Almira hanya bisa tertunduk lesu, gamis yang lusuh dan kotor akan dia kenakan diacara ijab qobul pernikahannya, hal yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, bagaimana bisa dia ada dalam situasi memalukan seperti ini dengan pria asing.
"Ayo nak, duduk samping putriku." Ajak ustadz kafi pada pria asing yang akan menjadi menantu dadakannya itu. Pria itu berjalan perlahan , menduduki kursi yang sudah disediakan oleh para warga. Tangis Almira semakin pecah, kala harus bersanding dengan pria yang sudah membuat mimpinya hancur dalam semalam. "Ya Allah, apakah ini jalan takdirku dalam mendapatkan jodoh?" Batin Almira lirih. "Namamu siapa?" Tanya ustadz Kafi. "Adrian Mahrez Wiguna." Jawab tegas pria bertubuh kekar dengan hidung mancungnya itu. "Baik, skarang kamu ikuti ulang ucapanku, sebagai wali nikah sekaligus bapak dari Almira kekasihmu." Ucapan sang bapak kembali membuat Almira hancur, dia tidak pernah sedikitpun melanggar aturan keluarganya dalam pergaulan dengan yang bukan mahrom. Selama ini Almira hidup dan tumbuh dalam keluarga yang memberikannya banyak ilmu agama, sehingga Almira memang wanita yang tidak pernah tersentuh. Dia menjaga jaga dengan lawan jenisnya sejak baligh dan sejak saat itupun, dia tidak tertarik untuk berpacaran. "Baik pak, saya akan lakukan." Jawab pria itu dengan lantang. Ustadz kafi mulai berjabat tangan dengan Adrian, dan penghulu pun mulai mengucapkan ijab qobul , hingga akhirnya dengan berat hati ustadz kafi pun mengulang ucapannya dihadapan Adrian. Dalam satu tarikan nafas, Adrian pun mengucapkan ijab qobul dengan mas kawin sebesar seratus ribu rupiah. "SAH....." Gemuruh suara warga dan para saksi telah menjadikan kini Adrian dan Almira sepasang suami istri yang sah secara agama dan juga negara, Almira hanya terdiam karena dia tidak tahu bagaimana cara melanjutkan hidupnya sebagai istri. "Alhamdulillah, selamat yah neng Almira kalau begini kan tidak perlu kalian berdua diarak keliling kampung." Celoteh salah satu warga yang sudah membawa Almira serta Adrian ke tempat pos jaga tersebut. Almira hanya melirik sinis, karena ulahnya yang tidak mau mendengarkan Almira dia harus terjebak dalam pernikahan menyakitkan untuknya. "Terimakasih untuk bapak, dan ibu semuanya, mohon sekali lagi maafkan atas kelakuan putriku Almira." Seru ustadz kafi, yang akhirnya membubarkan para warga. "Almira, Adrian sekarang kalian berdua ikut bapak kerumah!" Jawab tegas ustadz kafi yang langsung pergi meninggalkan anak dan menantunya itu. Adrian yang masih bingung kini mulai bernafas lega, karena dia bisa bebas dari amukan para warga, walau dia harus kembali ada dalam situasi yang berbeda dengan status barunya juga. "Tunggu!" Ucap Almira pada Adrian yang akan melangkah keluar. Plakk...satu tamparan keras mengenai pipi Adrian, pria itu meringis kesakitan dan menatap kesal pada wanita yang baru saja dia nikahi tersebut. "Apa maksudmu, menamparku?" Tanya adrian yang terus memegangi pipinya. "Karena kamu, aku terjebak dalam situasi ini, apakah kamu tahu, aku hanya ingin menolongmu dari keroyokan laki-laki asing malam tadi, tapi aku malah difitnah." Papar Almira menatap tajam kearah Adrian dengan air mata yang kembali keluar dari pelipis matanya. Adrian seketika terdiam, dia lupa sejak mabuk dia tidak sadar dengan apa yang terjadi pada dirinya, apalagi dengan apa yang diucapkan Almira. "Heh, gadis kampung kamu pikir aku mau menikah denganmu? Aku saja tidak kenal kamu,dan sekarang aku harus menjadi suamimu!" Jawab Adrian dengan nada tinggi. Almira terdiam, dia sudah tahu bagaimana pria bertubuh kekar tersebut bersikap, hidup Almira pasti tidak akan merasakan kebahagiaan bersamanya, itulah pikiran negatif Almira pada Adrian yang kini jadi suaminya. "Dasar gadis menyebalkan, lihat saja aku akan buat hidupmu menderita karena menikah denganku." Batin Adrian dengan senyuman tipis melirik kearah Almira yang tengah menunggunya diluar pos jaga. "Sekarang kita mau kemana? Ayo." Seru Adrian. "Sesuai permintaan bapak, kita pulang kerumah!" Jawab tegas Almira. "Yasudah ayo, aku sudah lelah ingin istirahat." Lagi-lagi ucapan Adrian membuat Almira kesal. Namun, dia pun tidak bisa menentangnya karena Almira sadar kini pria menyebalkan itu adalah suaminya. Almira pun meraih tangan Adrian dan meminta dia mengikutinya, akhirnya almirapun bisa mendapatkan angkutan umum untuk pulang kerumahnya. Adrian pasrah karena dia sudah tidak memiliki uang lagi. Setelah beberapa dalam perjalan akhirnya Almira dan Adrian sampai disebuah kampung yang memang tidak jauh dari kampung dimana mereka berdua dinikahkan, sebuah rumah sederhana berdiri kokoh dihadapan Adrian. "Assalamualaikum." Baru saja Almira memberikan salam , sang ibu langsung memeluknya erat dengan tangisan. Hati ibu mana yang tidak hancur, saat mendapati anak semata wayangnya harus menikah dengan pria yang tidak dia kenali. "Waalaikumsalam, Almira ibu tau dari bapakmu, kenapa kamu bisa seperti ini nak?" Tanya wanita paruh baya dengan jilbab panjangnya tersebut. "Sudahlah Bu, jangan ditangisi lagi, Almira yang kita kenal sudah berubah!" Seru ustadz kafi sang bapak. "Pak, cukup Almira adalah putri kita, mungkin kita yang terlalu mengekang dan membatasi pergaulannya hingga dia pun bertindak seperti ini." Jawab sang ibu yang masih percaya bahwa putrinya tidak bersalah. Adrian mematung, dia tidak menyangka masalah yang ia hadapi akan mempertemukan dia dengan jodohnya yaitu Almira, gadis dengan hijab panjangnya dan terjaga, karena Adrian bisa tau bahwa Almira adalah wanita baik-baik, sangat jauh berbeda dengan dirinya. "Kamu Adrian, bagaimana bisa kamu menjalin hubungan dengan putriku?" Tanya ustadz Kafi tersulut emosi. Dihadapan para warga dia mencoba tenang dan pasrah, namun, setelah dirumah ia melupakan kekesalan pada Putri semata wayangnya tersebut.Tidak terasa waktu cepat berlalu Almira pun kondisinya semakin membaik dia sudah diizinkan untuk pulang bersama dengan baiknya. Raut senyum bahagia tentu saja masih terpancar pada wajah Almira, Karena kini dia menjadi seorang ibu yang akan merawat putranya ditambah lagi dia akan menjadi seorang istri dari ustadz Ali laki-laki yang sudah melamar ya dan menunggu serta mencintainya secara diam-diam sejak lama.Tiga bulan berlalu, segala persiapan pernikahan ustad Ali dan Almira sudah dipersiapkan dengan baik tentu saja hal itu adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh ustad Ali karena sebentar lagi dia akan memperistri wanita yang selama ini dia cintai."Masya Allah kamu cantik sekali Almira sebentar lagi kamu akan menjadi istri dari ustad Ali hal yang paling membuatmu bahagia. "Ucap nila yang terus memuji sahabatnya di ruang pengantin.Seketika Amira pun langsung memeluk wanita berjilbab panjang itu karena nila adalah satu-satunya orang yang selalu ada dalam hidupnya dikala sedih maupun sen
Adrian. "Ucap Fitri yang tentu saja terkejut dengan kehadiran dari mantan besannya yaitu tuan mahrez."Ibu, maafkan papaku baru saja tiba dari Bandung. "Jawab Adrian dengan sedikit gugup tentu saja dia takut jika Fitri berprasangka tidak baik padanya apalagi memang sang papa yang terus bersikeras untuk merebut cucunya dari Almira."Apa kabar Tuan Mahrez?"tanya Fitri."Saya tidak mau basa-basi dengan anda, saya datang ke sini hanya ingin menemui cucuku." Jawab Tuan mahrez dengan ketus."Maaf ya Tuan tapi sepertinya Anda tidak pantas untuk menyebut cucu saya sebagai cucu Anda, jika ada masih menyombongkan diri anda di depan saya dan juga Putri semalam yang saya Almira apa aja tidak sadar apa yang sudah anda lakukan pada Putri saya?" Tanya Fitri dengan mata berbinar, tentu saja hal itu membuat Adrian pun semakin terluka karena baru saja dia mendapatkan maaf dari mantan Ibu mertuanya itu seketika kehadiran sang papah membuat suasana semakin tidak nyaman."Kamu pikir kamu itu siapa? Saya a
"Adrian." Panggil seorang pria dengan jas berwarna hitamnya yang tidak lain adalah tuan mahrez ayah Adrian."Papa, ngapain papa ada di sini dan kenapa papa bisa tahu bahwa Adrian sedang berada di rumah sakit? "Tanya Adrian menatap tajam ke arah sang papaku karena selama dia di Bandung dia memang tidak pernah sedikit mencerita pada Tuan mahrez tentang apa yang terjadi pada hidupnya termasuk kehamilan Almira."Aku yang beritahu semua pada Tuan Mahrez." Sahut Lusi yang tiba-tiba saja ada di belakang papanya."Kamu kenapa sih? Selalu saja ikut campur urusanku dengan Almira apalagi kamu sampai beritahu papaku tentang apa yang terjadi pada Almira. "Jawab Adrian menatap tajam ke arah Lusi wanita dengan hijab berwarna putih yaitu tentu saja selalu membuat Adrian merasa kesal."Cukup Adrian! Kenapa kamu tidak pernah berbicara sedikitpun pada papa bahwa selama ini Almira hamil anakmu Dan ternyata kamu memiliki keturunan darinya. "Ucap sang papa dengan raut wajah yang memerah menandakan kekesala
Waktu terus berlalu, kehamilan Almira semakin membesar dan kini kehamilannya menginjak 9 bulan, tinggal menghitung hari Almira dan Adrian akan menjadi orang tua dari seorang anak yang akan lahir dari rahim perempuan berhidung mancung dan berparas cantik itu.Adrian dan ustaz Ali pun sudah siap siaga untunglah Adrian mendapat kesempatan untuk bisa mendampingi Almira namun dibantu juga oleh Fitri sang Ibu, karena memang sudah tidak ada lagi ikatan di antara Almira dan juga Adrian sehingga wanita berjilbab panjang itu tidak mau jika membuat calon suaminya ustadz Ali merasa cemburu.Sudah sejak pagi, Almira memang sudah dibawa ke rumah sakit oleh keluarganya karena dia selalu mengalami kontraksi palsu sehingga langkah tepat diambil oleh Fitri sang Ibu agar putrinya bisa melahirkan dengan tenang di rumah sakit. tentu saja itu juga dibantu oleh Andrian dan juga ustad Ali."Almira, aku akan selalu ada di samping kamu dan selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu dan juga jangan baikmu Aku har
Mendengar ucapan Almira, nila pun hanya terdiam dia tidak mungkin mencintai laki-laki yang pernah ada dalam hidup sahabatnya apalagi, dia dan Adrian juga baru saja saling mengenal."Almira, bagaimana rencana pernikahanmu dengan ustadz Ali? "Tanya nila penasaran."Alhamdulillah nila, hari ini aku bertemu dengan kedua orang tua dari mas Ali ternyata mereka setuju dengan pernikahan kami nanti, dan yang paling membahagiakan untukku adalah bahwa ternyata orang tua mas Ali adalah orang yang pernah aku tolong dulu. "Jawab Almira dengan senyuman."Masya Allah, ternyata memang Allah selalu melindungi kamu ya Almira dan selalu dipertemukan dengan orang-orang yang baik aku yakin ustaz Ali adalah laki-laki yang tepat untuk kamu nanti. "Ucap nila yang tentu saja merasakan kebahagiaan yang sama seperti apa yang Almira rasakan, karena akhirnya sahabatnya itu akan menjalani kehidupan baru bersama dengan laki-laki yang pernah dia cintai."Tapi ada satu hal, yang membuat perasaanku tidak enak. "Ucap Al
Adrian danila pun akhirnya sampai di rumah Almira, Namun ternyata justru mereka juga berpapasan dengan mobil ustad Ali yang baru saja pulang dari rumah sakit."Kenapa harus bertemu dia lagi sih, padahal aku pikir tidak akan pernah lagi bertemu dengannya. "Keluh Adrian."Ingat ya Mas, Ustadz Ali itu adalah calon suami Almira wajah saja jika dia sering datang ke rumah mungkin dia khawatir dengan kondisi Almira. "Ucap Nila membuat Adrian hanya diam saja."Aku tahu nih lah, tapi mereka kan hanya baru calon belum bisa menjadi suami istri seharusnya ustad Ali tidak datang ke rumah Almira. "Jawab Adrian yang seperti menahan kesal di hatinya.Nila pun langsung bergegas keluar dari mobil Adrian, tentu saja hal itu mengejutkan Almira dan juga Ustadz ali Bagaimana bisa mereka satu mobil berdua padahal Almira tahu bahwa nila tidak menyukai Adrian."Mas Adrian, Nila kalian kenapa bisa berdua datang ke sini? "Tanya Almira yang tentu saja penasaran, karena Nila pun belum berbicara banyak tentang Adr