Share

Menerima Nasib

Irina menghela nafas panjang tatkala ingatan-ingatan itu memenuhi isi kepala nya. Entah kenapa hatinya merasakan sakit yang dialami oleh Verona dan ia pun meneteskan air matanya ketika dimana ia mengingat kematian Verona.

Rasanya tidak adil jika Verona yang mengalami rasa sakit itu sendirian dan berakhir meregang nyawa di tangan selir dari suaminya itu. Ah!! Bajingan itu, ingin sekali Irina merobek wajah sok tampan pria dalam ingatannya itu. Benar-benar suami yang tidak bertanggungjawab! Awas saja jika mereka bertemu, Irina akan melabrak nya langsung.

Namun Irina tidak bisa menutupi kekesalannya karena sikap Verona kepada anak-anaknya!. Menurutnya itu keterlaluan, melibatkan anak dalam permasalahan rumah tangga mereka, terlebih ia sampai main tangan kepada bocah-bocah itu. Mereka tidak bersalah, mereka tidak pernah menginginkan hal ini terjadi kepada orang tua mereka.

Walaupun Irina tidak menyukai anak-anak, bukan berarti ia benci sampai ke tahap ingin menyiksa mereka. Ia adalah seorang wanita, bagaimanapun ia akan menjadi seorang ibu. Irina hanya kesal kepada anak-anak yang rewel dan nakal, ayolah ia bukan sikopat yang gemar menyiksa.

"Kau bodoh Verona, seharusnya kau keluar saja dari rumah itu sedari awal." rutuknya.

"Hah... Lalu apa yang harus aku lakukan disini? Ini gila! Aku seperti cerita tokoh novel yang sering dibaca oleh kekasih Marcus yang bercerita tentang transmigrasi. Ini sulit dipercaya!"

Irina pun mengedarkan pandangannya pada kamar tidurnya. Verona telah memberikan nya ingatan selama Verona hidup. Bahkan di mimpinya Verona mengatakan jika ia benar-benar telah mati, begitupun juga Irina. Namun jiwa Irina berpindah ke tubuh Verona entah apa alasannya, mungkin saja Irina tidak di terima di surga dan ditendang kembali ke dunia untuk hidup kembali.

Berarti tubuh Verona dan kehidupan nya adalah miliknya, jika sudah seperti itu Irina akan memanfaatkan kehidupan yang telah diberikannya dengan sebaik mungkin. Irina akan melanjutkan hidupnya di dunia yang sangat asing untuk ia tinggali. Banyak hal yang menantinya di depan sana, berbekal ingatan dari Verona, Irina akan menghadapi semuanya.

Masalah-masalah yang sebelumnya dihadapi oleh Verona akan ia selesaikan. Tapi tentu ia akan membuat perhitungan kepada mereka yang telah menyakiti Verona terutama si bunga mawar berbau bangkai itu, awas saja Irina akan mencincang tubuhnya dan membuatnya menjadi sup dan memberikan nya kepada para penyihir jika mereka ada di zaman ini. Irina menjadi emosi setiap kali mengingat manusia berwujud Medusa itu.

Yaaa, Irina akan menerima hal gila yang menimpanya ini. Termasuk ia akan berperan menjadi seorang ibu bagi anak-anak Verona, hal yang paling tidak pernah terpikirkan oleh nya. Irina merasa ini akan menjadi hal tersulit yang akan ia hadapi. Ini bahkan lebih sulit daripada ia yang harus catwalk di atas lantai yang basah.

Besok Irina akan menyusun apa saja yang akan ia lakukan untuk keberlangsungan hidup nya dan anak- anaknya kedepan. Ia tidak bisa terus diam disini menunggu hingga Alexander menceraikannya dan mengusir nya. Oh! Bisa turun harga dirinya jika seperti itu, terlebih ia tidak ingin berurusan dengan Rosella yang terus menempel seperti benalu kepada Alexander.

Irina pun kembali merebahkan tubuhnya, saat ia akan menutup matanya ia mengingat kedua orang tua nya. Oh betapa rindunya ia kepada mereka terutama ibunya yang cerewet itu, pasti ia tengah bersedih karena kehilangan putri nakalnya itu.

"Ayah, ibu aku merindukan kalian." ucapnya sendu.

**********************

Sinar mentari pun terbit dengan memancarkan cahaya nya menembus sela-sela korden yang berada di kamar tersebut. Irina pun menggeliat dan mulai membuka matanya dan hal pertama yang ia lihat adalah wanita yang kemarin ia panggil perawat itu.

"Selamat pagi Duchess, apakah anda sudah merasa lebih baik? Jika ada yang masih sakit anda sebaiknya beristirahat saja kembali. Saya akan pergi untuk mengambil sarapan anda."

"Aku baik-baik saja. Untuk sarapan nanti saja, aku mau mandi. Badan ku sudah sangat lengket." Ucap Irina sembari menyibak selimut nya.

"Biar saya siapkan air hangat anda dulu. Mohon tunggu sebentar."

Irina hanya mengangguk dan membiarkan wanita itu pergi meninggalkan nya ke kamar mandi.

Tak lama kemudian wanita itu kembali dan Irina pun beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi yang ada di sebelah sudut kamarnya. Ketika ia masuk ke kamar mandi ia melihat wanita itu mengikuti nya ke dalam.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau ikut masuk?"

"Saya akan membantu anda untuk mandi, Duchess" ucap wanita itu sembari menunduk

"Aku bukan anak kecil! Aku bisa mandi sendiri tau"

"T-tapi itu sudah menjadi hal yang wajib untuk saya lakukan, Duchess "

Irina pun teringat jika ia tengah berada di kehidupan yang berbeda, dimana pemilik tubuh ini yang biasanya dilayani bahkan untuk hal mandi seperti ini.

"Kau keluarlah! Aku bisa melakukannya sendiri" ucapnya sembari mendorong wanita itu keluar

"T-tapi Duchess saya---

"Keluar atau kutendang?"

Wanita itu pun keluar setelah mendapatkan ancaman dari Irina,

Irina pun menutup pintu kamar mandi tersebut dan mulai melakukan ritual mandinya.

Beberapa menit kemudian Irina keluar dengan handuk yang melilit tubuh nya dan berjalan menuju wanita yang tengah menunggu nya di depan meja rias.

"Kenapa kau masih ada disini?" Tanya Irina

"Saya akan membantu Anda mengenakan pakaian dan berdandan, Duchess"

"Aku bisa-"

"Tolong Duchess jangan menolak! Ini sudah tugas saya sebagai pelayan anda. Dan tidak biasanya anda menolak ketika dilayani, bagaimanapun anda baru saja sembuh" ucap nya

Irina pun lebih memilih mengalah dan membiarkan wanita tersebut mengerjakan pekerjaannya.

"Duchess anda ingin memakai gaun yang mana?" Tanyanya sembari memperlihatkan gaun yang ia bawa

Melihat itu pun mata Irina membola, apa itu? Gaun? Itu lebih mirip baju festival!

"Yang benar saja kau ini?! Itu bukan gaun! Gaun apa yang kainnya seperti kain sisa kemudian di satukan dengan kain yang berwarna-warni?"

"Maaf Duchess namun ini model gaun yang anda sering pakai untuk sehari-hari" jawab wanita itu dengan rasa takut yang sudah menghampiri nya. Takut akan kemarahan sang Duchess yang bisa saja memukul nya.

Mendengar jawaban dari wanita itu Irina pun menggeleng tak percaya. Seriously Verona? Apakah selera mode mu sangat rendah?. Irina pun menyuruh wanita tersebut mengembalikan gaun itu ke tempat nya lagi dan menyuruh nya mengambil gaun yang sederhana saja.

Wanita itu pun kembali dengan gaun yang menurut Irina sudah lumayan lebih baik dari gaun yang sebelumnya. Gaun berkain satin berwarna coklat dan terlihat nyaman untuk ia kenakan.

Pelayan itu pun mulai membantu Irina untuk mengenakan pakaiannya,saat pelayanan tersebut akan memakaikannya sebuah korset Irina langsung menghentikan nya

"Jangan coba-coba kau memakaikan benda sialan itu kepada ku!" perintah nya

"Tapi Duchess anda harus mengenakannya. Anda selalu mengatakan jika mengenakan korset anda akan terlihat lebih ramping"

"Sekarang tidak lagi! Badan ku sudah ramping, jika aku memakainya selain merasa sesak tubuh ku akan terlihat seperti manusia lidi saking ramping nya."

Wanita itu pun hampir saja tertawa mendengar penuturan dari Irina, namun ia mengurungkan niatnya karena ia ingat jika Duchess nya ini manusia yang galak.

Setelah berpakaian, Irina mulai di dandani oleh pelayan tersebut. Irina meminta kepada nya untuk tidak berlebihan mendandani nya dan menyuruh agar rambutnya di gerai saja

"Kau! Siapa namamu" tanya Irina

Mendengar pertanyaan dari Irina wanita itu pun melotot kepadanya

"Apa? Kenapa kau melotot?"

"Duchess anda tidak mengetahui nama saya? Apa anda benar-benar mengalami hilang ingatan?. Astaga ini tidak mungkin!!" Ucapnya histeris

Wanita itu pun kembali melihat kepada Irina

"Duchess mohon tunggu sebentar! Saya akan keluar memanggil tabib untuk memeriksa anda" wanita itu pun akan pergi namun Irina lebih dahulu menarik tangan nya

"Diam! Tidak usah memanggil tabib, aku baik-baik saja oke. Aku hanya merasa terkadang aku melupakan beberapa hal karena kecelakaan itu namun ini tidak seserius itu. Kau pelayan pribadi ku bukan, jadi tugas mu sekarang untuk membantu ku mengingat beberapa hal yang aku lupakan" Jelas Irina

"Pantas saja saya merasa sedari awal anda siuman anda terlihat sedikit berbeda dari biasanya. Tapi tidak apa-apa Duchess saya akan membantu anda untuk mengingat kembali apa yang anda lupakan"

Irina pun tersenyum menanggapi hal tersebut. Untuk beberapa saat pelayan tersebut tertegun melihat sang Duchess yang tersenyum,hal yang telah lama hilang dari pandangannya.

"Sekarang jawab pertanyaan ku,siapa nama mu? Maaf jika aku melupakan nya, aku benar-benar tidak ingat"

"Tidak apa-apa Duchess, saya memakluminya. Nama saya Emma, saya adalah pelayan pribadi anda dan saya sudah bekerja dengan anda selama tujuh tahun."

"Ahh begitu, baiklah Emma sekarang kau sudah selesai mendandani ku bukan? "

"Iya Duchess sudah selesai."

"Sekarang panggilkan anak-anak, suruh mereka kemari"

Irina harus melihat dua tuyul itu terlebih dahulu, entah kenapa sebenarnya sedari tadi ia ingin bertemu dengan mereka. Apakah ini naluri dari seorang Verona yang masih tertinggal? Entahlah.

"Heumm, Duchess" ucap wanita itu seperti ingin mengatakan sesuatu namun ia terlihat takut untuk mengatakannya

"Ada apa?" Tanya Irina

"Apakah anda ingin memukul mereka lagi? Tolong Duchess kali ini saya mohon jangan memukul mereka, luka mereka bahkan belum mengering sejak terakhir kali Anda memukul mereka menggunakan sebuah pecutan. Tolong jika anda ingin melakukan nya, lakukanlah kepada saya" ucap Emma sembari berlutut di depannya

Mendengar hal itu pun tubuh Irina bergetar, astaga Irina tidak bisa membayangkan bagaimana anak berusia 5 tahun diperlakukan seperti itu. Verona kau benar-benar sialan!

"Emma aku tidak akan melakukan nya, jadi sekarang cepat pergi dan bawa mereka kemari!"

Emma pun berdiri dan pergi dari kamar Verona, Irina mendudukkan dirinya di atas ranjang sembari menunggu Emma membawa anak-anak nya.

Tak lama kemudian suara pintu diketuk terdengar dan pintu pun terbuka dengan memperlihatkan Emma yang tengah menggandeng dua bocah berbeda jenis itu masuk kedalam kamar dan menghampiri nya.

Irina pun tertegun melihat pemandangan yang berada di hadapannya, dua bocah yang terlihat kurus berantakan dengan mata sembabnya, bahkan disana sisa-sisa air mata masih terlihat di mata mereka. Namun di balik itu, wajah tampan dan cantik keduanya tidak bisa menutupi nya, mereka begitu terlihat lucu di mata Irina.

Irina pun berjongkok untuk mensejajarkan posisi nya dengan mereka, ketika Irina ingin menyentuh kedua pipi anak-anak itu spontan mereka berdua menghindar dan bersembunyi di balik punggung Emma.

Melihat itupun hati Irina merasa mencelos, apakah trauma mereka sudah sampai separah ini?. Bahkan mereka merasa harus waspada kepada ibunya sendiri. Mereka seperti merasakan bahaya ketika ibunya mendekati sehingga spontan menghindar. Alih-alih seperti anak-anak yang lain yang menganggap sentuhan dan dekapan seorang ibu yang ternyaman bagi mereka, namun untuk ke dua bocah itu merasakan hanya luka yang akan mereka dapatkan.

Irina pun berusaha untuk tidak mengeluarkan air matanya, ia kembali melihat anak-anak nya yang masih bersembunyi di belakang Emma. Saat Irina ingin menyuruh mereka untuk mendekat tiba-tiba putra nya itu berjalan ke arahnya dengan wajah yang tertunduk

"Ibu, jika kau ingin memukul kami maka pukuli aku saja. Jangan pukul adik ku. Dia tidak bersalah, aku yang nakal dan sudah membuat ibu marah"

Lihatlah! Bocah berumur lima tahun itu mampu mengatakan hal yang orang dewasa pun bisa melakukannya, mengakui kesalahan yang sama sekali tidak di perbuat demi seseorang. Irina pun meraih tangan putranya dan mengelus nya

"Hey, ibu tidak akan memukul kalian. Ibu minta maaf untuk semua yang telah ibu lakukan kepada kalian berdua. Ibu janji! Ibu tidak akan pernah memukul atau menyakiti kalian lagi." ucap Irina dengan air matanya yang sudah berada di pelupuknya

Bagaimanapun, ia harus meminta maaf atas apa yang telah Verona lakukan terhadap anak-anak nya, sekarang ia lah yang berada di tubuh Verona, saat mereka bertemu di alam bawah sadar nya Verona mengatakan jika ia ingin meminta maaf kepada anak-anaknya, maka ini lah yang Irina lakukan.

Namun dibalik itu semua Irina juga melakukan itu karena entah kenapa ia juga merasa bersalah atas apa yang menimpa kedua anak itu .

"Apa ibu tidak berbohong?"

"Tidak sayang, ibu tidak berbohong. Kau bisa pegang janji ibu"

Mendengar itu pun putri nya keluar dari belakang punggung Emma dan berjalan menghampirinya.

"Apa ibu juga akan berjanji jika ibu tidak akan membuang kami?" Ucap putrinya itu sembari melihat nya dengan suara sendunya.

Demi Tuhan Verona! Hal laknat apa yang telah kau katakan kepada anak-anak mu?

"Tidak sayang! Ibu tidak akan pernah membuang kalian, lupakan apa yang pernah ibu katakan kepada kalian dulu. Sekarang yang perlu kalian ingat, jika ibu sangat menyayangi dan mencintai kalian." Ucap nya sembari membawa kedua tangan putra putri nya itu untuk ia genggam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status