Beranda / Romansa / Memar Termanis / 44. Buket Bunga Misterius

Share

44. Buket Bunga Misterius

Penulis: Mira Lee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-29 13:44:48

šŸ“Lokasi Syuting

Yubin melangkah pelan mendekati Paula yang tengah duduk di bangku kayu panjang, matanya terpaku pada layar ponsel. Break syuting memberi mereka waktu sejenak untuk bernapas, tapi raut wajah Paula terlihat serius.

ā€œHei,ā€ sapa Yubin sambil duduk di sebelahnya. Ia menyandarkan siku di lututnya, menatap Paula dengan rasa ingin tahu. ā€œGimana kondisi Pak Jexon?ā€

Paula menoleh perlahan, senyumnya tipis. ā€œSemua baik-baik saja. Kondisinya sudah jauh membaik,ā€ jawabnya lembut.

ā€œHhhā€¦ā€ Yubin mendesah panjang, lalu mengusap tengkuknya. ā€œAku sampai kepikiran yang enggak-enggak tentang Pak Nicholas, loh. Ternyata malah beliau yang minta kamu buat nemuin Pak Jexon.ā€

Paula tersenyum kecil, menundukkan pandangannya sejenak. ā€œAku sudah bilang, kan, Ce. Pak Nicholas enggak punya perasaan kayak yang Cece pikirkan.ā€

Yubin mengangguk, meski kerutan di dahinya menunjukkan pikirannya masih sibuk. ā€œYa… tapi sikapnya itu, loh, bikin aku salah paham. Eh, tapi… dengan begini, berarti Pak Nicholas
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Memar TermanisĀ Ā Ā 62. Apa Kabar

    Pikiran itu berputar liar, tak mau berhenti, seperti badai yang tak kunjung reda. Bayangan kecelakaan-kecelakaan akhir-akhir ini menghantui Jexon, mengisi setiap sudut ruang kosong dalam kepalanya. Ia mencoba merasionalisasi, tapi semakin keras ia berpikir, semakin banyak pertanyaan tanpa jawaban yang muncul.Jexon menatap kosong ke tumpukan dokumen di mejanya, di ruangan kerja yang luas dan sunyi itu. Udara di sekeliling terasa berat, terlalu penuh dengan pikiran yang menggantung. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan gejolak di dadanya. Namun pikirannya segera kembali ke sosok Andreas—seseorang yang baru ini mulai masuk dalam kecurigaannya.ā€œDalang dari semua ini,ā€ gumam Jexon pelan, nada suaranya rendah dan penuh tekanan. Andreas Liu. Nama itu terus berulang di benaknya, menghantui seperti bayangan gelap yang tak mau pergi.Dengan gerakan cepat, Jexon meraih ponselnya di meja. Jari-jarinya menekan layar, mencari nama kontak yang ia butuhkan. Seketika, ia menghubungi Ar

  • Memar TermanisĀ Ā Ā 61. Dendam Yang Ingin Dibalas

    šŸ“Rumah Sakit Kamar rumah sakit itu terasa hangat, meski aroma antiseptik yang khas masih terasa di udara. Rean terbaring di ranjang dengan infus yang terpasang di tangannya. Wajahnya sudah tidak terlihat pucat, tapi senyumnya tak pernah pudar saat melihat Paula masuk membawa sekotak buah dan bunga mawar putih di tangannya. ā€œRean, gimana kabarnya?ā€ tanya Paula sambil mendekat ke sisi ranjang. Suaranya lembut, penuh perhatian. ā€œLebih baik, auntie Paula. Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk datang,ā€ jawab Rean, meski suaranya terdengar sedikit lemah. Di sudut ruangan, Dk, terlihat duduk menemani Rean sahabatnya di kamar pasien itu. ā€œAuntie!ā€ panggil Dk beranjak mendekati Paula. Paula tersenyum. ā€œHai, Dk. Maaf ya, kalau auntie baru sempat jenguk sahabat kamu.ā€ Sambil mengusap kepala bocah itu. Dk mengangguk dengan semangat. ā€œIya, gpp auntie. Kami berdua, cuma lihat berita ditelevisi.ā€ Paula mengerutkan kening, merasa penasaran. ā€œOh ya? Apa yang kamu lihat?ā€ ā€œTent

  • Memar TermanisĀ Ā Ā 60. Hubungan Serius

    Berita Eksklusif: Kencan Paula dan Jexon!Hari ini, dunia hiburan digemparkan dengan kabar hangat seputar hubungan romantis antara Paula, model terkenal dari agensi J&T Entertainment, dan Jexon, CEO agensi tersebut. Foto-foto yang diambil secara diam-diam oleh paparazi menunjukkan keduanya berpelukan di rumah sakit, menciptakan spekulasi besar di media.šŸ“J&T Entertainment -Ruang Presdir-ā€œIni foto yang beredar semalam?ā€ tanya Nicholas, presiden direktur J&T Entertainment, sambil menyelipkan senyum tipis. Matanya menatap tajam pada sebuah foto di tangannya.Albert, asistennya, mengangguk mantap. ā€œIya, Pak Presdir. Ini diambil oleh seorang wartawan.ā€Nicholas menghela napas lega, menyandarkan tubuhnya ke kursi kulit di balik meja kerjanya. ā€œKalau begini, sepertinya mereka sudah menyelesaikan masalah mereka.ā€ Ucapannya terdengar ringan, namun jelas menyiratkan kebahagiaan.****Sebaliknya, suasana di rumah keluarga Wang penuh dengan ketegangan. Elisabeth, ibu Jexon, menatap layar tel

  • Memar TermanisĀ Ā Ā 59. Menutup Mata Dan Memaafkan

    Celine tersentak, tersadar dari lamunannya. Dia melihat punggung Andreas yang semakin jauh di ujung koridor hotel. Dengan tergesa-gesa, dia mengejarnya. Langkah kakinya terdengar berdebum pelan di atas karpet tebal.ā€œAndreas!ā€ serunya, suaranya gemetar.Andreas tetap berjalan tanpa menoleh, namun tubuhnya menegang saat Celine menggenggam pergelangan tangannya. Ia berhenti, tapi tidak langsung berbalik.ā€œKamu mau ke mana?ā€ tanya Celine, suaranya memohon, hampir putus asa. Matanya yang berkaca-kaca menatap punggung pria itu.Andreas menarik napas panjang sebelum akhirnya berbalik. Wajahnya dingin, matanya tajam seperti pisau. ā€œMau balik. Saya harus temui Abex dan mencari Serena,ā€ jawabnya dengan nada rendah tapi tegas, seolah tidak ingin ada diskusi lebih lanjut.ā€œJ-jangan pergi,ā€ pinta Celine sambil menggenggam tangannya lebih erat. ā€œT-tidak ada yang menemaniku di sini.ā€Andreas mendengus, tawa pendek yang lebih terdengar seperti ejekan. Dia menatap Celine dengan tatapan sinis. ā€œTidak

  • Memar TermanisĀ Ā Ā 58. Dia Adalah Serena

    šŸ“J&T Entertainment-Ruangan Presiden Direktur-Elisabeth membuka pintu ruangan dengan gerakan cepat, langkahnya penuh tekad saat memasuki ruang kerja suaminya. Suara hak sepatu yang menghantam lantai terdengar nyaring, mengisi keheningan di ruangan itu. Matanya tajam, seperti ingin menembus setiap rahasia yang tersembunyi di balik wajah tenang Nicholas.Nicholas mendongak dari berkas-berkas di mejanya, lalu bersandar santai di kursi, menatap istrinya dengan sikap tenang. ā€œAda apa, Elisabeth?ā€ tanyanya dengan suara datar, meski sorot matanya meneliti ekspresi di wajah wanita itu.Elisabeth berdiri tegak di depan meja, kedua tangannya mengepal, menggenggam emosi yang hampir meledak. ā€œSudah dua hari aku menunggu kamu mengatakannya sendiri,ā€ ucapnya, suaranya tajam. ā€œTapi sepertinya kamu tidak berniat untuk mengakuinya, Nicholas.ā€Nicholas menarik napas dalam-dalam. Tanpa berkata apa-apa, dia berdiri perlahan dari kursinya dan berjalan mendekati Elisabeth. Sorot matanya kini serius, ta

  • Memar TermanisĀ Ā Ā 57. Flashback On: Akhir Yang Tragis

    Satu minggu berlalu. Suasana rumah terasa sepi, hanya terdengar suara angin yang sesekali menggesek jendela kayu. Clara duduk di sofa kecil yang mulai memudar warnanya, tubuhnya tenggelam dalam keheningan. Matanya menatap kosong ke arah lantai, seolah mencoba mencari sesuatu yang hilang di dalam pikirannya. Langkah-langkah ringan terdengar dari belakang, dan suara Andreas memecah keheningan. ā€œCe,ā€ panggil Andreas dengan nada ceria. Clara mengangkat wajahnya perlahan, matanya lelah. ā€œAda apa, Andreas?ā€ tanyanya singkat, tanpa banyak ekspresi. Andreas tersenyum lebar, wajahnya polos dan penuh semangat seperti anak kecil yang baru mendapatkan mainan baru. ā€œAku berhasil menemukan alamat rumah Jexon,ā€ katanya antusias. ā€œAku akan ke sana. Aku harus bicara dengannya!ā€ Kata-kata Andreas seperti pisau yang menusuk hati Clara. Ia mencoba mempertahankan senyumnya, meski dalam hatinya ia merasa hancur. Andreas tampak begitu bersemangat, namun kabar tentang Jexon justru membuat Clara semakin

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status