Home / Romansa / Melupa Rasa / Chapter 8: DRAMA

Share

Chapter 8: DRAMA

Author: Kier
last update Last Updated: 2020-12-05 02:06:53

"Mau jadi pacarku?"

Sorak sorai langsung riuh terdengar memenuhi seluruh jagat kantin. Ini benar-benar peristiwa langka karena inilah pertama kalinya seorang Dirga Hadinata langsung nembak cewek didepan umum. Karena biasanya kalau ia baru jadian, nggak ada angin nggak ada hujan, keesokan harinya ia sudah akan langsung menggandeng pacar barunya didepan seluruh mahasiswa, bak pasangan artis yang tengah berjalan di red carpet.

Dan ini juga pertama kalinya bagi Dirga memilih seorang cewek yang berbeda dari tipe para mantan pacarnya sebelumnya. Lyan memang cukup cantik, tapi terlalu sederhana dibandingkan para mantan Dirga yang selalu berpenampilan bak selebgram. Bahkan juga cukup aneh bahwa Dirga akhirnya tertarik pada seorang cewek cerdas semacam Lyan. Bukannya semua orang tahu, cowok itu malas belajar. Jelas ia tidak berminat berkencan dengan cewek cerdas yang nantinya akan membuatnya repot karena terus-terusan diminta untuk serius belajar.

Lantas, kenapa kali ini harus Lyan?

"Gimana? Mau nggak?" tanya Dirga lagi. 

"Jadian! Jadian! Jadian!!" teriak para penonton heboh. Lyan menghela napas kesal. Ia menatap Dirga serius, mendekat ke hadapannya.

"Mau tahu jawabanku?"

Dirga mengangguk. Lyan tersenyum sinis. Dan kemudian...

Bhukk!!

Sorakan yang tadinya riuh langsung terhenti seketika. Semua orang ternganga dengan apa yang baru saja mereka lihat. 

Lyan menonjok keras pipi Dirga.

Lyan mengembalikan ponsel yang dpinjamnya pada si pemilik aslinya. "Langsung aja confirm ke grup. Dirga di tolak!" tegasnya lalu segera beranjak dari tempat itu. Mulai melangkah pergi meninggalkan para penonton yang masih membatu.

Namun tak lama kemudian, gilirannyalah yang berdiri membatu, ketika di hadapannya muncul Abi bersama Retania disampingnya.

"Ada apa ini?" tanya Abi sambil menatap sekeliling. Suara rendahnya yang terdengar seksi mulai mengalihkan perhatian para mahasiswi, bergantian menatap ke Arah Abi sambil berbisik-bisik. Kali ini mereka tidak berani terang-terangan bersorak karena melihat keberadaan Retania disamping dosen tampan itu, yang balik memandang semua mahasiswi dengan tatapan mengintimidasi, dengan makna tersembunyi bahwa dosen ganteng ini adalah miliknya. Berani mendekat, kalian mati.

Lyan menahan napasnya. Tangannya bergetar, namun sialnya, matanya tak bisa lepas memandang Abi. Dan sial, beberapa detik kemudian, pandangan Abi akhirnya terarah padanya. Ekspresi wajahnya langsung berubah. Sorot matanya terlihat ramah. Namun ketika ia baru akan mengatakan sesuatu, akhirnya Lyan berhasil memaksakan kakinya agar melangkah pergi.

Ia benci situasi ini. Dan ia tidak mau menciptakan drama lagi.

****

"Katanya nggak mau ketemu aku lagi," sindir Dirga ketika melihat kedatangan Retania di apartemennya. Ia masih memegangi pipinya yang masih terasa sakit akibat pukulan Lyan tadi. Sial, cewek itu ganas juga. 

Retania tertawa sinis. "Pertunjukanmu lumayan. Bersiaplah dengan pamormu yang bakal turun mulai sekarang,"

"Kenapa? Karena penolakan Lyan? Atau pamor gebetan barumu itu?"

"Yah, barangkali keduanya,"

Gantian Dirga yang tersenyum sinis. "Aku rasa kau salah,"

"Oh ya?"

"Ya! Buktinya kau masih kesini, nemuin aku. Padahal katanya nggak mau ketemu lagi. Kenapa? Itu karena kau merasa aku masih menarik, kan?" sahut Dirga percaya diri. Retania mencibir.

"Aku kan udah bilang, itu karena pertunjukanmu..."

"Tentang Lyan..." Dirga memotong ucapan Retania, membuat Retania juga berhenti bicara. Lalu Dirga melanjutkan, "aku semakin suka dia karena dia ngasih aku tantangan. Lihat saja, dalam waktu dekat, aku bakal lihat kecemburuan dimata cantikmu karena dia. Karena dia mengalahkanmu," Dirga menyentuh bawah mata Retania.

"What?? Kau bercanda?!"

"Apa kau menyadari sesuatu saat itu?" tanya Dirga lagi, sambil mengingat kembali momen dimana dosen baru itu menatap lembut ke arah Lyan namun Lyan justru langsung pergi mengabaikannya. Dirga langsung tahu, ada sesuatu di antara mereka. Dan sudah jelas, dosen itulah rival barunya. Bukan demi merebut hati Retania, melainkan Lyan.

"Apa maksudmu?"

Dirga berdecak. "Ck! Ternyata kau nggak cukup jenius,"

"Kau bilang ap...mmhh..." Retania lagi-lagi belum selesai berbicara ketika kemudian bibirnya diraup oleh Dirga.

"Dan mengenai gebetan barumu itu..." lanjut Dirga ketika ia menghentikan sesaat ciumannya di bibir Retania. Ia mulai membuka kausnya dan merengkuh tubuh Retania.

"I know that he's not as hot as me. Itu sebabnya kau datang kemari..." Dirga menjatuhkan tubuh mereka berdua ke atas kasur.

"Karena kau masih 'butuh'. Aku benar, kan?"

Dirga kembali mengecup bibir Retania. Ia memang tidak memberi kesempatan pada Retania untuk membalas perkataannya dengan kata-kata. Namun kecupan balasan dari gadis itu pada detik berikutnya sudah menjadi jawabannya.

Dirga tahu, hubungan mereka yang seperti ini mustahil untuk berakhir.

****

"Iya, oke, aku langsung jalan kesana ini ya. Sekalian ntar aku bawain buah. See you," ucap Lyan pada Deana diseberang telepon. Sahabatnya itu sudah heboh begitu mendengar kabar tentang insiden antara Lyan dan Dirga di kantin. Dalam waktu singkat, kabar itu langsung cepat menyebar luas melalui grup chat, berbarengan dengan rumor mengenai Retania dan dosen baru itu juga. Deana berkoar-koar di telepon bahwa ia menyesal karena nggak masuk hari ini akibat sakit. Padahal ada dua kejadian heboh yang terjadi dalam satu hari, bahkan salah satunya menyangkut Lyan, sahabatnya sendiri.

Lyan menghela napas. Kenapa hari ini terasa begitu hectic? Ia benci hari-hari semacam ini dimana kehidupan kampusnya yang biasanya tenang kini terganggu. Parahnya lagi, ia benci sekali harus terlibat dengan drama dengan para makhluk good looking dikampus mereka.

Lyan memegangi dadanya. Jantungnya masih berdetak cukup kencang disana, mengingat momen ketika akhirnya ia kembali bertatapan dengan Abi setelah sekian lama. Sial, kenapa sorot kelembutan itu masih terlihat sama?

Lyan menghela napas lagi. Lelah. 

"Lily...?"

Dan rasa lelah itu kini berganti cemas seiring terdengar olehnya sebuah panggilan yang sudah lama tak didengarnya sejak delapan tahun yang lalu.  

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Melupa Rasa   Chapter 49: FIRST KISS

    Sambil menutup mulutnya karena tak menyangka dengan apa yang dia lihat, kaki Retania pun tak mampu bergerak. Dirga di depan sana, sedang tercebur ke dalam kolam renang akibat di pukul ayahnya. Melihat luka yang tergambar jelas di wajah Dirga, hati Retania ikut merasakan sakit. Dia jadi teringat pembicaraan mereka dulu."Kau tahu Reta, ada terlalu banyak hal yang kubenci di dunia ini.""Oh ya? Apa saja?""Aku benci belajar, benci keluargaku, dan terutama, aku benci ayahku."Retania terdiam, lalu akhirnya menyahut, "kenapa?""Karena dia itu pria paling brengsek di dunia. Karena kebrengsekannya, aku harus lahir di dunia ini. Dan dia juga mencampakkan ibuku, sampai akhirnya ibuku meninggalkan dunia ini tanpa ikut membawaku."Retania terdiam lagi. Ia tidak tahu harus merespon bagaimana. Ia tumbuh di tengah-tengah keluarga yang bahagia dan terhormat. Tidak pe

  • Melupa Rasa   Chapter 48: DIRGA VS THE HADINATA

    Beberapa saat sebelumnya..."Kau...benar-benar datang?"Lyan menyambut kedatangan Dirga dengan ekspresi tidak percaya. Namun Dirga bisa melihat rasa iba di matanya. Seakan-akan akan ada hal buruk yang akan terjadi padanya setelah ini."Tentu saja. Mana mungkin aku berbohong padamu, kan?" Sahut Dirga santai sambil melepaskan helmnya dan turun dari motornya. "Sekarang bawa aku menemui ibunya Deana." Dirga langsung menarik tangan Lyan sementara Lyan masih terperangah.Lyan segera membawanya menemui Bu Narita dan memperkenalkan Dirga padanya. Bu Narita kemudian menjelaskan secara ringkas mengenai tugas yang harus Dirga lakukan kemudian memberikan seragam pakaian pada Dirga. Dan sama seperti Lyan, Dirga juga terlihat tampan dengan seragam itu."Kalian berdua benar-benar good-looking!" Puji Bu Narita saat melihat Lyan dan Dirga berdiri beriringan.&

  • Melupa Rasa   Chapter 47: ANARA VS RETANIA

    Retania menaikkan kembali gaunnya namun tidak ada sedikit pun rasa malu yang tergambar di wajahnya meski aksi kemesraannya dipergoki oleh Anara. Berbeda dengan Abi yang kini tampak gugup, Retania justru merasa murka. Sekalipun dia sangat mengagumi Anara sebelumnya, tapi sikap wanita itu sangat ini benar-benar membuatnya amarahnya sudah berada di puncak kepala.Siapa juga yang bakalan suka kalau diganggu saat sedang mesra-mesranya?"Maaf kalau aku terdengar terlalu ikut campur... ""Anda memang terlalu ikut campur, Nona Anara!!" Potong Retania cepat dengan emosi yang terdengar jelas dari nada suaranya. Anara terdiam. Ia mengepalkan tangannya.Dasar, bocah-bocah zaman sekarang memang banyak tingkah!"Anda seharusnya tahu kalau kami sedang membutuhkan privasi. Kalaupun Anda melihatnya, bukankah sebaiknya Anda diam saja?" Cecar Retania.

  • Melupa Rasa   Chapter 46: CLAIMING YOU

    "Nak, kita mendadak kekurangan pelayan. Mariani mendadak sakit. Deana bilang ada teman kalian yang mau jadi pelayan, benar begitu?" Tanya Narita dengan kecemasan di wajahnya."E-eh, iya Bu," Sahut Lyan gugup. Teman yang mau jadi pelayan? Dirga kah?"Bisa tolong hubungi temanmu itu? Dari tadi Ibu sudah mencoba menelepon Deana tapi tidak diangkat.""Baiklah, Bu. Sebentar ya."Lyan pamit untuk menelepon Dirga. Sebenarnya dia ragu untuk menawarkan ini pada Dirga. Karena di sini ada ayah beserta ibu tirinya. Dan juga Retania yang malam ini resmi mengumumkan hubungan romantisnya dengan Abi di depan publik."Hai Lyan. Ada apa? Kau butuh bantuan?" Nada ceria Dirga terdengar di seberang sana."Kami... Sedang butuh pelayan tambahan di sini. Salah seorang pelayan ada yang mendadak sakit. Apa kau..bisa datang?""Tentu! Acara k

  • Melupa Rasa   Chapter 45: WHY ARE YOU HERE?

    "Boleh aku tahu ada ada sebenarnya dengan kehidupan puteri kalian yang katanya bahagia bersama jodohnya?"Wisnu dan Jeanita semakin pucat pasi mendengar perkataan Abi dengan nada ejekan di sana. Jeanita meggamit erat lengan suaminya, kode agar sebaiknya mereka pergi saja dari sana. Dan akhirnya, sepasang suami istri itu pun pergi.Abi menghela napas lega. Ia pun kembali memilih kudapannya. Seorang pelayan baru saja meletakkan beberapa jenis kudapan baru di atas meja hidang. Melihat salah satu kudapan tradisional favoritnya tersaji di sana, Abi langsung mengambilnya dengan penuh semangat."Wah, akhirnya ada juga kue tradisional! Ini kesukaanku! Terima kasih... Eh?? Lily?!"Suara Abi berubah menjadi pekikan saat menyadari siapa sosok pelayan yang barusan menghidangkan kudapan di atas meja. Dan ternyata itu adalah Lyan!"Lily? Kenapa bisa ada di sini?"

  • Melupa Rasa   Chapter 44: D-DAY

    Lyan menatap dirinya di depan cermin di hadapannya. Ia merapikan penampilannya sekali lagi, memastikan seragam pelayan kombinasi hitam dan putih yang diberikan ibunya Deana ini tidak kusut sama sekali. Ia juga memperhatikan rambutnya yang sudah tertata rapi, disanggul kecil di belakang. Riasannya yang sederhana juga sudah pas. Bagaimanapun, sesuai arahan ibunya Deana, ia tidak perlu berpenampilan berlebihan.Lyan tersenyum sekali lagi sambil menyemangati diri. Jujur sebenarnya ia gugup sekali. Ini pertama kalinya ia bekerja di acara keluarga kelas atas. Reputasi keluarga Hardoyo sebagai pengusaha tambang sungguh tidak main-main. Dan karena ini pesta yang tidak terlalu besar, Lyan justru semakin gugup. Para tamu akan lebih mudah mengenalinya. Dan seperti cerita Dirga sebelumnya, Lyan cukup khawatir akan ada yang coba mempermainkannya."Semangat Lyan! Semangat!" Ia masih berusaha keras memberi sugesti pada dirinya sendiri. Kemudian

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status