Tidak akan pernah mudah untuk menghapus luka karena cinta. Lyan, seorang mahasiswi yang seharusnya sudah berhasil move on dari luka masa lalunya, tiba-tiba harus bertemu lagi dengan Abimana, yang kini justru menjadi dosen baru di kampusnya. Dan Abimana juga ingin melakukan hal yang sama, menyembuhkan luka masa lalunya dengan membalas dendam pada mantan pacarnya, Anara, yang kini telah menjadi istri tersembunyi seorang anggota dewan sekaligus pengusaha yang kaya. Permainan waktu membuat Abimana mulai bimbang akan hatinya, sementara Lyan mulai membangun cinta barunya bersama Dirga. Dan Anara bertekad untuk menceraikan suaminya demi bisa kembali bersama mantan kekasihnya. Namun di saat yang sama, rahasia dibalik pernikahannya yang terpaksa menguak sebuah realita yang tak pernah ia duga. "Terkadang, cinta harus dibangun. Tak harus jatuh lebih dahulu." Bagaimana kesemua insan yang terluka ini akan bangkit untuk melupa rasa yang dulu pernah ada? "Ini semua belum berakhir. Kebahagiaanmu, dan juga kebahagiaanku..."
Lihat lebih banyakDddrrtt...ddrrrtt...
Ponsel yang bergetar, dan decakan kesal seorang pria dibelakang kemudi, membuat sang supir diam-diam melirik penumpang istimewa yang sedang duduk dibelakangnya melalui kaca spion dalam mobilnya. Seorang pria tampan dengan kisaran usia 30-an. Setelan hitam formalnya semakin memperjelas kesan profesionalnya serta tampilannya yang menawan. Bahkan sebagai sesama pria dengan kisaran usia yang tidak jauh berbeda , dalam hati sang supir juga berdecak kagum dengan sosok yang beberapa menit yang lalu baru ia jemput dari bandara internasional Sultan Mahmud Badaruddin II. Seorang yang baru saja menyelesaikan gelar doktornya di bidang sistem informasi di Nanyang Technological University di Singapura, dan akan segera menjadi dosen baru di universitas tempatnya bekerja. Ya, seseorang yang akhirnya ia ketahui bernama Abimana Hattala.
Tidak ada kesan buruk saat supir muda ini pertama kali bertemu dengannya ketika menjemputnya di bandara. Untuk seseorang dengan latar pendidikan yang cemerlang seperti itu, ia cukup ramah dengan mengobrol sedikit, menanyakan namanya serta kondisi kota Palembang ini yang menurut pengakuannya baru kali ini ia menginjakkan kaki disini. Senyuman manisnya yang menawan semakin menguatkan kesan ramahnya. Namun decakan kesalnya barusan tiba-tiba menimbulkan kesan yang berbeda.
"Menyesal? Hh..aku bahkan sudah tiba ditempat ini. Aku sudah lama menunggu saat-saat seperti ini," ujar pria itu dingin ketika ia memutuskan mengangkat teleponnya. Kemudian hening sesaat. Sang supir diam-diam melirik lagi, memperhatikan sorot mata tajam pria itu yang tetap mengarah ke satu objek yang tengah dipegangnya. Sebuah artikel di majalah bisnis mengenai salah satu perusahaan skincare yang menggunakan salah satu selebgram cantik dan terkenal di ibukota sebagai brand ambassador terbaru produknya.
"Wanita itu ada disini..." gumamnya pelan, namun tetap dingin. Sang supir diam-diam bergidik ngeri dalam hati. Dari nada suara dinginnya serta sorot mata tajamnya, sepertinya ia menyimpan agenda rahasianya sendiri. Ia berharap, semoga saja itu hanya agenda pribadinya, dan tidak ada hubungannya dengan universitas dimana ia, dan pria itu akan bekerja. Semoga saja yang dikatakan Profesor Royyan Gunardi bahwa kedatangan sang doktor muda ini akan membawa asa bagi universitas mereka itu benar adanya
Ya. Memang akan membawa asa, bukannya bala.
"Pak, kita sudah sampai," sela sang supir begitu mereka sudah sampai tujuan.
"Oh," pria itu menatap keluar sebentar. "Nanti kita bicara lagi," ujarnya di telepon untuk mengakhiri pembicaraannya.
Sang supir turun lebih dahulu kemudian bergegas membukakan pintu untuk tamu kehormatannya dan menpersilahkannya turun dengan sopan. Pria itu tersenyum sambil mengucapkan terimakasih. Lalu ia menghela nafas sambil menatap teguh sebuah gedung yang berdiri kokoh dihadapannya. Gedung yang akan mempermudah tujuan tersembunyinya.
Universitas Bina Darma.
"Ayo masuk, Pak. Profesor Royyan sudah menunggu Anda didalam,"
Pria itu, Abimana, mengangguk, kemudian mulai melangkah pasti kedalam.
Entah ini bagian rencana Profesor Royyan atau bukan, hanya saja sesaat setelah memasuki gedung, Abimana langsung berubah menjadi kikuk dengan sambutan 'berbeda' yang ia dapat. Sambutan berupa lirikan kagum bahkan mesum, bisik-bisik mencurigakan, senyuman mencari perhatian dari sekian banyak deretan mahasiswi yang dengan setia berjejer di sepanjang lorong yang ia lalui. Ia berdecak kesal dalam hati. Yang benar saja, ia bukan seorang superstar yang sedang berjalan di karpet merah! Langsung dikagumi sekian banyak mahasiswi jelas samasekali tidak termasuk dalam wacananya. Karena ia hanya butuh dikagumi oleh salah satu mahasiswi saja.
Ya, satu mahasiswi yang ia gadang-gadang akan memberi jalan atas rencananya.
Abimana memutuskan berhenti melirik deretan mahasiswi itu. Mengabaikan mereka, dan langsung menghilangkan sikap kikuknya. Ia kembali menatap fokus ke depan. Masih dengan sorot mata tajamnya yang justru dianggap cool oleh para mahasiswi itu. Mereka justru makin kegirangan dan sibuk cari perhatian, dan Abimana tetap memutuskan untuk mengabaikan.
"Ya...kau memang selalu seperti itu..."
Dan diantara sekian banyak mahasiswi, salah seorang diantaranya justru menatap Abimana dengan tatapan dingin yang sama. Ia menggumam pelan sekali lagi. Lirih, dan dengan suara tertahan yang menyakitkan.
"Dan aku masih membencimu..."
***
Sambil menutup mulutnya karena tak menyangka dengan apa yang dia lihat, kaki Retania pun tak mampu bergerak. Dirga di depan sana, sedang tercebur ke dalam kolam renang akibat di pukul ayahnya. Melihat luka yang tergambar jelas di wajah Dirga, hati Retania ikut merasakan sakit. Dia jadi teringat pembicaraan mereka dulu."Kau tahu Reta, ada terlalu banyak hal yang kubenci di dunia ini.""Oh ya? Apa saja?""Aku benci belajar, benci keluargaku, dan terutama, aku benci ayahku."Retania terdiam, lalu akhirnya menyahut, "kenapa?""Karena dia itu pria paling brengsek di dunia. Karena kebrengsekannya, aku harus lahir di dunia ini. Dan dia juga mencampakkan ibuku, sampai akhirnya ibuku meninggalkan dunia ini tanpa ikut membawaku."Retania terdiam lagi. Ia tidak tahu harus merespon bagaimana. Ia tumbuh di tengah-tengah keluarga yang bahagia dan terhormat. Tidak pe
Beberapa saat sebelumnya..."Kau...benar-benar datang?"Lyan menyambut kedatangan Dirga dengan ekspresi tidak percaya. Namun Dirga bisa melihat rasa iba di matanya. Seakan-akan akan ada hal buruk yang akan terjadi padanya setelah ini."Tentu saja. Mana mungkin aku berbohong padamu, kan?" Sahut Dirga santai sambil melepaskan helmnya dan turun dari motornya. "Sekarang bawa aku menemui ibunya Deana." Dirga langsung menarik tangan Lyan sementara Lyan masih terperangah.Lyan segera membawanya menemui Bu Narita dan memperkenalkan Dirga padanya. Bu Narita kemudian menjelaskan secara ringkas mengenai tugas yang harus Dirga lakukan kemudian memberikan seragam pakaian pada Dirga. Dan sama seperti Lyan, Dirga juga terlihat tampan dengan seragam itu."Kalian berdua benar-benar good-looking!" Puji Bu Narita saat melihat Lyan dan Dirga berdiri beriringan.&
Retania menaikkan kembali gaunnya namun tidak ada sedikit pun rasa malu yang tergambar di wajahnya meski aksi kemesraannya dipergoki oleh Anara. Berbeda dengan Abi yang kini tampak gugup, Retania justru merasa murka. Sekalipun dia sangat mengagumi Anara sebelumnya, tapi sikap wanita itu sangat ini benar-benar membuatnya amarahnya sudah berada di puncak kepala.Siapa juga yang bakalan suka kalau diganggu saat sedang mesra-mesranya?"Maaf kalau aku terdengar terlalu ikut campur... ""Anda memang terlalu ikut campur, Nona Anara!!" Potong Retania cepat dengan emosi yang terdengar jelas dari nada suaranya. Anara terdiam. Ia mengepalkan tangannya.Dasar, bocah-bocah zaman sekarang memang banyak tingkah!"Anda seharusnya tahu kalau kami sedang membutuhkan privasi. Kalaupun Anda melihatnya, bukankah sebaiknya Anda diam saja?" Cecar Retania.
"Nak, kita mendadak kekurangan pelayan. Mariani mendadak sakit. Deana bilang ada teman kalian yang mau jadi pelayan, benar begitu?" Tanya Narita dengan kecemasan di wajahnya."E-eh, iya Bu," Sahut Lyan gugup. Teman yang mau jadi pelayan? Dirga kah?"Bisa tolong hubungi temanmu itu? Dari tadi Ibu sudah mencoba menelepon Deana tapi tidak diangkat.""Baiklah, Bu. Sebentar ya."Lyan pamit untuk menelepon Dirga. Sebenarnya dia ragu untuk menawarkan ini pada Dirga. Karena di sini ada ayah beserta ibu tirinya. Dan juga Retania yang malam ini resmi mengumumkan hubungan romantisnya dengan Abi di depan publik."Hai Lyan. Ada apa? Kau butuh bantuan?" Nada ceria Dirga terdengar di seberang sana."Kami... Sedang butuh pelayan tambahan di sini. Salah seorang pelayan ada yang mendadak sakit. Apa kau..bisa datang?""Tentu! Acara k
"Boleh aku tahu ada ada sebenarnya dengan kehidupan puteri kalian yang katanya bahagia bersama jodohnya?"Wisnu dan Jeanita semakin pucat pasi mendengar perkataan Abi dengan nada ejekan di sana. Jeanita meggamit erat lengan suaminya, kode agar sebaiknya mereka pergi saja dari sana. Dan akhirnya, sepasang suami istri itu pun pergi.Abi menghela napas lega. Ia pun kembali memilih kudapannya. Seorang pelayan baru saja meletakkan beberapa jenis kudapan baru di atas meja hidang. Melihat salah satu kudapan tradisional favoritnya tersaji di sana, Abi langsung mengambilnya dengan penuh semangat."Wah, akhirnya ada juga kue tradisional! Ini kesukaanku! Terima kasih... Eh?? Lily?!"Suara Abi berubah menjadi pekikan saat menyadari siapa sosok pelayan yang barusan menghidangkan kudapan di atas meja. Dan ternyata itu adalah Lyan!"Lily? Kenapa bisa ada di sini?"
Lyan menatap dirinya di depan cermin di hadapannya. Ia merapikan penampilannya sekali lagi, memastikan seragam pelayan kombinasi hitam dan putih yang diberikan ibunya Deana ini tidak kusut sama sekali. Ia juga memperhatikan rambutnya yang sudah tertata rapi, disanggul kecil di belakang. Riasannya yang sederhana juga sudah pas. Bagaimanapun, sesuai arahan ibunya Deana, ia tidak perlu berpenampilan berlebihan.Lyan tersenyum sekali lagi sambil menyemangati diri. Jujur sebenarnya ia gugup sekali. Ini pertama kalinya ia bekerja di acara keluarga kelas atas. Reputasi keluarga Hardoyo sebagai pengusaha tambang sungguh tidak main-main. Dan karena ini pesta yang tidak terlalu besar, Lyan justru semakin gugup. Para tamu akan lebih mudah mengenalinya. Dan seperti cerita Dirga sebelumnya, Lyan cukup khawatir akan ada yang coba mempermainkannya."Semangat Lyan! Semangat!" Ia masih berusaha keras memberi sugesti pada dirinya sendiri. Kemudian
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen