"Maafkan aku, Verona. Maaf." lirih Alexander masih dengan Verona yang berada di pelukannya.
"Kau jahat Alex! Aku baru saja melahirkan putra putri kita, aku baru saja kehilangan ayah ku dan sekarang? Kau menabur garam diatas luka ku Alex, kau sungguh pria yang kejam!"
Verona pun melepaskan diri nya dari Alexander dan berlari meninggalkan Alexander menuju kamar nya. Menyisakan Alexander yang menatapnya dengan rasa bersalah nya.
Setelah kejadian, itu hari demi hari bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun, Alexander dan Verona seperti orang asing yang berada di dalam satu atap.
Mereka jarang berbicara, bahkan hampir tidak berbicara. Itupun mereka berbicara karena pertengkaran yang terjadi antara mereka berdua. Banyak hal telah berubah terutama dari diri Verona.
Tidak ada Verona yang lemah lembut, tidak ada Verona yang peduli dengan sekitarnya, tidak ada Verona yang selalu ceria dan tersenyum. Sekarang hanya menyisakan Verona yang pemarah, gemar memukul anak-anak nya, berteriak dan merendahkan orang lain. Semuanya lenyap ketika kejadian lima tahun yang lalu melahap habis seorang Verona Van Helsing, sang Duchess cantik nan bijaksana.
Tahun-tahun yang Verona jalani tidaklah mudah, dimulai dengan kepergian ayahnya, lalu penghianatan suaminya, meninggal nya sang ibu karena penyakitnya, tersebar berita jika selama ini ayahnya melakukan korupsi hingga ia menjadi bualan-bualan banyak orang dengan mengatainya anak seorang koruptor.
Lihatlah betapa kejamnya orang-orang yang membenci ayahnya itu, bahkan ayahnya yang sudah berada di dalam tanah masih saja mereka fitnah. Puncaknya ketika ia melihat hubungan antara Alexander dengan Rosella yang semakin dekat membuat nya hancur berkeping-keping.
Verona telah kehilangan segalanya, ia kehilangan orang-orang yang ia cintai. Ia selalu merasa sendirian di dunia ini sekarang, anak yang ia harapkan dapat mengikat Alexander agar selalu berada disisinya ternyata tidak berguna sama sekali. Kasih sayang yang Verona rasakan kepada anak-anaknya seolah lenyap dalam sekejap.
Saat melahirkan mereka, tujuan awalnya tidak pernah terpikirkan sekali pun, ia murni mencintai anak-anak nya namun, banyak hal yang membuat dunia nya terguncang membuat nya berubah.
Mulai sejak itu Verona selalu melimpahkan kekesalan nya kepada anak-anaknya, tak jarang ia kerap memukuli anak-anak nya yang masih berusia lima tahun.
Jika sudah seperti itu Alexander akan langsung menghampiri nya dan memarahi nya, setelah itu kembali pergi meninggalkan nya tanpa menanyakan keadaan nya yang terluka secara mental.
Alexander bahkan hanya sok memarahi nya padahal ia sendiri jarang meluangkan waktu untuk anak-anak mereka, yang ia perhatikan hanya anaknya dari Rosella.
Siklus nya selalu sama seperti itu,Verona akan membuat onar jika tidak, ia akan mengorbankan anak-anak mereka demi mendapatkan perhatian Alexander walaupun ia akan datang hanya untuk memarahinya saja.
Tak sedikit rakyat Lexton yang menyuruh Alexander untuk menceraikan Verona dan membuat Rosella yang naik sebagai Duchess karena Verona sudah mengabaikan tugas-tugasnya dan Rosella sendiri yang sering menggantikannya. Namun Alexander menolaknya mentah-mentah dan mengatakan Verona akan tetap menjadi istrinya.
Tetapi, kala itu mungkin Alexander sudah lelah dengan kelakuan nya, dan desakan dari beberapa petinggi yang menyuruh nya untuk menceraikan Verona. Alexander pun menyetujui nya dan akan menceraikan Verona,Verona yang mengetahui hal itu pun berlari keluar dari rumah dan menangis sejadi-jadinya.
Ia tidak ingin diceraikan oleh Alexander, ia tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Hanya Alexander yang ia miliki dan bisa melindunginya dari dunia yang kejam ini, tidak cukupkah jika ia sudah membagi Alexander? Tolong jangan pisahkan dirinya dengan cintanya.
Tak sadar jika ia sudah berlari terlalu jauh sampai memasuki hutan dan di depannya terdapat sungai yang airnya tengah mengalir deras, Verona pun ketakutan melihat nya karena ia membayangkan bagaimana jika ia jatuh ke sungai sedangkan ia tidak bisa berenang, pasti ia akan mati hanyut disana.
Saat ia akan berbalik tiba-tiba ia merasakan tubuhnya didorong dan ia pun terjatuh ke dalam sungai. Ia pun berteriak meminta tolong, Verona pun melihat disana ada Rosella yang tertawa melihatnya tenggelam, ternyata iblis jalang itu yang telah mendorong nya. Sudah ia duga wanita itu hanya membawa petaka bagi hidupnya dan Alexander.
Verona pun berusaha menarik apapun yang dapat ia jangkau, namun arus sungai terlalu deras sehingga ia pun terseret dan tenggelam.
Di tengah nafasnya yang tersengal karena air yang terus memasuki tubuhnya, ia memikirkan anak-anak, bagaimana nasib anak-anak nanti jika ia mati? Siapa yang akan mengurusnya? Siapa yang akan melindungi mereka? Bagaimana jika ayahnya tidak memperhatikan mereka? Bagaimana jika jalang itu menyiksa anak-anaknya? Bagaimana jika jalang itu juga berniat membunuh anak-anak nya? Tidak! Ia tidak ingin anak-anaknya menderita lagi.
Verona sudah tidak bisa bertahan lagi, ia sudah pasrah jika ia harus meregang nyawa seperti ini, namun ia berdoa di akhir hayatnya, ia meminta jika anak-anak nya dapat hidup dengan bahagia tanpa merasakan
kuranganya kasih sayang, ia ingin anak-anaknya hidup bahagia.Bagaimanapum mereka tidak bersalah, mereka hanya korban dari keegoisan orang tua mereka.
Irina menghela nafas panjang tatkala ingatan-ingatan itu memenuhi isi kepala nya. Entah kenapa hatinya merasakan sakit yang dialami oleh Verona dan ia pun meneteskan air matanya ketika dimana ia mengingat kematian Verona. Rasanya tidak adil jika Verona yang mengalami rasa sakit itu sendirian dan berakhir meregang nyawa di tangan selir dari suaminya itu. Ah!! Bajingan itu, ingin sekali Irina merobek wajah sok tampan pria dalam ingatannya itu. Benar-benar suami yang tidak bertanggungjawab! Awas saja jika mereka bertemu, Irina akan melabrak nya langsung. Namun Irina tidak bisa menutupi kekesalannya karena sikap Verona kepada anak-anaknya!. Menurutnya itu keterlaluan, melibatkan anak dalam permasalahan rumah tangga mereka, terlebih ia sampai main tangan kepada bocah-bocah itu. Mereka tidak bersalah, mereka tidak pernah menginginkan hal ini terjadi kepada orang tua mereka. Walaupun Irina tidak menyukai anak-anak, bukan berarti ia benci sampai ke tahap ingin menyiksa mereka. Ia adalah se
Keduanya pun tersenyum dan membalas genggaman dari Irina, sudah lama mereka menginginkan hal ini tiba dimana ibu mereka akan berubah dan menyayangi mereka. Mereka ingin seperti anak-anak yang lain yang dilimpahkan kasih sayang oleh orang tuanya. Bagi mereka walaupun ibu mereka sering memukul dan memarahi mereka, mereka tetap menyayangi nya karena Emma mengatakan bahwa awalnya ibu mereka bukan wanita pemarah dan gemar memukul. Ibunya dulu sangat menyayangi mereka namun entah apa yang membuat ibunya berubah mereka tidak tahu. Emma yang melihat itu pun tak bisa lagi membendung air matanya, hal yang selama ini yang ingin ia lihat kembali setelah kejadian tersebut yang telah merenggut banyak sosok Verona. Irina membawa putra putrinya itu kedalam pelukannya, namun Irina mendengar ringisan dari mereka. Irina pun melepaskan pelukannya dan membalikkan tubuh keduanya kemudian menyingkap baju keduanya. Betapa terkejutnya Irina melihat beberapa bekas luka yang memang belum kering, sekali lagi
Lucius Van Gilbert dan Lilyan Van Gilbert. Setelah Irina membongkar kembali ingatan dari pemilik tubuh ini, akhirnya ia menemukan nama dari bocah-bocah itu. Nama yang keren! Namun Irina sempat berpikir jika ia ingin mengganti nama belakang mereka dengan nama dari Verona saja, mungkin nanti setelah ia dan Alexander berpisah ia bisa menyematkan namanya kepada anak-anaknya itu. Setelah ia mengoleskan salep dan memakaikan mereka perban, Irina kemudian menyuapi mereka makanan yang tadi dibawa oleh Emma. Di sela-sela mereka menyantap makanan sesekali Irina mengajak mereka bercanda, hitung-hitungan agar ia bisa semakin dekat dengan anak-anak nya. Ia bertekad jika ia harus menghilangkan rasa takut Lucius dan Lily terhadap nya. "Bagaimana apa makanan nya enak?" tanya Irina dan di balas anggukan oleh kedua bocah itu sembari masih mengunyah makanan yang berada di dalam mulut mereka. Sebenarnya Irina tidak punya pengalaman sama sekali soal mengurus anak, sudah ia katakan bukan bahwa ia tidak s
Verona dan kedua anaknya itu tengah berbaring di atas ranjang, untung saja ranjang nya luas sehingga mereka bertiga pun muat untuk tidur bersama di ranjang itu. Posisinya berada di pinggir sedangkan Lily berada di tengah dengan Lucius yang berada di sampingnya. Kedua bocah itu pun belum tidur, mereka sebenarnya masih gugup dengan kedekatan mereka sendiri dengan sang ibu. "Kenapa kalian belum tidur, hmm?" tanya Verona sembari membelai rambut Lily "Heum... Ibu apakah aku boleh meminta ibu untuk membacakan sebuah dongeng sebelum kita tidur?" Lily pun mendongak ke arah sang ibu yang posisinya lebih tinggi darinya itu "Lily, biarkan ibu beristirahat. Ibu baru saja pulih dan ia harus istirahat yang banyak." ujar Lucius kepada adiknya itu. Lily pun hanya menunduk ketika kakak nya itu menegur nya.Verona yang melihat itu pun tidak bisa untuk tidak terkagum dengan Lucius lagi, betapa pengertian putra nya itu. Anak sekecil Lucius mampu untuk mengatakan hal dewasa seperti itu. "Tapi aku ing
"Duchess apa hari ini anda akan keluar untuk sarapan bersama?" tanya Emma "Iya." "Maaf jika saya lancang Duchess, apakah sebaiknya anda beristirahat saja di kamar?. Saya akan membawakan anda makanan ke sini dan untuk anak-anak." Saran Emma karena ia masih khawatir jika majikannya itu akan kembali sakit. Verona yang tengah mengikatkan rambut Lily pun menoleh ke arah Emma, pelayan nya itu memang terlalu mengkhawatirkan nya, ia senang jika ada orang yang begitu perduli dengan nya namun Emma rasanya pelayan nya itu khawatir setiap detik kepadanya. "Aku sudah baik-baik saja Emm, dua hari berdiam diri di kamar membuat ku bosan. Aku ingin berjalan-jalan di sekitar kediaman dan kau tentu akan menemaniku." "Baiklah jika itu perintah anda Duchess." ucap Emma sembari menunduk Hari ini Verona sudah memutuskan akan keluar dari kamar dan memulai aktivitas nya. Hari ini akan dimulai dengan sarapan bersama tentunya dengan suami bajingannya itu dan jalangnya. Huh Pagi yang buruk! Verona pun men
"Uncle Lucas aku merindukan mu" ucap Lily sembari melingkarkan tangannya ke leher Lucas yang tengah menggendong nya. "Aku pun sangat merindukan mu bunga Lily ku" jawab Lucas sembari mengecupi pipi Lily yang disambut kekehan olehnya Verona yang sedari tadi diam memandangi Lucas yang sekarang sudah berada di hadapannya itu pun mulai berpikir, pria ini lah yang menarik Verona saat Verona akan menghampiri Alexander dan Rosella yang berada di toko baju saat itu, pria ini lah yang di dalam ingatannya itu kerap bermain bersama Verona kecil kala itu. Mereka cukup dekat berarti Lucas adalah salah satu orang terdekatnya. Verona pun mulai meneliti wajah tampan Lucas yang sedikit terlihat mirip dengan Alexander, dari warna mata dan warna rambut mereka memiliki kesamaan namun hanya itu saja. Lucas memiliki postur tinggi namun Verona meyakini Lucas tidak lebih tinggi dari Alexander, ah kenapa pula dia membanding-bandingkan nya dengan pria itu. "Tak ada ucapan salam untuk putra mahkota ini Duche
Tak terasa malam pun sudah tiba, Verona tengah menemani Lucius dan Lily di kamarnya, menunggu kedua bocah itu terlelap dengan menepuk pelan kedua bokong mereka.Mimpi indah pun sudah menghampiri keduanya, hingga Verona pun pergi meninggalkan kamar mereka. Saat ia akan berbelok menuju kamarnya tiba-tiba dia di kagetkan dengan kedatangan Alexander di hadapannya."Astaga!!!" ucap Verona sembari memegang dadanya.Ah pria ini!Setelah terdiam beberapa detik dengan pandangan yang saling terkunci,Verona pun memilih melangkah kembali menuju kamarnya dan mengabaikan Alexander yang berada di hadapannya. Ia terlalu muak melihat wajah penyebab duka dari seorang Verona itu.Namun suara dari Alexander pun menghentikan langkahnya."Apa benar kau akan memasukkan Lucius dan Lily ke akademi Serigala Putih?" tanya AlexanderVerona yang mendengar pertanyaan itu pun mengernyit bingung, darimana pria itu tau jika ia akan mendaftarkan anak-anak ke akademi Serigala Putih? Ah! Ia lupa telinga dan mata dari se
"ibu mau pergi kemana?" Ucap Lily ketika melihat ibunya itu yang tengah bersiap pergi bersama Emma."Ibu akan ke pusat kota untuk berbelanja"Mendengar jawaban dari sang ibu membuat Lily dan Lucas saling pandang beberapa detik, kemudian Lily pun kembali menatap Verona ."Ibu apa kami boleh ikut? Kami tidak pernah pergi ke pusat kota. Aku mendengar disana sangat seru, kita bisa melihat banyak hal dan aku ingin sekali melihatnya" pinta LilyVerona tengah berpikir,benar juga kedua anaknya itu kerjaannya hanya terkurung di Dukedom, mereka jarang sekali keluar layaknya terisolasi. Jika pun mereka keluar bermain itu pun masih disekitar kediaman ini.Mereka terlalu takut untuk keluar,selain karena keberingasan Verona mereka pun kerap mendapat ejekan dari anak-anak seusianya sehingga Lucius dan Lily memilih untuk tidak keluar.Ah malang sekali anak-anak nya!"Tentu saja! Kalian boleh ikut." Ucapnya membuat Lucius dan Lily kegirangan"Kalau begitu mari berangkat!" Tukasnya kemudian meraih tang