Share

Bab 2 - Ingat, atau Tidak?

Pak David menepuk pundak sebelah putranya seolah menstransfer seluruh tanggung jawab di perusahaan. "Papa harus pergi sekarang. Client Papa sudah menunggu. Papa yakin kau bisa, Jer."

Jerico hanya membalasnya dengan anggukkan kepala. "Semuanya bisa keluar ruangan dan kembali bekerja kecuali sekretaris," ucap Jerico setelah Pak David keluar ruangan.

Selepas ruangan sepi dan tinggallah mereka berdua, Jerico menutup pintu serta jendela kaca yang menembus keluar. Greta masih diam di kursi dan berusaha untuk tetap tenang.

Perlahan langkah Jerico mendekat seraya melepas jas kemudian menggulung kemeja putihnya sampai lengan. Greta masih berpikir positif jika atasannya itu ingin memberikan arahan dan penjelasan mengenai pekerjaan.

Tubuh Greta kini berada dalam kungkungan Jerico. Wajah lelaki itu semakin dekat dengan wajah Greta, membuatnya bergidik ngeri. Mata Greta terpejam.

"Kau tidak ingat denganku?" bisik Jerico. Suaranya terdengar berat, serak, dan seksi.

Sentuhan napas hangat Jerico di telinga Greta, semakin membuat perempuan itu tidak nyaman. Alih-alih enggan menyingkir, Greta mendorong dada lelaki itu lantas berdiri dari kursi.

"Aku ingat! Maaf sebelumnya atas kejadian di mini market beberapa hari yang lalu," ucap Greta sambil membungkukkan tubuhnya. "Aku tidak tahu kalau kau ternyata CEO di perusahaan ini."

Jerico mundur selangkah. "Hanya itu?" Dia tersenyum miring.

Greta menatap atasannya itu dengan aneh. "Maksud Bapak? Aku baru bertemu dua kali dan mengenal Bapak hari ini."

Alis Jerico saling bertautan. Bukan jawaban itu yang dia maksud. Dia bingung. Perempuan di hadapannya seperti orang asing.

"Baiklah. Kau bisa kembali bekerja sekarang."

Sepeninggal Greta dari ruangan, Jerico masih tidak habis pikir. Perempuan itu sama sekali tidak mengingatnya. Satu tahun lebih dia mencari keberadaan Greta hingga hampir gila. Namun setelah ada di hadapannya, perempuan itu justru berubah.

Jerico tidak akan tinggal diam. Dia harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Greta selama satu tahun ke belakang.

***

"Ayo, makan siang! Kau kerja terus apa tidak lelah?" Mega menarik sebelah tangan Greta yang masih berkutat dengan keyboardnya.

Greta terkekeh. "Iya sebentar lagi, oke."

Rekan kerja Greta lainnya pun datang. "Engga baik kerja terlalu diforsir." Dia membereskan dokumen di meja Greta lantas mengklik save pada keyboard.

"Lagi pula aku dan Satria mau ngerayain hari jadi kita berdua," ucap Mega dengan antusias. "Kita traktir, Ta."

"Jadi, kalian udah resmi pacaran?" Pertanyaan Greta diberi anggukkan oleh keduanya. "Kalau begitu kalian wajib traktir makan. Ayo!"

Greta berjalan lebih dulu. Sementara Mega dan Satria saling bertatapan lalu tertawa. Keduanya pun langsung menyusul Greta. Di samping itu, tidak ada yang tahu sejak tadi ada yang memperhatikan mereka.

"Omong-omong, apa yang kalian bicarakan tadi?" Greta langsung mengerti arah pertanyaan Mega ke mana. Saat itu juga ketiganya sudah berada di restauran dan menunggu pesanan mereka tiba.

Sebelum bicara, Greta mengatur napasnya lebih dulu. "Kalian harus tahu kalau ternyata Pak Jerico adalah lelaki yang bertengkar denganku di mini market beberapa hari yang lalu."

"Apa?" Dua sejoli itu berkata secara bersamaan. "Terus-terus?" Mega penasaran kelanjutannya.

"Ya ... dia hanya bertanya apa aku mengenalnya atau tidak."

"Aneh sekali. Lalu, apa yang dia katakan?" Satria juga ikut penasaran sebab dia merasa aneh dengan atasannya itu.

"Dia bilang bukan pertemuan di mini market yang dimaksud. Sejujurnya aku bingung kenapa dia bertanya soal itu."

"Jangan-jangan Pak Jerico bagian dari masa lalumu, Ta." Mega menduga-duga walau sebenarnya tidak yakin.

Greta geleng-geleng kepala sembari tersenyum. "Mana mungkin, Meg! Kau ada-ada saja."

"Aku hanya menebak." Tiba-tiba kedua mata Mega menangkap seseorang yang baru saja masuk ke dalam restauran. "Eh, ada Pak Jerico."

Seluruh pasang mata yang berada di meja itu memandang lelaki yang dimaksud Mega tadi. Bersamaan itu pula, makanan yang mereka pesan datang, dan sedang ditata di atas meja oleh pelayan.

"Ayo, kita makan," ucap Mega dengan gembira.

Namun, Jerico tiba-tiba saja menghampiri meja mereka, sampai-sampai ketiganya terkejut. Bahkan piring yang Mega pegang nyaris saja terjatuh kalau Satria tidak menangkapnya. Sedangkan Greta tersedak minumannya sendiri.

"Boleh aku bergabung bersama kalian?" Jerico mengambil tempat kosong di samping Greta.

"Eh? Boleh, Pak. Silakan!" kata Mega kikuk.

Melihat ketiga karyawannya diam dan terbengong, Jerico membuka suaranya lagi. "Ayo lanjut makan! Atau mau pesan makanan lainnya lagi? Tenang saja, aku yang traktir semua."

"Tidak perlu, Pak. Ini saja sudah cukup." Akhirnya Greta angkat bicara.

Bukan hanya Greta yang merasakan risih akan kehadiran Jerico, Mega dan Satria juga. Suasana mendadak hening meski mereka sudah memakan makanan yang telah dihidangkan. Tak ada obrolan ataupun candaan seperti biasanya.

"Aku dengar, kalian berdua sudah resmi pacaran?" Jerico tak segan bertanya langsung sembari menunjuk sepasang kekasih di hadapannya.

Lagi-lagi ketiganya terkejut sekaligus heran. Bagaimana bisa Jerico tahu begitu saja hubungan Mega dan Satria jika tanpa sebab. Di lain sisi, Greta menaruh curiga kalau lelaki itu sempat melihat cctv melalui laptop pribadinya. Entahlah.

"Ah, itu ... kami ...." Mega tergagap karena gugup. Takut jika hubungannya dengan Satria dilarang walau dari awal tidak ada peraturan menjalin kedekatan dengan sesama rekan kerja dalam perjanjian perusahaan.

"Aku tidak mempermasalahkan karyawanku ada hubungan jika itu yang kalian khawatirkan, asalkan tidak mengganggu pekerjaan." Jerico memberi penjelasan sekaligus pengertian.

"Syukurlah," ucap Mega dalam hati. Dia bernapas lega.

"Selamat buat kalian. Semoga aku bisa menyusul dengan Greta." Mendengar kalimat yang dilontarkan Jerico barusan, Greta menatap lelaki itu sinis.

Jerico terkekeh. "Aku bercanda. Silakan lanjutkan makan siang kalian. Tenang saja, sudah kubayar semua."

Kepergian Jerico meninggalkan tanda tanya pada ketiga karyawannya. Terutama pada Greta sendiri. Greta yakin ada sesuatu hal yang perlu dia ketahui soal Jerico. Entah apa benar Jerico adalah bagian dari masa lalunya atau bukan, sebab lelaki itu memperlakukannya sangat dekat.

"Jangan-jangan, Pak Jerico adalah kekasihmu? Atau suamimu?" kata Mega asal membuat Greta memalingkan pandangannya.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Aprilia Choi
jodoh nih ketemu lagi
goodnovel comment avatar
Dy Robyn
Woyyy astaga tebakannya hahaha
goodnovel comment avatar
Noura
ternyata oh ternyata. laki-laki di mini market adalah atasan Greta.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status