Share

Bab 2

Author: Mugi
"Winda, kamu ada di dalam? Kamu baik-baik saja?"

Farel mengetuk pintu kamar mandi. Suaranya masih lembut, terdengar tanpa cela.

Ponselku membalas dengan jawaban persetujuan. Aku mengerahkan tenaga untuk keluar dan mengamati Farel sambil berkata, "Aku baik-baik saja, hanya saja agak mual. Farel, apa mungkin aku hamil?"

Raut wajah Farel berubah drastis. "Nggak mungkin!"

"Maksudku, tubuhmu selalu nggak sehat. Kita nggak perlu memaksakan punya anak dengan mengorbankan kesehatanmu. Aku akan sedih melihatmu menderita."

Memang benar tubuhku tidak sehat. Aku tidak bisa hamil setelah beberapa tahun menikah. Ibu mertua bahkan membawaku ke dokter berkali-kali, dan hasilnya selalu sama. Sulit hamil dan perlu dirawat.

Setelah tahu, Farel bahkan bertengkar hebat dengan ibu mertua. "Winda adalah istriku. Punya anak atau nggak, dia tetap istriku. Nggak ada yang lebih penting daripada kesehatannya!"

Saat itu, aku sangat terharu.

Sekarang, kelihatannya aku justru menjadi pelengkap rencananya dan Serli.

Farel memang lihai sekali bersandiwara menjadi pria baik.

Ekspresi Farel pulih dengan cepat, tetapi perubahan ekspresinya yang sebentar itu, sudah cukup untuk membuat hatiku jatuh ke dasar jurang.

Jika dulu dia berkata begitu, aku pasti akan sangat terharu dan langsung memeluknya. Sekarang, aku hanya bisa memaksakan senyum, mundur dua langkah, dan tanpa sengaja menjatuhkan vas bunga.

Vas ini kami buat bersama dengan tangan kami sendiri, di bagian bawahnya terdapat inisial nama kami berdua.

Pecahannya berserakan di lantai, kami berdua terdiam.

Farel segera menarikku, mengelus pipiku dengan ekspresi penuh kasih. Dia berkata, "Nggak apa-apa, aku akan membelikanmu yang baru. Aku tahu kamu menyalahkan diri sendiri karena nggak bisa hamil. Kalau nggak bisa, ya sudah, kita adopsi saja."

"Aku punya teman yang tinggal di luar negeri. Seluruh keluarganya mengalami kecelakaan, hanya tersisa seorang putra berusia dua tahun. Winda, kamu pasti akan menyukainya."

'Menyukai anakmu dan wanita lain?'

Aku mencibir dan balik bertanya, "Kenapa aku nggak tahu kamu punya teman seperti itu? Bagaimana kalau aku bilang aku nggak mau mengadopsi anak itu?"

Farel sesaat kehilangan kesabarannya. Dia mencengkeram pergelangan tanganku dengan kuat dan berkata, "Winda, ini bukan hal yang bisa kamu tawar."

"Maksudku, Keluarga Merza butuh seorang pewaris. Ini bukan saatnya kamu memaksakan kehendak. Besok, Kevin akan datang. Tunjukkan martabatmu sebagai Nyonya Keluarga Merza."

Farel menepuk bahuku, setengah memberi semangat dan setengah mengancam, lalu berbalik pergi.

Di tikungan tangga, dia buru-buru menelepon. Senyum tulus yang sudah lama tidak kulihat tersungging di bibirnya.

Suara samar-samar terdengar dia berkata, "Halo, Serli ...."

Perutku terasa mual. Aku bersandar di wastafel dan terbatuk-batuk lama sampai akhirnya pulih.

Ternyata, anakku juga tahu kalau kehadirannya tidak disambut di rumah ini.

Aku mengelus perutku. Tidak apa-apa. Meskipun tidak punya Ayah, aku akan melahirkan anak ini. Membesarkannya dengan baik, tidak akan kalah dari siapa pun.

"Nyonya, saatnya minum obat."

Pengasuh masuk membawa air untuk mengingatkanku. Aku menyuruhnya meletakkannya dan keluar. Tiba-tiba, beberapa tablet obat itu terasa sangat mengganggu pandanganku.

Ini adalah suplemen nutrisi yang dibuat khusus oleh ahli sesuai dengan kondisi tubuhku, atas permintaan Farel. Katanya, selama aku rutin meminumnya, kondisiku akan membaik dan juga bermanfaat untuk program hamil.

Aku mengambil pil itu dan mengamatinya baik-baik. Akhirnya, aku melihat beberapa huruf kecil yang tidak mencolok di sisi sampingnya.

Setelah diperiksa, obat ini sama sekali bukan suplemen nutrisi khusus, melainkan pil kontrasepsi!

Bahkan, jika diminum dalam jangka panjang, akan ada banyak efek samping untuk tubuh.

Farel berani membohongiku dan menyuruhku meminum racun seperti ini selama hampir enam tahun!

Bulan lalu, karena suasana hatiku sedang tidak enak, aku membuang pil itu ke toilet tanpa sepengetahuan pengasuh dan Farel. Aku juga mencari cara untuk menarik perhatian Farel selama beberapa malam.

Pasti saat itulah aku hamil.

Rasa dingin merambat dari hati ke seluruh tubuhku. Ternyata, bukan aku yang tidak bisa hamil, tapi Farel yang tidak mau aku hamil.

Aku dan Farel sudah saling kenal hampir sepuluh tahun dan menikah enam tahun. Aku benar-benar percaya dan bergantung padanya.

Aku pikir, meski bosan atau perasaannya memudar, dia tidak akan melakukan hal yang menyakitiku.

Kenyataannya, dia tidak hanya melakukannya. Dia juga membuatku merasa bersalah, berterima kasih, dan tidak bisa lepas darinya.

Jika bukan karena obat ini, mungkin tubuhku sudah pulih sejak lama.

Jika bukan karena obat ini, anakku seharusnya sudah bisa berlarian di tanah.

Aku akhirnya tidak bisa menahan diri dan menangis tersedu-sedu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Membalaskan Dendam Anakku   Bab 9

    Farel membelalakkan mata tidak percaya. Dia berkata, "Kamu berani menjebakku?""Winda, kenapa kamu tega melakukan ini padaku? Padahal kamu yang paling mencintaiku ...."Dia mencoba menerjang untuk menyanderaku, tetapi segera dihentikan oleh Mario dan polisi yang datang.Aku melepaskan alat pendengar dan kamera mini. Mengembalikannya kepada polisi, lalu melangkah mendekat padanya dua langkah."Saat mengganti suplemenku dengan pil kontrasepsi, kamu seharusnya sudah memikirkan akan ada hari seperti ini. Aku beritahu, ya, nggak ada yang mencintaimu!""Farel, kamu benar-benar mengira melihatku di depan rumahmu adalah kebetulan? Sekarang kamu sedang menuai balasanmu. Pergi ke neraka sana!"Ini adalah bagian dari rencanaku.Aku tahu, setelah tahu bahwa Kevin yang dia rawat dan cintai selama hampir tiga tahun bukanlah putranya, Farel pasti akan sangat marah dan tidak bisa menerima kenyataan.Setelah amarahnya mereda, dia akan teringat anak kami yang pernah kukandung sebentar. Dia akan berusaha

  • Membalaskan Dendam Anakku   Bab 8

    Serli dan Kevin meninggal. Sejak saat itu, Farel benar-benar terpuruk. Perusahaan Merza yang berdiri kokoh di lautan bisnis Kota Tima, kini berada di ambang kehancuran.Namun, itu masih belum cukup.Aku ingin aib mereka benar-benar terekspos di hadapan dunia.Ketika semua orang yang tidak tahu kebenaran merasa sedih atas meninggalnya Serli, para paparazi merilis berita yang menghebohkan.#Artis Terkenal Serli Damika Pengganggu Rumah Tangga, Berniat Membawa Anaknya Masuk ke Keluarga Kaya##Balasan Serli dan Farel##Kebenaran Kematian Tragis Serli Damika#...Semua itu dirangkai menjadi kebenaran, yang aku minta orang lain untuk rekam dan dokumentasikan selama ini.Apa pun yang paling mereka hargai, itulah yang kupastikan tidak akan mereka dapatkan.Dalam semalam, reputasi Serli menjadi lebih busuk daripada mayatnya. Banyak orang yang pernah berurusan dengannya mulai muncul dan mengungkap betapa buruknya sikap dan aktingnya. Serli menjadi aib besar bagi industri hiburan.Saham Perusahaan

  • Membalaskan Dendam Anakku   Bab 7

    Menginjakkan kaki lagi di Kota Tima, aku dipenuhi dengan berbagai macam emosi.Setelah sedikit mencari tahu, aku mendengar bahwa Farel tenggelam dalam kesedihan karena kehilangan orang yang dia cintai. Pria itu tidak peduli dengan urusan perusahaan dan hubungannya dengan Serli sudah tidak harmonis lagi.Aku mencibir.Jika saja Farel pernah memberikan sedikit perhatian lebih padaku, bagaimana mungkin dia tidak tahu kalau mayat itu bukan diriku?Jika saja dia masih punya sedikit sisa hati nurani, bagaimana mungkin anakku yang malang hanya menjadi genangan darah merah yang belum berbentuk?Aku menyuruh seseorang meletakkan bukti tes DNA di meja ruang kerja Farel. Kira-kira, dia seharusnya sudah melihatnya sekarang.Tidak lama kemudian, semua lampu di rumah Keluarga Merza menyala.Orang yang selalu curiga seperti Farel, pasti akan melakukan tes DNA sendiri. Dia akan mendapatkan laporan bahwa Kevin bukan putra kandungnya.Sebenarnya, yang pertama kali membuatku curiga adalah Kevin dan Serli

  • Membalaskan Dendam Anakku   Bab 6

    Pada hari ketiga aku dikurung di ruang bawah tanah, aku diselamatkan oleh seseorang.Dia adalah Mario Parta, pengawal pribadi yang ibuku sewa untukku.Dia dulunya adalah tentara bayaran. Bukan hanya bertubuh kekar, tapi juga cerdik dan fleksibel.Setelah menikah dengan Farel, aku hampir memutuskan kontak dengan keluargaku karena ibuku bilang Keluarga Merza hanya mengincar bisnis Keluarga Antari di belakangku. Mereka terus memanfaatkanku. Ibuku juga tidak setuju dengan cara Farel menikahiku diam-diam.Oleh karena itu, aku memutuskan hubungan dengan keluargaku. Sekarang sepertinya keputusanku itu sungguh bodoh.Tetapi aku tahu, meskipun ibuku sangat keras menentang pernikahanku, dia tetap mendukung bisnis Keluarga Merza. Dia takut aku akan menderita di Keluarga Merza.Tak kusangka, ibuku bahkan menugaskan Mario untuk melindungiku secara diam-diam di Kota Tima. Itulah sebabnya Mario bisa datang begitu cepat.Atas perintah ibuku, Mario menyuap pengasuh dan penjaga gerbang Keluarga Merza. L

  • Membalaskan Dendam Anakku   Bab 5

    Farel mengobrak-abrik ruang bawah tanah yang gelap dan sempit itu, dan hanya menemukan genangan darah yang belum sempat dibersihkan.Itu adalah bukti bahwa aku dan anakku pernah ada.Dia mencengkeram kerah dokter dengan marah dan bertanya, "Bukannya aku suruh kamu selamatkan dia? Di mana istriku?!""Pak Farel, aku awalnya mau datang obatin Nyonya, tapi Nona Serli bilang kalau aku berani obatin, anakku di TK akan langsung dibuangnya ke laut ...."Farel tidak percaya. Dia terus-menerus menghubungi Serli, tetapi selalu tidak tersambung.Media kembali memberitakan tentang Serli yang bertemu dengan gigolo di malam hari. Ini sudah kesekian kalinya dalam bulan ini.Setiap kali hal ini terjadi, Serli akan bicara dengan nada lembut. Mengatakan bahwa ada orang yang memfitnahnya dan meminta Farel untuk meredam rumor itu. Kini, Farel tidak yakin lagi apakah berita itu benar-benar fitnah.Pikirannya kacau, tidak bisa membedakan mana perkataan yang benar. Farel hanya tahu, aku sudah tiada.Farel dud

  • Membalaskan Dendam Anakku   Bab 4

    "Itu nggak mungkin! Aku selalu mengawasimu minum obat! Sama sekali nggak mungkin!"Begitu kata-kata itu keluar dari mulutnya, Farel terdiam. Matanya berkedip-kedip mengamatiku.Meskipun sudah mendengar kebenaran dengan telingaku sendiri, hatiku tetap terasa teriris.Farel mengerutkan kening, sepertinya hendak membantuku berdiri, tetapi lengannya segera dicekal oleh Serli.Dia terlihat sangat panik, suaranya bergetar saat berkata, "Farel, lihat Kevin! Sepertinya asmanya kambuh!"Saat itu, Kevin menangis tersengal-sengal, wajahnya ungu karena kesulitan bernapas.Serli memeluk Kevin seperti harta karun. Dia berkata padaku, "Nona Winda benar-benar punya banyak cara menyakiti kami, ya. Dia tahu Kevin punya asma, tapi dia memajang bunga di seluruh rumah dan membuat Kevin menangis histeris. Kalau sampai terjadi sesuatu pada Kevin, aku juga nggak mau hidup ...."Farel segera membungkam mulut Serli. "Jangan bicara omong kosong! Kevin nggak akan kenapa-kenapa! Dokter sebentar lagi sampai!"Farel

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status