namun, dalam detik berikutnya, wajah Harvey berubah serius. "Bagaimana kamu bisa tahu begitu banyak tentang aset yang ada atas namaku?"

"Kamu nggak perlu tahu bagaimana aku tahu tentang aset yang kamu punya. Aku sudah jadi ibu rumah tangga selama tujuh tahun, sekarang saatnya untuk menyelesaikan urusan ini!"

"Asetmu, uang, mobil, rumah, tanah, saham, semuanya akan dibagi dua. Setiap bulan kamu harus memberi anak kita 400 juta sebagai biaya pemeliharaan sampai dia dewasa."

Pria itu tersenyum, wajah tampannya yang biasanya dingin kini menunjukkan sedikit keceriaan.

"Hanya karena aku dan Nadya memakai jam tangan yang sama?"

Wanda menarik napas. "Tiga bulan yang lalu, saat ulang tahunmu, aku membeli sebuah jam dengan uang yang aku dapat dari investasi, kamu nggak pernah memakainya keluar."

Nadya berkata tanpa sengaja, "Kak Wanda, selera kamu terlalu ketinggalan zaman. Kalau Harvey memakai jam yang kamu kasih, orang akan menertawakannya!"

Kelihatannya, Wanda memang hanya sedang membuat keributan tanpa alasan.

Suara Harvey makin dingin. Sambil memegang surat perceraian itu, dia bertanya dengan tajam, "Kamu mau mengancamku dengan hal seperti ini? Kamu pikir ini permainan ya?"

"Kak Wanda, apa kamu benar-benar bercerai dengan Harvey karena aku?" Nadya bertanya pura-pura bingung.

Wanda tersenyum. "Kamu bisa mengatakannya lebih keras lagi, biar semua orang di rumah keluarga Ferdian dengar."

Wajah Nadya berubah canggung, suaranya pun melemah. "Kak Wanda, kenapa kamu jadi begitu galak? Dulu kamu nggak seperti ini!"

Melihat Nadya berada dalam posisi yang lemah, Jojo melompat turun dari sofa, seperti seorang prajurit kecil, berdiri di belakang Nadya.

"Mama, bisa nggak sih Mama lebih pengertian?"

Jojo menyilangkan tangan di dada, berkata dengan kesal, "Papa sudah kerja begitu keras, pulang ke rumah masih harus menghadapi kamu. Kamu itu orang luar, kenapa harus ikut-ikutan mau bagi harta Papa?!"

Pertanyaan anak itu menghantam dadanya, lalu Wanda menjawabnya.

"Karena aku sudah melahirkan anak-anak untuknya dan mengurus rumah tangga!"

Namun, Jojo tidak setuju dengan kata-katanya. "Mama setiap hari di rumah juga nggak lakukan apa-apa! Kalau mau bercerai dari Papa, ya sudah pergi saja! Aku nggak akan ikut Mama, aku nggak mau meninggalkan rumah ini!"

"Huh!" Jojo mengangkat wajahnya tinggi-tinggi. Dia sangat pintar, dia tahu kelemahan ibunya.

Mana mungkin ibunya tidak mau bersamanya!

Biasanya, ibunya paling takut kalau dia merajuk. Setiap kali dia marah, ibunya langsung berhenti dan menenangkannya.

"Jojo Ferdian." Wanda memanggil nama lengkapnya.

"Aku nggak berniat membawa kamu pergi. Sejak lahir kamu memang dilatih untuk jadi penerus keluarga Ferdian. Tapi aku nggak akan lagi selalu ada di sekitarmu."

Wanda berkata dengan tegas pada Harvey, "Dalam surat perjanjian perceraian, sudah jelas tertulis, aku hanya ingin hak asuh Sasha, aku nggak mau bawa Jojo."

Jojo menyilangkan tangannya di dada, bibirnya mencibir sangat jauh.

Hah! Dia tidak akan percaya omongan ibunya!

Mama mau bawa dia pergi, tapi dia jelas tidak akan mau. Jadi Mama bilang cuma mau bawa Sasha supaya tidak terlihat kalah!

Sasha itu cuma gadis yang manja! Tidak punya pendirian.

Harvey bertanya padanya, "Wanda, apa menurutmu kamu punya kemampuan untuk menjaga uang sebanyak itu?"

"Setelah cerai, bagaimana aku mengelola kekayaanku itu urusanku!"

Harvey tertawa mendengar kata-katanya. "Wanda, kamu nggak punya kemampuan untuk mengelola uang sebanyak itu. Nanti kamu bakal menangis dan datang minta tolong sama aku!"

"Tanda tangani saja." Wanda sudah tidak tertarik lagi berdebat dengannya. "Kita pisah dengan baik-baik, oke?"

"Kak Wanda, kenapa kamu bisa begitu serakah soal uang? Kalau kamu ambil separuh kekayaan Harvey, apa kata orang tentang keluarga Jinata?"

Nadya membela Harvey, sementara Wanda tersenyum sinis. "Kalau kamu memang menganggap uang itu nggak ada artinya, jangan coba-coba mengincar isi dompetku nanti."

"Tentu saja nggak akan!" Nadya langsung menyangkal. Dia merasa seakan-akan terjebak dalam perangkap Wanda, tetapi dia merasa Wanda tidak cukup cerdas untuk itu.

Harvey menurunkan suaranya, berbicara dengan nada seolah-olah memberi saran, "Kalau kamu sudah lelah, kamu bisa istirahat sebentar, ambil kartu tambahanku. Pergilah ke Eropa dan belanja sampai puas, lalu kembali."

Dia sudah cukup menjaga harga diri Wanda. Jadi ketika dia memberi celah untuk mundur, Wanda mestinya tahu diri dan mengalah.

Wanda merasa lelah dan menunduk. "Harvey, aku nggak cinta lagi sama kamu."

Selama tujuh tahun, pekerjaannya hanya menjadi pengurus rumah tangga, mengelola seluruh keluarga Ferdian. Pada akhir tahun dia harus menyerahkan laporan keuangan rumah tangga untuk diperiksa ibu mertua, dan ibu mertua juga sering melakukan pemeriksaan mendadak pada pengeluaran keluarga Ferdian.

Jangan harap dia bisa pergi ke Eropa untuk belanja. Begitu dia mengurus visa, ibu mertua sudah menelepon dan menyuruhnya tetap di rumah bersama anak-anak.

Dia terperangkap dalam lumpur keluarga Ferdian. Berkali-kali dia hampir kehabisan napas, tapi dia masih berharap Harvey akan mengulurkan tangan padanya. Namun, ketika dia benar-benar terhempas ke dasar, yang menunggunya di dasar hanyalah luka, berasal dari kata-kata pedas putranya yang berubah menjadi bilah-bilah pisau yang tajam.

Dia tidak lagi menunggu seseorang untuk menyelamatkannya.

Orang yang bisa menyelamatkannya, hanya dirinya sendiri!

Harvey tertawa sinis, ini adalah hari di mana dia tersenyum paling banyak sejak menikah dengan Wanda.

"Baiklah, seperti yang kamu inginkan, aku akan menandatanganinya. Aku juga mau lihat, bagaimana kamu bisa hidup setelah bercerai dariku!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Bunda Hafizh
tinggalin ja laki ga guna
goodnovel comment avatar
Wiwit Wijilestari
malas good novel
goodnovel comment avatar
Wendra Wati
yah dak bisa lanjut, tutup saja lg aplikasinya....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 330

    Tadi itu ... Andre bicara pakai bahasa manusia, 'kan?Apakah maksudnya benar-benar seperti yang mereka pikirkan?"Apa maksudmu?!" Fabian bingung, dia benar-benar tidak mengerti.Andre melihat wajah serius Fabian, lalu menyerahkan rekam medis yang sedari tadi dia pegang."Kakak ipar, tenang aja. Pacar adikmu ini sehat luar dalam."Fabian langsung membuka dokumen itu dan membaca dengan teliti proses operasinya.Beberapa istilah medisnya terlalu rumit dan asing, dia pun mengangkat kepala untuk menatap Andre, lalu kembali menunduk melihat lembaran itu."Kenapa kamu memasukkan batu akik itu ke dalam tubuhmu?!"Harvey langsung meraih rekam medis Andre dengan kasar.Fabian pun terpaksa melepas genggamannya.Begitu membaca isinya, wajah Harvey berubah kelam, lebih hitam dari tinta.Jarinya gemetar karena terlalu keras mencengkeram, urat-urat di punggung tangannya menyembul jelas.Beberapa lembar kertas itu diremasnya hingga berkerut.Dia melotot pada Andre dengan mata merah menyala. Seluruh tu

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 329

    Andre tidak menggubris Harvey, bahkan kehadiran Harvey tidak membuatnya terkejut sama sekali.Yang menarik perhatiannya justru sosok Wanda di balik pria itu.Tatapan Andre langsung membeku.Wanda berlari ke arahnya dengan mata penuh kekhawatiran.Begitu sampai di sisi Andre, dia langsung menggenggam pergelangan tangan pria itu.Andre menundukkan kepala, terkejut saat melihat Wanda menggenggam tangannya. Bulu matanya yang panjang dan lebat bergetar ringan.Wanda menoleh dan berkata pada Andre, "Aku tahu kamu datang ke dokter andrologi."Andre menatapnya dengan mata suram, penuh riak emosi. Baru saja dia hendak bicara, Wanda sudah berdiri di depannya, seperti induk ayam melindungi anaknya."Harvey, nggak usah mencampuri urusan kami!"Ekspresi kedua pria itu sama-sama berubah.Andre tersenyum tipis, sementara wajah Harvey menjadi sangat kelam.Harvey pikir dirinya bisa bersikap tenang, tapi saat Wanda dan Andre menjadi sebuah 'kami', dan dirinya, sang mantan suami, berubah menjadi orang l

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 328

    Harvey merasa seolah dirinya berada di medan perang. Asap mesiu yang tak terlihat bergulung-gulung di udara, dan tatapan Fabian yang dalam, kini memancarkan kilatan seperti binatang buas yang hendak menyerang.Suasana di dalam lift langsung membeku.Fabian membentak dengan suara rendah namun tajam, "Lepaskan Wanda!"Fabian berdiri menghalangi pintu lift. Harvey tahu, tak mungkin dia bisa keluar dari sana.Akhirnya, dia pun menurunkan Wanda.Wanda memegangi dadanya, merasa sangat mual. Dia ingin muntah ke arah Harvey, namun isi perut yang hampir keluar itu justru kembali tertahan di tenggorokan.Fabian segera menarik Wanda ke belakang tubuhnya."Harvey, kamu paham arti kata 'enyah' nggak?"Di dalam hati, Fabian sudah berkali-kali mengingatkan diri sendiri bahwa membunuh orang itu melanggar hukum. Itulah satu-satunya alasan dia belum menghancurkan kepala Harvey sampai saat ini.Namun, Harvey tetap tidak menunjukkan tanda-tanda mau pergi.Sebaliknya, dia mengulurkan kantong kertas berwarn

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 327

    Tak ada yang lebih menyakitkan daripada hal ini!Sesuatu yang dulu dimiliki, tapi tak pernah dihargai. Begitu kehilangan, barulah disesali terus-menerus, sulit untuk benar-benar melepaskan.Harvey menatap Wanda dengan sungguh-sungguh. "Kamu yakin memilih Andre?"Wanda menjawab dengan nada profesional, "Kami dan Perusahaan Setiadi sudah mencapai kesepakatan. Semua proyek terkait akuisisi sudah selesai dibahas. Upacara penandatanganan resmi akan diadakan minggu depan."Tutur katanya ringan dan datar, seolah tak memandang keberadaan lelaki itu sedikit pun."Pak Harvey, kamu datang terlalu terlambat. Mungkin kalau kamu mengajukan akuisisi ini enam bulan lalu, nggak akan ada yang berebut denganmu.""Namun sekarang, meski kamu menawarkan syarat terbaik pun, aku nggak akan setuju. Meski kamu bisa benar-benar menepati janji, nggak berbalik arah, aku tetap lebih memilih melewatkan 6 triliun, 10 triliun, bahkan seratus triliun yang kamu sodorkan ke depanku!"Tak peduli berapa banyak uang yang di

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 326

    Mendengar ucapan itu, Wanda pun tertawa.Sandy mengacungkan 6 jari ke arahnya."Harvey menawar 6 triliun!"Sandy menekan kedua tangannya di atas meja, suaranya bersemangat sambil berbicara."Kalau Jinata Teknova diakuisisi oleh Perusahaan Ferdian, aku bisa masuk ke dewan direksi Perusahaan Ferdian bersamamu!"Padahal, ini adalah sesuatu yang tidak pernah dijanjikan oleh Andre dalam proses akuisisi."Ini proposal akuisisi yang ditulis langsung oleh Harvey, lihatlah sendiri."Sandy menyerahkan satu bundel tebal proposal kepada Wanda.Tawaran harga dan syarat yang diberikan oleh Harvey sangat menggoda baginya.Wanda mengambil proposal itu tanpa melihat isinya sedikit pun.Dia langsung merobek halaman pertama dan memasukkannya ke mesin penghancur kertas.Lalu halaman kedua dan ketiga, semuanya ikut disobek Wanda.Gerakannya memasukkan lembaran-lembaran itu ke dalam mesin penghancur sangat tenang dan terukur.Proposal itu dipersiapkan oleh Harvey semalaman suntuk, tapi di mata Wanda, tidak

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 325

    Nadya menyeringai dingin dengan ekspresi sombong, "Aku ini putri kedua keluarga Jinata!"Sang sekretaris merapikan kerutan pada setelan kerjanya. Demi bisa menjabat sebagai sekretaris presdir, dia telah menghabiskan puluhan juta hanya untuk membuat setelan bisnis ini secara khusus."Bu Wanda sudah mengingatkan, kalau sekarang kamu sudah jadi asisten wakil presdir, maka kamu harus bersikap seperti seorang asisten. Ini jam kerja, jangan berkeliaran di kantor seperti dulu!"Nadya menyipitkan mata, menatap sekretaris presdir yang berani membantahnya itu.Dia berbalik, lalu menendang kursi dan vas bunga yang ada di lorong hingga jatuh ke lantai.Dengan tatapan garang, Nadya melotot ke arah sekretaris itu, "Mau nasibmu seperti vas itu?"Sambil berkata begitu, dia kembali mengayunkan kaki dan menendang vas tersebut ke dinding hingga pecah berkeping-keping.Pandangan Nadya terhadap lawannya makin congkak.Namun, sekretaris itu tetap tenang, sama sekali tak gentar menghadapi kesombongan Nadya.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status