Share

Bab 7-Isi Hati Pelakor

Author: Alin Sky
last update Huling Na-update: 2023-02-06 21:26:39

Aku mengikuti dorongan Mas Adam untuk melepas pelukanku. Perlahan ku angkat kepalaku dan bertanya dengan bibir yang bergetar. "K-kenapa, Mas? Mas nggak mau maafin aku?" Ujung mataku sudah memanas. Riak air sudah ingin turun. Ditambah raut wajah Mas Adam yang datar. Sulit ku tebak.

"Kamu minta maaf terus. Tapi nol aksi. Besok-besok kamu lakuin hal yang sama lagi," kata Mas Adam datar tanpa ekspresi.

Aku menggelengkan kepala dengan kuat. "Nggak, Mas. Aku janji kali ini nggak akan ngulangin hal yang sama lagi. Aku janji akan menghargai setiap keputusan yang Mas Adam buat." Aku mengatakan itu dengan terisak. Aku sangat mencintainya. Setiap kali kami memiliki masalah, selalu aku yang menangis tersedu-sedu. Tangisanku itu adalah ketakutanku kehilangan Mas Adam. Meski aku tahu, Mas Adam tidak akan kemana-mana. Ia tidak akan meninggalkanku. Kami sudah berjanji dari tujuh tahun yang lalu, bahwa kami akan terus melanggengkan pernikahan ini sampai maut yang memisahkan. Bagaimanapun cobaan yang menghadang rumah tangga kami.

Mas Adam terdiam. Pandangannya lurus kedepan. Netranya sama sekali tidak menatap ke arahku. Ia melangkahkan kakinya begitu saja dan membuka pintu, kemudian masuk ke dalam kamar. Aku masih mengikutinya, alias masih mencoba untuk merayunya agar mau memaafkanku.

"Mas, lagi pula aku nggak jadi mecat Nira. Dia masih kerja disini sebagai Babysitternya Cleo. Tapi Mas masih aja marah sama aku," ujarku. Aku menghalangi setiap langkah kaki Mas Adam. Ketika ia ingin masuk ke dalam kamar mandi, kemudian badannya berbalik arah lagi untuk duduk diatas ranjang karena aku menghalanginya.

Aku ikut duduk disebelahnya. "Mas, maafin aku. Aku emang bukan istri yang sempurna buat kamu. Aku ngaku salah dan banyak kekurangan. Tapi, kasih aku kesempatan untuk memperbaikinya, Mas."

Air mataku menetes secara perlahan. Mas Adam sekilas memandang ke arahku. Tampaknya emosinya sudah mereda dan amarahnya sudah bisa terkendali. Sebab, suara Mas Adam tidak meninggi seperti tadi lagi. Ia sudah dapat berbicara baik-baik denganku.

"Oke. Aku kasih kesempatan kamu untuk berubah. Jangan egois, Dek. Belajar untuk mendengarkan dan menghargai keputusan orang," kata Mas Adam menasihatiku baik-baik.

Aku menganggukkan kepala dengan senang. Ku seka air mata yang sudah membasahi pipiku. "Terimakasih, Mas. I love you."

Mas Adam tersenyum dan membalas ucapanku. "Too."

Aku memeluknya dengan erat. Bersyukur karena akhirnya Mas Adam memaafkanku. Suamiku itu pun membalas pelukanku dengan erat juga. Ia mengelus-ngelus punggungku dan kemudian berbisik ditelingaku dengan suara manjanya. "Hari ini Mas lagi pengen."

Ku cubit pelan dengan spontan pinggangnya. Mas Mas Adam menjerit kecil. "Awww. Apa sih sayang?"

Aku tersenyum malu. "Mas ini ada-ada aja. Ini masih pagi tau. Sebentar lagi aku juga mau otw ke kantor."

Mas Adam memasang wajah kecewanya seperti seorang anak kecil yang permintaannya tidak diturutin. "Hm, ayolah, Sayang. Katanya janji untuk dengerin Mas dan nurut."

Mas Adan berdalih seperti itu agar aku bersedia mengiyakan permintaannya. Padahal, ini masih pagi sekali dan akupun sudah rapi mengenakan outfit untuk ngantor. Tapi suamiku itu sudah ingin bercinta denganku.

Aku mengangguk malu. "Baiklah, Sayang." Aku tidak bisa menolaknya, karena baru saja Mas Adam memaafkanku.

Mas Adam tersenyum sumringah. Ia langsung menggendongku secara tiba-tiba dan membawaku ke atas ranjang. Aku berteriak kegirangan.

Entah hanya aku saja yang merasakan atau para ibu-ibu disana juga, tapi setiap kali aku bertengkar dengan Mas Adam, akhir dari penyelesaiannya adalah bercinta diatas ranjang. Tidak pandang waktu, jika urusan memberi jatah pada suami wajib dilakukan setelah perdebatan panjang selesai.

"Aaaa, kamu ini, Mas!" Kedua pipiku memerah seperti kepiting rebus. Pertanda aku sedang malu saat ini.

"Sstt! Suaranya jangan kencang-kencang, nanti kedengaran keluar." Mas Adam mengingatkanku sembari menempelkan jari telunjuknya ke bibirku.

Aku membekap mulutku. Berusaha agar suaraku tidak kedengaran kemana-mana. Sebab, aku sedang menahan geli dan rasa sakit yang dipenuhi kenikmatan. Suamiku sedang memasukkan jari tangannya ke area kewanitaanku. Aku mengerang kesakitan. Tapi terus meminta Mas Adam melakukannya. Sial, aku ketagihan. Padahal ini masih pemanasan.

"Enak?" tanya Mas Adam sambil menatapku dengan tatapan yang menantang. Apalagi wajah genit dan suara desahan lembutnya, semakin membuatku ingin cepat-cepat klimaks.

Aku tidak berdaya rasanya menjawab pertanyaan suamiku. Hanya anggukan kepala yang mengisyaratkan kenikmatan tersebut.

Tahukan apa yang terjadi setelah ini? Tentu kami melakukan permainan intinya. Kami berdua tenggelam didalam kenikmatan duniawi yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

***

Pelakor's POV

"Bangs*t! Setelah bermain denganku, bisa-bisanya dia main sama istrinya!" gerutuku kesal ketika melihat dua sejoli sedang bermain panas diatas ranjang.

Dari balik tirai jendela luar kamar mereka, aku menyaksikannya sendiri dengan mata dan kepalaku. Mas Adam tampak bergairah. Padahal tadi malam ia mengatakan bahwa ia tidak nafsu lagi dengan istrinya. Ia merasa bosan. Tapi apa yang dilakukannya hari ini? Ia seperti binatang buas yang menjamah setiap daging mangsanya. Mas Adam berbohong padaku!

Lihat saja, setelah ini aku tidak akan tinggal diam, Mas. Aku akan terus menyelundup masuk ke dalam rumah tanggamu dan mengambil hatimu hanya utuh milikku saja. Kamu telah berjanji padaku untuk setia dan memperjuangkan hubungan gelap kita. Sebab, aku sudah memberikan keperawananku kepadamu. Jatah selangkangan untukmu, tentu aku yang lebih lihai daripada istrimu. Karena aku yang masih belia!

"Tunggu pembalasanku!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Membalas Perselingkuhan Suami   BAB 43-PAPA, JANGAN PERGI!

    "Sampai tadi pagi pun aku tahu bahwa keadaan Ibu masih belum stabil. Itu makanya saya masih belum berani bilang ke ibu. Saya takut kalau keadaan Ibu semakin memburuk," kata Nira lagi. Dia memberi tahu alasannya padaku mengapa ia tidak memberitahuku bahwa Xabiru mengigau serius."Oh ya sudah enggak apa-apa, Nira. Saya minta tolong ya sama kamu. Tolong panggilkan dokter pribadi untuk memeriksa Xabiru. Okay? Tunggu saya pulang. Sebentar lagi ya saya akan pulang." Begitu kataku kepada Nira. "Baik. Siap laksanakan," ucapnya.Aku mengakhiri telepon. Ternyata Birana sudah berdiri dibelakangku. Wajahnya terlihat sedih melihat air di kedua sudut mataku sudah turun. "Ra, aku gagal jadi ibu. Aku nggak tahu kalau dia sakit," kataku pilu.Birana langsung mendekatiku dan memelukku. "It's okay. Nggak papa. Kamu bukan gagal jadi ibu. Cuman Tuhan kasih kamu waktu buat sendiri dulu untuk mewaraskan diri kamu yang lagi ditimpa masalah ini.***Tidak terasa waktu ku sudah habis 10 menit. Polisi memanggil

  • Membalas Perselingkuhan Suami   BAB 42-XABIRU

    Aku dan Birana langsung saja menuju kantor Polisi. Sesampainya di sana, benar saja mas Adam sudah duduk di depan polisi untuk dimintai keterangan."Ibu Ghida, silakan duduk disebelah Bapak Adam," kata polisi tersebut. Kemudian ia melanjutkan kalimatnya lagi. "Kami sudah mencoba menghubungi bapak Ginanjar, namun beliau sedang ada kesibukan lain. Jadi beliau menitipkan semuanya kepada ibu Ghinda."Aku membalasnya dengan anggukan kepala. "Oh iya pak terima kasih."Selama proses pemeriksaan, aku sama sekali tidak menoleh ke arah kananku tepatnya ke arah mas Adam. Aku hanya bisa mendengar suaranya."Jika Bapak tahu hasil pemeriksaan visum dari bapak Ginanjar dan juga Ibu Ghinda sama sekali tidak menunjukkan bahwa mereka sedang habis melakukan hubungan seksual. Maka dengan ini kami menyatakan bahwa pelaporan yang bapak buat kemarin adalah sebuah fitnah. Bapak telah menuduh tanpa bukti. Jadi kami akan mengenakan Bapak sanksi," ujar polisi tersebut kepada mas Adam.Mas Adam hanya terdiam tida

  • Membalas Perselingkuhan Suami   Bab 41-Telepon Dari Polisi

    "Lho! Itu ya bukan urusan aku dong. Itu karena kamu udah jahat sama aku. Kamu udah merebut suamiku. Sekarang kamu yang harus menikmati hukuman itu. Hukuman langsung dari Tuhan untuk kamu," kataku dengan ketus.Sementara Tere terus menangis. Malah tangisannya kini semakin kencang. Ia terlihat seperti orang yang tidak waras lagi."Kak tolong maafkan aku. Aku bisa ngelakuin apa aja yang kakak suruh asalkan kakak bisa memaafkanku dan membersihkan nama baik ku di sekolah. Di tempat kerjaku," pintanya.Ia menambahkan kalimatnya lagi sebelum aku membalas ucapannya. "Aku nggak ada kerjaan lagi, Kak. Cuman itu satu-satunya harapanku. Mohon kak jangan seperti ini.""Kamu aneh ya! Apa yang bisa aku lakuin?" tanyaku dengan sewot. Aku sudah sangat risih."Kakak bisa datang ke sekolahan. Kemudian kakak temui kepala sekolah dan katakan bahwa kasus ini nggak benar. Tolong bersihkan nama baikku. Tolong, aku tidak ingin dicap buruk."Aku tertawa kencang. "Hahaha. Kok ada ya orang kayak kamu, Tere? Kamu

  • Membalas Perselingkuhan Suami   Bab 40- Kedatangan Wanita Penggoda

    Aku dan Mas Ginan memasuki ruangan yang dimaksud oleh polisi wanita tersebut. Dua polisi pria juga mengawal kami.Setelah masuk ke dalam, seorang perempuan yang mengenakan jas putih mempersilakan kami untuk duduk tepat dihadapannya. Ia adalah seorang dokter yang telah memeriksa visum kami. "Bapak dan Ibu hasil visumnya bisa dibaca disini," katanya sembari memberikan beberapa lembar kertas kepada kami.Aku dan mas Ginan melihat secara bersamaan. "Bapak dan Ibu hasil visumnya aman. Tidak terjadi terjadi tanda-tanda telah melakukan hubungan seksual. Jadi kalian dinyatakan bebas tidak melakukan perzinahan," katanya.Aku dan mas Ginan bernafas lega. Akhirnya tuduhan perzinahan tidak terbukti."Kalau begitu saya minta dibuatkan surat laporan karena mas Adam yang masih berstatus suami saya sudah menuduh saya berbuat zina," kataku meminta kepada polisi pria yang sedang berdiri di sebelah kami."Apakah itu tidak masalah, Bu?" tanya salah satu dari polisi tersebut. Wajahnya tampak bingung. Kemu

  • Membalas Perselingkuhan Suami   Bab 39-Harus Melakukan Visum

    Mataku tidak sengaja melihat ke arah luar. Dibalik pohon akasia yang letaknya tepat di pinggir jalan rumahku, aku melihat Mas Adam sedang berdiri di balik sana dan memerhatikan kami di dalam. Mata kami sempat bertemu beberapa detik. Tampak Mas Adam terkejut. Ia malah lari setelah itu."Oh itu dia! Malah kabur!" kataku bereaksi spontan sembari menunjuk ke arahnya yang sedang berlari.Mas Ginan dan ketiga polisi tersebut secara bersamaan menoleh ke arah yang aku tunjuk. Mereka juga sempat melihat Mas Adam berlari."Tuh lihat, Pak! Kalau memang benar kami berzinah, kenapa dia nggak ikut masuk ke sini? Malah dia yang melarikan diri," kataku ketus kepada ketiga polisi tersebut.Ketiga polisi tersebut terlihat bingung. Lalu salah satu diantaranya bersuara. "Maaf, Bu. Kami tidak tahu yang dilaporkan oleh beliau benar atau tidaknya. Tapi karena negara kita adalah negara hukum sebaiknya Bapak dan Ibu harus membuktikan bahwa kalian benar-benar tidak sedang berzina."Au tercengang. Bisa-bisanya

  • Membalas Perselingkuhan Suami   Bab 38-Ulah Adam!

    "Gila kamu ya!" kata mas Adam kepadaku. Wajahnya masih dipenuhi amarah. Tapi tiba-tiba tanpa berkata apapun mas Adam pergi begitu saja. Dia melangkahkan kaki untuk keluar gerbang rumahku. Mungkin dia takut dengan ancamanku yang akan melaporkannya ke polisi atas dugaan kekerasan karena sudah memukul Mas Ginan.Ku biarkan dia pergi begitu saja. Sementara aku langsung menolong Mas Ginan. Kulihat rahang pipi Mas Ginan merah dan pria itu tampak sedari tadi harus menahan sakit."Mas, ayo masuk dulu ke dalam rumah. Aku akan mengompresnya. Biar aku obati ya," kataku.Mas Ginan melambaikan tangannya. "Aku nggak apa-apa kok. Aku bisa sendiri nanti ngobatinnya di hotel. Bener deh." Begitu kata Mas Ginan dengan napas yang tersengal-sengal.Aku menggeleng. "Enggak, Mas. Aku harus tanggung jawab karena ini kesalahanku juga. Biar aku obatin ya, Mas. Tolong Mas mau terima sebagai permintaan maaf ku." Aku memaksa mas Ginan untuk mengobatinya di rumahku karena aku benar-benar merasa bersalah.Mas Ginan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status