Share

Bab 3

Author: Mugi
Aku terbangun karena tamparan dari seorang anak kecil.

Bahkan sebelum aku mengerti apa yang terjadi, Serli sudah menyusul dan memeluk anak itu.

"Kevin masih kecil, dia sedang aktif-aktifnya berlarian. Mohon jangan tersinggung, Nona Winda."

Farel juga datang. Melihatku masih di tempat tidur, dia mengerutkan kening dengan wajah jijik. Dia berkata, "Aku sudah mengingatkanmu kemarin. Hari ini adalah pesta penyambutan Kevin ke rumah Keluarga Merza. Kalau mau malas-malasan, lihat waktu yang tepat!"

"Cepat bangun! Serli, ayo kita pergi, jangan pedulikan dia. Mana ada tamu membangunkan tuan rumah!"

Aku baru berhasil tidur menjelang pagi. Sepanjang malam, aku dihantui mimpi buruk. Setelah dibangunkan, kepalaku terasa sangat sakit.

"Apa Serli juga kenal dengan Kevin?"

Aku bertanya tiba-tiba. Farel berhenti, raut wajahnya melunak, bahkan sedikit terbata-bata.

"Ah, ya. Orang tua Kevin adalah teman kami berdua."

Wajah Serli dan Kevin jelas-jelas tercetak dari cetakan yang sama, tetapi Farel masih saja memperlakukanku seperti orang bodoh.

Begitu kata-katanya selesai, terdengar suara nyaring anak kecil dari ruang tamu memanggil "Mama," diikuti oleh jawaban lembut dari Serli.

Ekspresi Farel terlihat panik sesaat. "Anak kecil nggak tahu apa-apa. Dia memanggil siapa saja yang dekat dengannya. Jangan anggap serius."

Kevin berlari sambil memanggil "Papa", mengejekku, melempar mobil mainan kecil, dan menarik Farel pergi.

Di ruang tamu, ketiganya duduk bersama di sofa. Pemandangan itu sangat hangat, tapi sangat menusuk mata.

Kulihat lagi kamar yang sudah kutempati bertahun-tahun ini. Memang tidak ada lagi yang patut kurindukan di sini.

Aku mengganti pakaianku dan mencoba pergi diam-diam. Baru saja hendak keluar dari kamar, sebuah pedang mainan menusuk perutku.

Kevin menghalangi jalanku. Dia berkata, "Papa dan Mama ciuman, Tante jahat pergi sana!"

Rasa nyeri menyebar ke tubuhku. Aku mengikuti tatapan Kevin dan menemukan bahwa pintu ruang audio visual yang selalu tertutup rapat, terbuka sedikit.

Ruang audio visual adalah ruang pribadi Farel. Dia bilang tekanan kerjanya tinggi, jadi dia butuh ruang untuk menyendiri.

Aku percaya dan menghormatinya, jadi aku tidak pernah melangkahkan kaki melewati pintu itu.

Namun, aku tidak tahu bahwa di balik pintu itu, ada banyak poster, tawaran iklan, album, dan kaset Serli.

Di dalam, Farel dan Serli sedang bersandar di sofa, berciuman, dan berbisik manja, "Serli, Kevin pulang hanya langkah pertama keberhasilan rencana kita. Beberapa hari lagi, aku akan mencari alasan untuk menjemputmu kembali ke rumah secara terang-terangan."

Aku mencibir. Kita bahkan tidak punya akta nikah asli, jadi tidak perlu bercerai. Benar-benar perhitungan yang cerdik.

Karena tidak bisa mendorongku, Kevin mulai menangis histeris meskipun sudah menggunakan tangan dan kakinya.

Serli datang mendengar suara itu, melindungi Kevin di belakangnya. Dia berkata, "Nona Winda, kalau ada masalah, lampiaskan ke aku saja. Kenapa melampiaskan kemarahan pada anak kecil?!"

Sementara itu, Farel berdiri di depan mereka berdua, wajahnya masam. "Winda, menyusahkan tamu bukanlah cara Keluarga Merza menjamu. Kalau kamu belum bangun, cepat cuci muka biar sadar!"

Bagaimanapun juga, aku memang akan pergi. Saat aku hendak berbalik, tangisan Kevin yang lebih pilu terdengar, diikuti seruan kaget dari Serli, "Ya ampun, kenapa di tubuh Kevin banyak memar? Nona Winda, Kevin adalah anak yang manis dan penurut, bagaimana kamu bisa tega menyakitinya?"

Kevin menunjuk luka di tubuhnya, lalu menunjukku dan berkata, "Tante jahat, pukul Kevin, huhu ...."

Padahal, hanya anak nakal ini yang mendorongku, aku sama sekali tidak menyentuhnya!

Aku ingin maju untuk menjelaskan, tetapi Serli mundur dua langkah sambil memeluk Kevin yang menjerit-jerit. Farel bahkan mendorongku ke lantai dengan tidak sabar dan tanpa rasa kasihan. "Cukup! Winda, apa kamu nggak bisa tenang sedikit saja? Kenapa sekarang kamu jadi begitu jahat dan kejam? Bahkan kamu juga sampai menyakiti anak kecil!"

Padahal aku jelas-jelas tidak melakukan apa-apa dan tidak mengatakan apa-apa. Hanya karena putra mereka menangis, semua kesalahan ditimpakan padaku.

Aku berjuang untuk bangkit, tetapi kedua kakiku tidak bertenaga. Ada rasa sakit yang luar biasa di bawah sana dan sesuatu mengalir deras keluar.

Noda merah cerah yang besar membasahi celana warna cerahku. Itu adalah anakku.

Aku terlalu sakit untuk bicara utuh. Aku menatap Farel dan meminta pertolongan, "Anakku ... tolong ...."

Farel terlihat tidak percaya dan berkata, "Kamu, kamu hamil?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Membalaskan Dendam Anakku   Bab 9

    Farel membelalakkan mata tidak percaya. Dia berkata, "Kamu berani menjebakku?""Winda, kenapa kamu tega melakukan ini padaku? Padahal kamu yang paling mencintaiku ...."Dia mencoba menerjang untuk menyanderaku, tetapi segera dihentikan oleh Mario dan polisi yang datang.Aku melepaskan alat pendengar dan kamera mini. Mengembalikannya kepada polisi, lalu melangkah mendekat padanya dua langkah."Saat mengganti suplemenku dengan pil kontrasepsi, kamu seharusnya sudah memikirkan akan ada hari seperti ini. Aku beritahu, ya, nggak ada yang mencintaimu!""Farel, kamu benar-benar mengira melihatku di depan rumahmu adalah kebetulan? Sekarang kamu sedang menuai balasanmu. Pergi ke neraka sana!"Ini adalah bagian dari rencanaku.Aku tahu, setelah tahu bahwa Kevin yang dia rawat dan cintai selama hampir tiga tahun bukanlah putranya, Farel pasti akan sangat marah dan tidak bisa menerima kenyataan.Setelah amarahnya mereda, dia akan teringat anak kami yang pernah kukandung sebentar. Dia akan berusaha

  • Membalaskan Dendam Anakku   Bab 8

    Serli dan Kevin meninggal. Sejak saat itu, Farel benar-benar terpuruk. Perusahaan Merza yang berdiri kokoh di lautan bisnis Kota Tima, kini berada di ambang kehancuran.Namun, itu masih belum cukup.Aku ingin aib mereka benar-benar terekspos di hadapan dunia.Ketika semua orang yang tidak tahu kebenaran merasa sedih atas meninggalnya Serli, para paparazi merilis berita yang menghebohkan.#Artis Terkenal Serli Damika Pengganggu Rumah Tangga, Berniat Membawa Anaknya Masuk ke Keluarga Kaya##Balasan Serli dan Farel##Kebenaran Kematian Tragis Serli Damika#...Semua itu dirangkai menjadi kebenaran, yang aku minta orang lain untuk rekam dan dokumentasikan selama ini.Apa pun yang paling mereka hargai, itulah yang kupastikan tidak akan mereka dapatkan.Dalam semalam, reputasi Serli menjadi lebih busuk daripada mayatnya. Banyak orang yang pernah berurusan dengannya mulai muncul dan mengungkap betapa buruknya sikap dan aktingnya. Serli menjadi aib besar bagi industri hiburan.Saham Perusahaan

  • Membalaskan Dendam Anakku   Bab 7

    Menginjakkan kaki lagi di Kota Tima, aku dipenuhi dengan berbagai macam emosi.Setelah sedikit mencari tahu, aku mendengar bahwa Farel tenggelam dalam kesedihan karena kehilangan orang yang dia cintai. Pria itu tidak peduli dengan urusan perusahaan dan hubungannya dengan Serli sudah tidak harmonis lagi.Aku mencibir.Jika saja Farel pernah memberikan sedikit perhatian lebih padaku, bagaimana mungkin dia tidak tahu kalau mayat itu bukan diriku?Jika saja dia masih punya sedikit sisa hati nurani, bagaimana mungkin anakku yang malang hanya menjadi genangan darah merah yang belum berbentuk?Aku menyuruh seseorang meletakkan bukti tes DNA di meja ruang kerja Farel. Kira-kira, dia seharusnya sudah melihatnya sekarang.Tidak lama kemudian, semua lampu di rumah Keluarga Merza menyala.Orang yang selalu curiga seperti Farel, pasti akan melakukan tes DNA sendiri. Dia akan mendapatkan laporan bahwa Kevin bukan putra kandungnya.Sebenarnya, yang pertama kali membuatku curiga adalah Kevin dan Serli

  • Membalaskan Dendam Anakku   Bab 6

    Pada hari ketiga aku dikurung di ruang bawah tanah, aku diselamatkan oleh seseorang.Dia adalah Mario Parta, pengawal pribadi yang ibuku sewa untukku.Dia dulunya adalah tentara bayaran. Bukan hanya bertubuh kekar, tapi juga cerdik dan fleksibel.Setelah menikah dengan Farel, aku hampir memutuskan kontak dengan keluargaku karena ibuku bilang Keluarga Merza hanya mengincar bisnis Keluarga Antari di belakangku. Mereka terus memanfaatkanku. Ibuku juga tidak setuju dengan cara Farel menikahiku diam-diam.Oleh karena itu, aku memutuskan hubungan dengan keluargaku. Sekarang sepertinya keputusanku itu sungguh bodoh.Tetapi aku tahu, meskipun ibuku sangat keras menentang pernikahanku, dia tetap mendukung bisnis Keluarga Merza. Dia takut aku akan menderita di Keluarga Merza.Tak kusangka, ibuku bahkan menugaskan Mario untuk melindungiku secara diam-diam di Kota Tima. Itulah sebabnya Mario bisa datang begitu cepat.Atas perintah ibuku, Mario menyuap pengasuh dan penjaga gerbang Keluarga Merza. L

  • Membalaskan Dendam Anakku   Bab 5

    Farel mengobrak-abrik ruang bawah tanah yang gelap dan sempit itu, dan hanya menemukan genangan darah yang belum sempat dibersihkan.Itu adalah bukti bahwa aku dan anakku pernah ada.Dia mencengkeram kerah dokter dengan marah dan bertanya, "Bukannya aku suruh kamu selamatkan dia? Di mana istriku?!""Pak Farel, aku awalnya mau datang obatin Nyonya, tapi Nona Serli bilang kalau aku berani obatin, anakku di TK akan langsung dibuangnya ke laut ...."Farel tidak percaya. Dia terus-menerus menghubungi Serli, tetapi selalu tidak tersambung.Media kembali memberitakan tentang Serli yang bertemu dengan gigolo di malam hari. Ini sudah kesekian kalinya dalam bulan ini.Setiap kali hal ini terjadi, Serli akan bicara dengan nada lembut. Mengatakan bahwa ada orang yang memfitnahnya dan meminta Farel untuk meredam rumor itu. Kini, Farel tidak yakin lagi apakah berita itu benar-benar fitnah.Pikirannya kacau, tidak bisa membedakan mana perkataan yang benar. Farel hanya tahu, aku sudah tiada.Farel dud

  • Membalaskan Dendam Anakku   Bab 4

    "Itu nggak mungkin! Aku selalu mengawasimu minum obat! Sama sekali nggak mungkin!"Begitu kata-kata itu keluar dari mulutnya, Farel terdiam. Matanya berkedip-kedip mengamatiku.Meskipun sudah mendengar kebenaran dengan telingaku sendiri, hatiku tetap terasa teriris.Farel mengerutkan kening, sepertinya hendak membantuku berdiri, tetapi lengannya segera dicekal oleh Serli.Dia terlihat sangat panik, suaranya bergetar saat berkata, "Farel, lihat Kevin! Sepertinya asmanya kambuh!"Saat itu, Kevin menangis tersengal-sengal, wajahnya ungu karena kesulitan bernapas.Serli memeluk Kevin seperti harta karun. Dia berkata padaku, "Nona Winda benar-benar punya banyak cara menyakiti kami, ya. Dia tahu Kevin punya asma, tapi dia memajang bunga di seluruh rumah dan membuat Kevin menangis histeris. Kalau sampai terjadi sesuatu pada Kevin, aku juga nggak mau hidup ...."Farel segera membungkam mulut Serli. "Jangan bicara omong kosong! Kevin nggak akan kenapa-kenapa! Dokter sebentar lagi sampai!"Farel

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status