Saat mendengar kondisi kesehatan papa, aku urung untuk mengatakan semuanya. Bagaimanapun ini sangat beresiko, papa harus benar-benar sehat saat mendengar semua ini.
Untunglah mama belum tahu soal mas Dafri. Mama tahu soal kehamilanku karena dokter yang kudatangi ternyata anak teman mama, aku bahkan tidak tahu soal itu."Sekarang temui papa. Papa pasti akan senang." Mama tersenyum menatapku, meyakinkanku untuk bicara pada papa.Niatku datang memang untuk itu.Setelah menganggukan kepala, langkahku terayun menuju kursi tempat papa duduk."Pa …."Lelaki paruh baya itu mendongak. Dan yang pertama kulihat adalah senyumnya. Sudah lama sekali aku merindukan tatapan hangat papa dan juga senyumnya. Papa menggeser tubuhnya memberikanku ruang untuk duduk."Duduk, Nak."Dengan ragu aku duduk di samping papa.Bingung harus memulai semuanya dari mana.Beberapa saat aku terdiam, papa pun tidak bicara seperti menungguku mengawali."Maaf …." Hanya satu kata itu yang lolos dari bibir diiringi isak tangis yang tak tertahankan karena memang aku merasa amat menyesal.Papa menoleh, menaruh buku di pangkuannya dan merentangkan tangan. Tanpa berpikir lagi aku langsung berhambur memeluknya."Papa juga minta maaf. Tidak seharusnya papa menentang hubungan kalian, kamu yang lebih tahu lelaki seperti apa yang bisa membuatmu bahagia."Jantungku seperti ditusuk belati, rasanya sakit tak tergambarkan.Lelaki yang kupilih hanya memberikan kebahagiaan sesaat sebelum memberikan penderitaan dan luka yang akan mungkin tidak akan sembuh.Aku masih beruntung karena hubunganku dan papa tidak benar-benar putus karena lelaki bajingan itu. Setelah ini aku tidak menjamin apakah aku bisa kembali jatuh cinta atau tidak. Mas Dafri sudah menghancurkan kepercayaanku, membuatku enggan percaya lagi pada laki-laki.Datang membawa kabar baik dan buruk. Saat ini hanya kabar baik yang akan kusampaikan."Apa mama sudah mengatakan soal aku?" tanyaku setelah papa melepaskan pelukannya.Papa menggelengkan kepala, "Mamamu tidak ada cerita apa-apa."Senyumku tersungging, "Nanti papa dan mama tidak akan kesepian lagi di rumah." Kugenggam tangan keriput itu dengan erat."Kamu mau mengadakan acara di sini?"Aku terkekeh geli, "Bukan, Pa. Sebentar lagi papa bisa melihat cucu yang selama ini papa tunggu."Mata papa langsung berkaca-kaca. Selama ini orang tuaku jelas menunggu kehadiran seorang cucu setelah beberapa tahun aku dan mas Dafri menikah.Tapi kenapa benih ini harus dari lelaki brengsek sepertinya. Aku harap tidak akan ada keburukan mas Dafri yang turun pada anakku. Begitu pun keburukanku.Aku sudah mengatakan pada mama dan papa untuk tidak mengatakan ini pada mas Dafri, berdalih ingin memberikannya kejutan.***Ekor mataku melirik mas Dafri yang terlihat gelisah berdiri di samping mobil sedangkan aku ada di dalam cafe dan menunggu kedatangan teman lama sekaligus orang yang akan bekerjasama. Sengaja memilih cafe agar lebih santai."Elea."Sontak mendongak menatap sosok yang kutunggu, dia berjalan menghampiri dan berhambur memelukku."Jo." Aku balas menyapanya sambil menepuk punggung lelaki itu.Tak kulihat mas Dafri di luar, saat pandanganku tertuju ke pintu masuk ternyata dia berjalan mendekat ke arahku.Sudah bisa ditebak apa yang akan dilakukannya.Mas Dafri menarik pundak Jordi menjauh hingga pelukan kami terlepas."Woah. Pak Dafri, anda cemburu? Santai saja, aku dan istrimu ini hanya teman, sekarang teman biasa, entah bisa atau tidak nanti menjadi teman hidup," ujar Jordi lalu duduk lebih dulu, dia terlihat santai dan merasa tidak bersalah karena memang kami tidak melakukan apapun.Jordi memang suka sekali bergurau. Mungkin orang akan menganggapnya serius jika tidak benar-benar mengenalnya."Dia istriku, jangan menyentuhnya!" tegas mas Dafri."Mas. Silahkan tunggu di tempat lain, aku di sini akan membicarakan pekerjaan dengan Jordi."Mas Dafri malah ikut duduk. Dia benar-benar menguji kesabaranku."Silahkan, aku akan diam dan tidak mengganggu."Kita lihat berapa lama dia bisa diam.Dia cemburu melihatku berpelukan dengan Jordi tapi dengan tidak tahu malunya berani tidur dengan wanita lain. Cih! Menjijikan."So, kontrak yang kau berikan sudah kupelajari. Aku sudah menandatangani dan mengirimkan kembali ke emailmu. Tapi tidak bisakah kontraknya diperpanjang?"Sebelah alisku terangkat, "Diperpanjang?""Rasanya aku ingin bekerjasama denganmu seumur hidup, Baby." Jordi berucap dengan gelak tawa. Aku tahu dia hanya bergurau tapi itu sukses membuat wajah Mas Dafri merah padam."Why not. Tentu saja aku bersedia asal kau juga mau menjadi bodyguard gratisan untukku.""24 jam siap melayani anda, Madam!""Rasanya hidupku akan sempurna. Ya meski kau tidak setampan mantanku, setidaknya bisalah dipakai untuk cuci mata."Tangan mas Dafri mengepal, dia pasti menahan amarahnya.Aku juga bisa membuatmu terbakar, Mas! Kau pikir hanya kau saja yang bisa.Bersambung ….Diluar dugaan, ternyata Mas Dafri masih diam meski bisa kulihat rahangnya mengeras karena menahan emosi. Aku tidak memperdulikannya dan lanjut untuk membicarakan proyek baruku dan Jordi."Fasilitas hotel bintang lima tapi desain luarnya mengikuti rumah adat di sana. Bagaimana?""Not bad. Aku juga sempat berpikir seperti itu. Selain untuk memperkenalkan budaya kita pada turis, masyarakat kita sendiri pun harus tahu kekayaan Nusantara itu memang sangat menarik dan beragam. Kita harus pintar untuk mengolahnya bukan?""Kau benar, Elea. Lusa kita buat janji untuk bertemu dengan arsitek membicarakan soal bagunan.""Aku juga akan memantau langsung ke sana. Sembari liburan.""Kau memang harus liburan, Nyonya. Lihatlah keriput di matamu pertanda kau stres."Tanganku refleks terangkat menyentuh sudut mata yang disambut gelak tawa Jordi."Ck! Memang dasar penipu!" sungutku."Tidak ada penipu setampan aku," ujarnya lalu berdiri. "Aku pergi dulu."Cup!Di depan mata Mas Dafri, Jordi mencium pipiku
Seringai tersungging di bibirku, "Kamu pikir aku masih mau pada lelaki yang sudah masuk ke dalam sangkar burung orang lain? Aku jijik!""Aku sudah menyesali semuanya, Elea. Aku akan menceraikan Luna dan memulai semuanya dari awal."Mas Dafri mencoba untuk menggenggam tanganku namun dengan cepat aku menghindar."Memang dengan perceraianmu dan Luna itu bisa mengembalikan segalanya? Bisa membuat luka hatiku sembuh? Bisa mengembalikan kepercayaanku yang sudah hancur?""Tidak! Tapi aku akan tetap berusaha untuk meyakinkanmu kalau aku sudah berubah, aku akan memperbaiki semuanya."Kamu pikir aku akan percaya setelah mendengar percakapanmu dan Luna tadi pagi? Tidak ada lagi satu katapun yang bisa aku percayai darimu, Mas.Semua yang keluar dari mulutmu itu dusta di mataku."Lakukan! Aku ingin tahu sejauh apa usahamu untuk membuatku kembali percaya." Aku menantangnya, biarlah dia menghabiskan waktu untuk mengejarku karena apapun yang akan dilakukan olehnya itu tidak akan membuatku luluh. Semu
Mataku mengerjap pelan, menyesuaikan cahaya yang menerobos masuk ke dalam retina. Dari baunya sudah bisa ditebak ini rumah sakit.Sebelum hilang kesadaran, aku seperti mendengar suara Mas Dafri, apa dia benar-benar ada di sini."Jadi suaminya yang mana. Saya akan menjelaskan kondisi Bu Elea.""Saya suaminya, Dok.""Bukan. Saya suami Elea, Dok."Suara itu membuat kepalaku bergerak menoleh ke arah sumber suara.Mas Dafri dan Jordi di sana. Mereka malah bertingkah konyol, terutama Jordi. Untuk apa dia mengaku sebagai suamiku segala."Jo." Berharap dengan suara lirih dia akan mendengar namun dia masih tidak menoleh."Jo." Kembali aku memanggilnya dengan suara yang lebih keras. Jordi menoleh, bahkan Mas Dafri pun ikut menoleh dan menghampiriku."Sayang. Bagaimana perasaanmu? Apa ada yang sakit?""Aku yang dipanggilnya bukan kau. Pergi sana!" Jordi mendorong tubuh Mas Dafri menjauh.Dengan cepat Mas Dafri menepis dan balas mendorong Jordi."Pak, tolong jangan bertengkar di sini. Ini rumah s
Beberapa hari aku bahkan sama sekali tidak keluar dari kamar karena ingin benar-benar memulihkan kondisi. Tidak peduli dengan keributan setiap hari yang dibuat oleh Luna. Dia sangat cemburu karena Mas Dafri setiap malam tidur di kamarku.Aku melakukan itu bukan tanpa alasan, jelas karena memang ingin membuat Luna terbakar. Tidur satu kamar tapi tidak satu ranjang, aku tidak sudi berbagi ranjang dengannya. Untung saja dia tidak berani macam-macam apalagi sampai menyentuhku.Karena merasa kondisi sudah jauh lebih baik, kuputuskan untuk ke kantor. Banyak pekerjaan yang harus diselesaikan karena saat di rumah aku benar fokus untuk istirahat, tidak melakukan pekerjaan apapun."Kamu sudah membaik?" Mas Dafri keluar dari kamar mandi, menatapku yang sudah rapi dengan setelan kantor."Hm.""Biar aku saja yang urus pekerjaan kantor."Gerakan tanganku yang sedang merapikan rambut terhentu. Aku mendongak menatapnya tajam."Apa katamu? Coba ucapkan sekali lagi."Mas Dafri malah gelagapan, "Eh, ti
Masalah satu belum selesai, kini ditambah lagi beban di pundak saat mendengar papa dilarikan ke rumah sakit. Padahal kemarin saat bertemu papa masih baik-baik saja. Kondisi orang yang sudah renta seperti papa memang kadang tidak mampu diprediksi. Meski sering rutin cek kesehatan.Sepertinya papa juga benar-benar ingin memperbaiki hubungannya dengan mas Dafri. Papa memintaku datang bersama mas Dafri. Jelas saja dia akan selalu berada di sisiku karena dia supir yang akan mengantarku kemanapun aku pergi."Ingat, hanya di depan papa kamu bisa bersikap sewajarnya. Aku hanya tidak ingin papa semakin sakit jika tahu kelakuan menjijikkanmu itu." Sebelum menemui papa, aku lebih dulu memperingati mas Dafri."Sayang, beri aku satu kesempatan. Aku akan lakukan apapun untukmu, aku akan meninggalkan Luna tapi tolong jangan pergi dariku. Aku sangat mencintaimu."Sebelah sudut bibirku tertarik. "Kamu mencintaiku atau mencin
“Aku masih memiliki hati. Jadi, aku lepaskan tugasmu untuk beres-beres rumah,” ucapku sambil memperhatikan ekspresi wajah Luna yang sepertinya sangat kegirangan.“Harusnya dari awal. Aku datang kesini untuk jadi Nyonya bukan babu,” sahutnya dengan jumawa.“Aku hanya kasihan pada bayi yang kau kandung bukan kasihan padamu. Bayi tidak memiliki salah apapun, tapi kau jangan senang dulu. Kau akan jadi asisten pribadiku jadi kemanapun aku pergi kau harus ikut tapi saat aku berduaan dengan Mas Dafri kau harus pergi.”Luna melotot, “Kau sudah membuat surat perjanjian kemarin Mas Dafri dilarang untuk menyentuhmu da-”“Kau tahu sendiri aku ini orangnya plin-plan, jadi aku tarik semua pernyataanku kemarin dan surat perjanjian itu batal. Tidak ada lagi surat perjanjian antara aku dan Mas Dafri ataupun denganmu, aku akan melakukan apapun yang kumau jadi kau tidak ada hal untuk melarangku!”“Kau-”
“Mas Dafri tidak akan percaya jika memang kau berniat mengungkapkan semuanya.” “Kita lihat saja nanti.” “Dia mencintaiku di-” “Jangan terlalu percaya diri. Ibaratkan bunga yang dihinggapi kumbang, kau itu hanya diperas saja. Diambilnya keuntungan darimu setelah itu kau akan dibiarkan dan mati.” Wajah Luna semakin pucat saat Mas Dafri sudah kembali. Aku tidak akan langsung membongkarnya karena jika itu kulakukan maka permainan akan langsung berakhir. Biarlah Luna merasakan tidak tenang dibayangi lelaki masa lalunya. “Aku ke kamar dulu.” Luna langsung berdiri dan melengos ke dalam kamarnya. Mas Dafri menatapku seolah bertanya. “Kalau ingin tahu kenapa tidak tanya sendiri saja padanya,” ujarku lalu mengambil alih piring berisi cake di tangannya. “Tidak. Aku tidak ingin tahu apapun.”
“Ma–s Dafri!” Luna gelagapan.Mas Dafri menyeret Luna, aku bahkan bisa mendengar wanita itu meringis. Tanpa kuminta Mas Dafri akan ada di pihakku. Tidak ada keuntungan baginya jika memilih Luna karena aku pun tahu dia tidak benar-benar mencintai Luna.“Benar dia yang kau maksud?” Jordi tiba-tiba sudah ada di sebelahku.“Kau bisa melihat sendiri bukan?”“Bangs*t! Sudah dinaikan derajatnya malah–”“Sudah, Jo!” Aku menahan Jordi yang akan menyusul Mas Dafri.Sebagai teman dia juga pasti merasa marah saat tahu temannya disakiti seperti ini. Jordi dan Luna sama-sama temanku tapi mereka tidak terlalu akrab. Dari awal aku memperkenalkan mereka memang seperti tidak ada kecocokan sebagai teman dari keduanya.Dulu sempat berpikir untuk menyatukan mereka tapi malah suamiku sendiri yang masuk jeratan Luna.“Sejak kapan?”Aku m