Share

Gatal Seperti Kutu Anjing

Diluar dugaan, ternyata Mas Dafri masih diam meski bisa kulihat rahangnya mengeras karena menahan emosi. Aku tidak memperdulikannya dan lanjut untuk membicarakan proyek baruku dan Jordi.

"Fasilitas hotel bintang lima tapi desain luarnya mengikuti rumah adat di sana. Bagaimana?"

"Not bad. Aku juga sempat berpikir seperti itu. Selain untuk memperkenalkan budaya kita pada turis, masyarakat kita sendiri pun harus tahu kekayaan Nusantara itu memang sangat menarik dan beragam. Kita harus pintar untuk mengolahnya bukan?"

"Kau benar, Elea. Lusa kita buat janji untuk bertemu dengan arsitek membicarakan soal bagunan."

"Aku juga akan memantau langsung ke sana. Sembari liburan."

"Kau memang harus liburan, Nyonya. Lihatlah keriput di matamu pertanda kau stres."

Tanganku refleks terangkat menyentuh sudut mata yang disambut gelak tawa Jordi.

"Ck! Memang dasar penipu!" sungutku.

"Tidak ada penipu setampan aku," ujarnya lalu berdiri. "Aku pergi dulu."

Cup!

Di depan mata Mas Dafri, Jordi mencium pipiku. Mungkin bagi Jordi itu wajar karena dia lama tinggal di Amerika, dengan gaya hidupnya yang bebas.

Sebenarnya ini memang menguntungkan untukku karena membuat Mas Dafri semakin emosi. Tapi aku juga tidak suka dengan sikap Jordi seperti itu, dia pikir ini negara bebas seperti tempatnya tinggal dulu.

"Ini bukan Amerika, Boy!" Kudorong tubuhnya menjauh.

Jordi meringis, "Sorry, kebiasaan! Mari Pak Dafri!" Dia beralih pada Mas Dafri sebelum melenggang meninggalkan meja dengan wajah tak berdosa setelah mencium istri orang lain di depan suaminya sendiri.

Jika bisa tampak, mungkin ada asap yang keluar dari kepala Mas Dafri.

Mas Dafri menarik tanganku keluar dari cafe.

"Lepas, Mas! Kamu menyakiti tanganku!" Aku tidak bohong, cekalannya begitu kuat terasa perih di pergelangan tangan.

Sepertinya dia memang marah besar. Tapi aku senang melihatnya kebakaran jenggot seperti ini, biarlah dia tersiksa dengan perasaannya sendiri.

Tenagaku tidak ada bandingannya dengan Mas Dafri sulit bagiku untuk berontak apalagi memikirkan kandunganku. Aku pasrah saat dia mendorongku masuk ke dalam mobil.

Bahkan pintu mobil ditutupnya dengan keras. Tidak pernah aku melihatnya semarah ini karena memang selama kami menikah Mas Dafri bukan sosok suami yang mudah marah. Entah karena memang dia begitu atau untuk menyembunyikan fakta soal perselingkuhannya.

Mengingat itu membuatku langsung berpikir untuk cek kesehatan. Bagaimanapun aku pernah berhubungan dengan Mas Dafri, jangan sampai dia membawa penyakit dan menularkan padaku.

"Aku tidak suka melihatmu dekat dengannya. Tidak melihat dia gatal sekali, memeluk dan menciummu padahal tahu kamu adalah istriku. Bahkan dia melakukannya tepat di depan mataku." Mas Dafri berucap dengan nafas memburu.

Aku hanya menanggapi dengan santai, "Tapi dia gentle karena tidak main belakang. Kalau Jordi melakukan seperti itu sudah kamu anggap gatal berarti apa kabarnya Luna yang berkali-kali digarap olehmu. Dia mau saja indehoy denganmu padahal tahu kamu itu suamiku. Luna itu memang gatal, macam kutu anjing. Kamu pun sama dengannya."

"Jangan mengalihkan pembicaraan!"

"Aku tidak mengalihkan pembicaraan. Aku menjawab semua perkataanmu, Mas. Kamu bebas melakukan apapun dengan Luna lalu kenapa aku tidak?"

"Karena laki-laki itu boleh memiliki dua istri tapi wanita tidak boleh memiliki dua suami."

Tawaku langsung pecah, "Teorimu itu memang tidak salah. Karena memang aku tidak ingin memiliki dua suami, suamiku hanya satu tapi itu bukan kamu."

Bersambung ….

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status