Aku hanya diam saja membiarkan Mas Dafri yang bicara karena jelas itu akan lebih menyakitkan bagi Luna.Luna tidak akan bisa protes, jika berani sudah dipastikan akan ada lagi keributan besar antara dirinya dan juga Mas Dafri.“Ayo, Bu. Aku antar ke kamar, ibu harus istirahat dulu.” Mas Dafi membawa ibunya ke dalam kamar.Hanya tinggal aku dan Luna.“Apa yang kau lihat? Cepat selesaikan tugasmu!” titahku setelah Mas Dafri dan ibu mertua sudah tidak terlihat.Luna mendelik padaku, “Kau ….”“Jangan mempersulit dirimu, Lun. Kalau tidak mau ya sudah, angkat kaki dari sini!”“Tunggu pembalasanku!”Aku mengangguk, “Akan kutunggu dengan senang hati. Ingat jangan sampai ada yang terlewat, jika ada yang salah. Siap-siap saja terima hukumanmu.”“Lalu apa yang kau lakukan disini?”“Terserahku, ini rumahku.” Aku akan mengawasinya langsung disini, enak saja dia hanya ongkang-ongkang kaki di rumah ini dan hanya tidur makan saja kerjanya. Apa yang dilakukannya ini kuanggap sebagai bayaran karena di
POV LunaBukan hanya lelaki yang bisa tergoda, sebagai wanita sepertiku juga bisa tergoda. Rasanya aku benci pada diriku sendiri karena mencintai suami orang lain, apalagi suami sahabatku sendiri. Tapi semakin aku mencoba untuk mengubur rasa ini aku malah semakin tidak bisa melupakannya. Sikapnya yang lembut dan romantis pada Elea membuatku cemburu.Hidup Elea sangatlah sempurna. Dia terlahir dari keluarga kaya dan juga memiliki suami yang tampan, lembut dan juga sangat mencintainya. Aku juga ingin dicintai seperti itu. Aku pernah menjalin hubungan dengan David sebelum jatuh dalam pelukan Mas Dafri, hubungan kami bahkan sudah melewati batas, maksudnya disini Mas Dafri menikahiku sebelum dia menyentuhku. Keluarganya pun tidak ada yang tahu.Aku bahkan tidak tahu sejak kapan awal mula hubungan kami terjalin, tidak peduli Mas Dafri hanya menjadikanku mainan atau memang tulus. Aku benar-benar menginginkannya ada di sampingku, berbagi dengan Elea pun tidak masalah.Namun semakin hari aku s
POV EleaKeberadaan ibu mertua membuatku tidak nyaman karena Mas Dafri terus saja menempel. Ini dijadikan kesempatan olehnya untuk berdekatan denganku. Kenapa juga dia harus mengusir Luna lebih dulu, aku jadi tidak bisa mengerjainya lagi. Enak sekali Luna bisa keluar dari rumah ini begitu saja.“Sepertinya Ibu harus pulang besok karena tidak ada yang mengurus adikmu di rumah,” ucap Ibu mertuaku.“Elsa sudah besar, Bu. Ibu disini saja, apalagi Ibu jarang sekali berkunjung, kamu juga terlalu sibuk untuk mengunjungi Ibu.”“Ibu tidak ingin merepotkan Elea.”“Tidak apa 'kan Ibu disini, sayang?” Mas Dafri menyenggol lenganku.“Oh, iya. Tentu saja, Bu. Aku ada teman jadinya karena aku pun sudah mengurangi kegiatan di kantor setelah tahu sedang hamil,” ujarku.“Baguslah kalau memang kamu sudah mengurangi kegiatan di kantor. Bagaimana pun sekarang yang paling utama adalah kehamilanmu, El. Ibu tidak ingin kamu terlalu kelelahan.”“Iya, Bu.”Besok aku akan mengajak Ibu mertuaku untuk melakukan p
POV Author“Apa sudah benar-benar tidak bisa? Demi anak kita?” Dafri berlutut di hadapan Elea.Elea malah ikut berlutut membuat Dafri terperangah.“Apa maknanya berlutut? Aku juga bisa melakukannya. Lihat 'kan?”Lelaki itu menunduk dalam, mungkin tidak bisa lagi berkata-kata.Elea menghampiri ibu mertuanya dan menuntun wanita paruh baya itu untuk duduk di sofa..“Maafkan aku, Bu. Mungkin berakhirnya pernikahan ini membuat Ibu kecewa.”Bu Lia menggelengkan kepalanya, “Tidak, Nak. Kamu tidak perlu minta maaf, kamu tidak salah apapun. Semua ini kesalahan Dafri.”“Semoga menantu Ibu berikutnya bisa lebih baik dariku.”“Tidak akan ada yang sebaik dirimu, El.”“Aku pamit dulu ke kamar, Bu.”Jika terus melihat Bu Lia, bisa saja Elea luluh. Pertahanannya bisa runtuh, ia lemah jika berhadapan dengan orang yang disayangi. Bahkan untuk bisa melawan perasaan cinta yang masih besar pada Dafri itu sangat sulit hingga sekarang Elea mencoba untuk melepaskannya meski harus tertatih saat meninggalkan.
POV Author“Jangan gila kau, David!” Luna tidak habis pikir, jika sampai melakukan itu ia bahkan tidak bisa membayangkan apa yang akan diperbuat Elea padanya.“Kalau tidak mau ya sudah. Sudah jatuh tertimpa tangga. Kau ditinggalkan Dafri dan tidak akan bisa kembali padaku.” David menyeringai menatap Luna.David tahu Luna akan mudah diprovokasi, ia tahu betul seperti apa Luna. Akan melakukan apapun demi uang, demi keuntungannya. Tidak akan peduli jika orang lain dirugikan.Luna gamang. Diam rugi bergerak pun bisa jadi celaka, dalam hal ini ia harus hati-hati mengambil keputusan. Tapi untuk saat ini ia hanya bisa bergantung pada David karena jika ia mendapatkan masalah atau butuh sesuatu tidak akan mungkin datang pada Elea yang jelas tidak akan peduli lagi seperti sebelumnya.“Datangi aku besok jika sudah memutuskan.” David meninggalkan Luna begitu saja.Ini tidak mudah bagi Luna tapi untuk memastikan semuanya Luna akan mencoba mencari keberadaan Dafri, setidaknya ia mendapatkan kepasti
POV AuthorSetelah tidak mendengar teriakan Elea, Jordi kembali duduk di samping wanita itu dengan tampang santainya.“Dia sudah tidak disini?” Jordi bertanya dengan hati-hati.“Cari saja kalau ada.” Elea menyahut tanpa menoleh pada Jordi.Dari jawaban Elea sudah jelas jika Dafri tidak ada disana. Jordi datang hanya untuk memastikan jika Elea baik-baik saja, bagaimanapun ia tidak mungkin mengabaikan Elea yang butuh didampingi apalagi mengingat jika kedua orang tua Elea sedang berada di luar negeri dan tidak tahu soal masalah ini.Mungkin Elea terlihat tegar tapi tetap saja ia juga butuh sandaran dan sebagai seorang teman yang baik Jordi akan selalu ada di samping Elea.“Tidak ada untungnya aku mencari dia,” celetuk Jordi lalu bersandar, menaikan kakinya ke atas meja. Ia memang selalu seperti ini karena menganggap rumah Elea adalah rumahnya juga.“Kau juga ada masalah 'kan?” tebak Elea.Meski niat Jordi datang memang untuk menghibur Elea tapi tidak bisa dipungkiri dari sorot matanya te
POV Author“Melihatnya saja sudah membuatku jijik,” gumam Luna, ia bahkan dari tadi tidak bergerak hanya memandangi ikan-ikan kecil itu.“Ayo mulai. Harus selesai sebelum Non El bangun.”“Apa? Mana mungkin sebanyak ini selesai dalam sekejap. Gila kali!” Luna bersungut-sungut.“Tidak mau tahu. Pokoknya harus selesai.” Siti menatap tidak suka pada Luna, ia berpikir ia adalah pembalasannya karena perbuatan tidak baik Luna padanya dulu. Sudah lama sekali Siti menunggu ini meski berpikir itu tidak mungkin. Tapi kenyataannya malah bisa.“Kau jangan berlagak seperti Nyonya di rumah ini!” bentak Luna dengan mata melotot.Sii melipat tangan di dada, “Ya sudah kalau tidak mau tinggal saya bil-”“Aish! Menyebalkan!” Luna mengacak rambutnya frustasi.Jika ingatannya soal rencana David tidak muncul mungkin yang ada ia sudah hilang kendali karena merasa dipermainkan. Tidak tahu saja jika memang tugas-tugasnya kedepan akan membuat Luna semakin geram karena memang itu tujuan Elea. Ia ingin membuat Lu
POV AuthorJantung Luna hampir copot, untuk yang mendengar ia bicara itu Siti bukan Elea. Jika Elea yang mendengar bisa bahaya.“Dasar babu kepo!” sungut Luna lalu memungut ponselnya.“Situ juga babu, kok menghina?”“Lanjutkan! Aku mau ke toilet.” Tanpa mendengar jawaban Siti, Luna melengos pergi.Siti geleng-geleng kepala, “Wajib dicurigai ini. Jangan sampai Non El dicelakai oleh nenek sihir itu.”Elea memang tidak meminta Siti untuk mengawasi pergerakan Luna hanya mendampingi saja tapi jika ada hal yang mencurigakan seperti ini sudah seharusnya Siti waspada. Tidak tega jika harus melihat majikannya kembali adi korban Luna.Takut lupa jika dinanti-nanti, Siti langsung memberitahu Elea.“Terima kasih infonya. Sekarang kamu bisa kembali.” Elea tersenyum pada Siti.“Sama-sama, Non. Saya permisi.”Pencurian dokumen tidak ada dalam rencananya dan David. Ya, keduanya mendapatkan keuntungan dengan mengerjai Luna. Elea merasa puas dan David bisa lepas dari masalah yang dibuatnya dengan bantu