"Oh tidak! Aku benci anak-anak!!" Irina Fernandaliz, terus mengumpat ketika pertama kali menginjakan kakinya di panti asuhan. Irina sangat anti dengan anak-anak apalagi yang sudah menginjak usia 5 tahun, menurut Irina mereka sangat menyebalkan! Jika bukan karena suruhan ibunya yang menyuruhnya untuk mencari muka di depan publik demi menutupi skandalnya yang sudah menjadi headline, ia tidak akan sudi beramah tamah disini. Saat ia akan kembali pulang dari panti asuhan, tiba-tiba mobil yang dikendarai oleh supirnya oleng menembus pembatas jalan hingga hancur dan merenggut nyawa nya dan sang supir. Ketika detik terakhir nya saat ia benar-benar merasakan tubuhnya hancur dan sakit luar biasa, ia melihat sebuah cahaya menghampiri nya kemudian menariknya hingga ia benar-benar menutup mata. _______________________ Verona Van Helsing "Kau jahat Alexander! Aku baru saja melahirkan putra putri kita, aku baru saja kehilangan ayah ku dan sekarang? Kau menambah penderitaan lagi kepada ku dengan membawa perempuan ini Alexander? kau sungguh pria yang kejam!" Verona sudah tidak bisa bertahan lagi, ia sudah pasrah jika ia harus meregang nyawa dengan cara tenggelam. Namun ia berdoa di akhir hayatnya, ia meminta jika anak-anak nya dapat hidup dengan bahagia tanpa merasakan kurangnya kasih sayang. Verona menyesal atas apa yang telah ia perbuat kepada anak-anaknya. Bagaimanapun mereka tidak bersalah, mereka hanya korban dari keegoisan orang tua mereka.
view morePagi-pagi sekali Irina sudah bangun dan bersiap-siap untuk pergi kunjungan ke salah satu Panti asuhan yang berada di sudut Kota. Sejak ia bangun ia tidak berhenti bersumpah serapah karena tidur pagi nya yang terganggu.
Ketika ia tengah bercermin untuk memoles lipstik di bibir nya, ia melirik sejenak ke arah pintu kamarnya yang terbuka dan menampilkan sosok ibunya yang sudah bersedekap dada sambil menatapnya.
"Irina, ibu harap kau tau apa yang harus kau lakukan sampai disana, jangan sampai kau semakin mengacau dan membuat citra mu semakin buruk di depan publik." ujar sang ibu, Edith.
Irina menghentikan kegiatannya kemudian berbalik menghadap sang ibu dengan raut muka masamnya
"Ibu really? Anak-anak? Tidak bisakah ibu menyuruh ku ke tempat yang lain? Misalkan panti jompo? Tidak apa-apa aku harus bertemu dengan tempat yang penuh dengan lansia bau tanah, yang penting jangan pertemukan aku dengan sekumpulan anak-anak yang nakal dan menyebalkan. Ibu tau aku tidak suka." ucap Irina dengan penuh kekesalannya.
"Kau juga sama nakal dan menyebalkan nya Irina, panti asuhan adalah tempat yang tepat untuk mengembalikan citra mu, yah mungkin tidak sekaligus, namun mereka sedikit demi sedikit akan tersentuh dengan apa yang kau lakukan,"
Edith menghela nafas sejenak,"Ingat! orang-orang cepat bersimpati jika bersangkutan dengan anak-anak. Ini sudah menjadi keputusan final ayah dan ibu juga. Sudah jangan menggerutu lagi! Cepat turun dan pergi ke panti, supir sudah menunggumu di bawah." Edith pun keluar dari kamar Irina, meninggalkan Irina yang masih kesal dengan keputusan kedua orang tua nya.
"Skandal sialan! Jika si bodoh Marcus itu tidak menjejalkan aku begitu banyak alkohol, aku tidak akan pulang dalam keadaan mabuk dan melantur yang tidak-tidak di tengah jalan. Dan aku pun tidak akan berurusan dengan hal yang merepotkan seperti ini."
Irina adalah putri seorang Menteri Kesehatan di London, selain itu Irina juga seorang model profesional yang terkenal akan kecantikan dan kepiawaian nya dalam runway
hingga banyak sekali rumah mode yang menjadikannya sebagai brand ambassador. Terlebih ia sering digosipkan kedekatan nya dengan sang Royal Prince, jadi tidak heran jika kehidupan pribadi nya kerap kali disoroti.Malam itu ia tengah berpesta dengan rekan-rekan nya setelah digelarnya Fashion Week, mereka minum dan berdansa sesuai dengan irama.
Menikmati malam yang begitu menyenangkan. Irina pun sama, ia menikmati minumannya, bukan semata-mata hanya meminum nya namun ia lakukan untuk menghilangkan pening yang melandanya dikarenakan The Royal Prince, Prince Hendrik ingin mengajukan lamaran kepadanya
Ayolah Irina adalah tipe wanita yang gemar dekat dengan laki-laki tampan dan berkuasa namun jika ia harus terlibat dan menjadi bagian dari anggota kerajaan ia tidak mau!. Ia tidak ingin hidup di kekang dengan setumpuk aturan yang akan membuat kepalanya mendidih.
Ia tengah berfikir bagaimana caranya menolak lamaran dari seorang pangeran yang berpengaruh di negaranya, salah trik saja bisa-bisa karir ayahnya lah yang akan melayang, karena sebelumnya Hendrik pernah mengancamnya jika ia menolak lamarannya maka ia akan membuat ayahnya di pecat dari jabatannya sebagai mentri.
Irina tidak ingin hal itu terjadi, maka dari itu ia tengah berpikir keras mencari jalan keluarnya untuk menolak Hendrik tanpa harus membuat ayahnya dipecat. Irina dan keluarga nya tidak akan jatuh miskin jika ayahnya dipecat karena mereka memang berasal dari keluarga kaya raya akan tetapi, Irina tidak ingin membuat perjuangan dan kerja keras ayahnya sampai menjadi seorang menteri akan berakhir dengan sia-sia.
Ditengah pusing yang melandanya, Marcus salah satu rekannya menghampiri nya dan memberikannya terus menerus minuman sambil menemaninya berbicara hingga ia sudah berbicara melantur kesana kemari
Di tengah-tengah sisa kesadaran nya ketika ia ingin pulang, Marcus sempat menawarkan diri untuk mengantarnya pulang, namun ia menolak dengan alasan ia tidak sepenuhnya mabuk. Padahal, ketika ia beranjak keluar beberapa kali ia menabrak pengunjung yang lain hingga tidak sedikit orang mengumpatinya.
Saat memasuki mobilnya dan mulai mengendara, di tengah-tengah perjalanan mendadak kepalanya begitu sakit hingga ia memutuskan untuk menepi, perutnya terasa mual hingga Irina pun keluar dari mobilnya dan muntah.
Saat Irina tengah mengeluarkan seluruh isi perutnya tiba-tiba pasangan suami istri yang kebetulan lewat menghampiri nya dan menolongnya namun, ketika mereka akan memapah Irina ke mobilnya, Irina tiba-tiba melantur tidak jelas mengucapkan sumpah serapah dengan berteriak dan sesekali mengumpati Hendrik.
Teriakannya pun mengundang orang-orang yang lewat bahkan yang berkendaraan pun menghentikan kendaraannya dikarenakan mereka mendengar suara yang familiar di telinga mereka. Ternyata benar, seorang model terkenal tengah berteriak layaknya orang gila dalam keadaan kacau, tak sedikit orang yang mengabadikan momen itu dengan memotret bahkan mengambil video
Sebelum kegilaan Irina semakin menjadi, beruntung para ajudan yang memang ditugaskan untuk mengawal Irina datang tepat waktu, mereka mendapat perintah dari sang atasan untuk menjemput Irina yang kebetulan saat Irina keluar dari Club, Marcus sempat menghubungi telpon rumah Irina dan memberitahu kan keadaan Irina yang mengendara dalam keadaan mabuk saat pulang. Ponsel Irina masih aktif sehingga memudahkan mereka untuk menemukan keberadaan Irina.
Irina pun dibawa pulang, dan keesokannya banyak berita miring yang tersebar akan ulahnya semalam, membuat ayah dan ibunya pening melihat kelakuan anak perempuan satu-satunya itu.
"Oh Tuhan, Irina apa lagi ini?" ucap Fredrik sang ayah sembari menatap putrinya yang baru saja bangun dari tidur nya sehabis mabuk semalam.
"Jangan memandangku seolah aku sering membuat onar ayah!. Semalam hanya kelepasan! Media juga terlalu melebih-lebihkan,"
Cukup sudah ia mengingat kejadian tempo hari yang membuat nya kesal setengah mati! Irina pun kembali melihat ke cermin dan memastikan penampilan nya sudah baik dan Serapi mungkin untuk pergi ke panti asuhan,setelah ia merasa sudah cukup ia pun turun untuk pergi bersama supir dan beberapa pengawalnya.
Selama perjalanan Irina hanya menghabiskan waktu dengan tidur sambil mendengarkan musik,ketika ia mendengar suara ketukan di jendela ia pun terbangun
"Nona kita sudah sampai."
Saat Irina memfokuskan pandangannya dan melihat ke depan ia pun terdiam,tubuhnya terasa kaku ketika ia melihat begitu banyak anak-anak yang tengah bermain dan berlarian di depan panti asuhan . Lama Irina terdiam hingga suara sang pengawal pun kembali membangun kannya
"Nona, apakah anda tidak ingin turun?"
Irina pun menghela nafas, dan keluar dari mobil ketika sang pengawal membukakannya pintu. Merapikan sedikit pakaiannya dengan tetap memfokuskan arah pandangnya ke arah panti
"Welcome to the hell" ucapnya sembari matanya menatap kearah panti.
**********************
"Anak-anak kemari, segera berkumpul di aula! Kita kedatangan tamu terhormat!." Intrupsi sang Ibu panti bernama, Rona.
Mendengar hal itu anak-anak pun berkumpul dengan berbaris rapi seperti sudah terlatih jika mereka harus melakukan hal tersebut ketika orang-orang mengunjungi tempat ini. Irina pun hanya bisa menyunggingkan sedikit senyum paksaannya menanggapi.
"Maaf kami tidak tau jika anda akan berkunjung ke sini Nona Irina, sehingga kami tidak mengadakan sambutan yang layak bagi anda, kami benar-benar mendapat kabar mendadak, maafkan kami." ucap Rona
"Tidak apa-apa, tidak perlu ada sambutan, seperti ini sudah cukup. Aku tidak akan lama juga disini." jawab Irina
Irina pun menoleh ke belakang pada pengawalnya untuk cepat membagikan barang-barang yang mereka bawa.
"Aku membawa beberapa bahan makanan, pakaian dan kebutuhan lainnya, ku harap ini berguna bagi kalian. Aku sudah memastikan semua barang-barang ini adalah yang terbaik dan layak digunakan."
"Terimakasih Nona Irina, kami sangat menghargai pemberian anda. Kalau begitu silahkan nikmati waktu anda sementara aku akan membantu mereka." Tanpa menunggu jawaban Irina, Rona pun meninggalkan nya untuk menyusul mereka yang tengah membagikan dan menata barang-barang yang mereka bawa.
Irina pun hanya mendengkus melihatnya, padahal tadi ia sengaja ingin berbicara panjang lebar dengan pengurus panti itu agar ia terhindar dari anak-anak yang sedari tadi mencuri curi pandang ke arahnya seolah mereka ingin menghampiri Irina.
Betul saja, tak lama Rona meninggalkan nya sekumpulan anak-anak menghampiri nya dan mengerubunginya. Dimulai ada yang menarik mantelnya, memainkan rambutnya bahkan ada yang langsung melompat ke pangkuannya yang membuat Irina kesal, ingin sekali ia mendorong anak itu hingga ia tersungkur. Namun ia haru menelan kekesalannya itu, jika tidak hancur sudah tujuannya untuk datang kesini.
"Oh tidak! Aku benci anak-anak." umpatnya
Mendengar hal itu pun, anak kecil yang berada di pangkuan Irina pun menoleh, Irina yang dilihat pun hanya bisa menaikan alisnya
"Kata ibu panti mengumpat itu dosa loh, olang yang seling mengumpat katanya akan dikutuk mempunyai hidung sepelti babi" ucapnya polos.
Mendengar itu pun Irina melotot tak percaya, what the fuck! apa-apaan itu? dikutuk mempunyai hidung seperti babi? Irina merasa ibu panti ini tidak waras mengajar anak kecil seperti itu.
"Dengar bocah! Ibu panti mu itu berbohong, jadi apapun yang dia katakan jangan percaya! Kau sungguh terkontaminasi virus bodoh."
"Aku tidak bodoh bibi!!"
Sekali lagi Irina terkejut dengan ucapan bocah perempuan yang dipangkuan nya itu setelah babi sekarang ia di panggil bibi?
Terlebih anak yang sedari tadi memainkan rambutnya itu mulai menarik-narik rambutnya yang membuat beberapa helai rambutnya putus, sungguh itu perih tau!
Irina yang tak tahan dengan keadaan itu pun bangkit dan menurunkan anak perempuan yang berada di pangkuan nya itu kemudian pergi meninggalkan mereka menuju pengawal nya.
"Ayo kita pulang, aku tiba-tiba merasa tidak enak badan." Alibi nya pada sang pengawal
Setelah mereka berpamitan dan pergi menuju mobil untuk bergegas pulang tiba- tiba salah satu anak kecil berlari menghampiri nya dan menarik mantelnya, merasakan hal itu pun Irina melihat kebawah dan ternyata pelakunya tak lain adalah bocah yang memanggil nya bibi tadi
"Ada apa bocah?" Tanya Irina
Anak itu pun memberika bunga Krisan emas yang ia bawa kepada Irina sambil tersenyum.
"Bawalah bunga ini, aku memetiknya untuk mu."
"Bunga Krisan?. Bukan kah ini bunga Keberuntungan?" Ucap Irina sambil menatap bocah itu
Yang ditatap pun hanya tersenyum dan pergi meninggalkan Irina dan kembali ke panti. Melihat hal itu pun Irina hanya mengedikan bahunya dan berjalan kembali menuju mobilnya sembari menggenggam bunga Krisan emas tersebut
Saat perjalanan pulang, dengan Irina yang senantiasa menghadap jendela untuk melihat pemandangan di luar sembari menggenggam bunga Krisan tersebut, tiba-tiba mobil yang dikendarai supirnya oleng dan menghantam pembatas jalan dengan begitu keras hingga mobil tersebut berguling dan hancur.
Seketika kerumunan mulai menghampiri mobil tersebut untuk melihat keadaan korban. Irina yang tengah terjepit dengan tubuh yang terasa luar biasa sakit, seakan akan ia merasa tubuhnya remuk dan hancur berkeping-keping pun samar-samar mendengar suara teriakan dan gaduh diluar sana.
Dengan nafas yang tersengal-sengal di detik nafas terakhir nya ia melihat sebuah cahaya yang menariknya sehingga ia merasakan tubuhnya dibawa melayang oleh sesuatu dan ia pun perlahan menutup mata nya.
Felix dan Christof bersimpuh di hadapan sang raja dengan wajah babak belur. Seperti nya keduanya mendapatkan luka baru karena di beberapa sudut terlihat luka lain namun sudah mengeringRaja bersama para menterinya duduk tenang setelah sebelumnya dikejutkan dengan bukti korupsi dari Baron Quill, meski beberapa menteri kerajaan ada yang bersikap biasa-biasa saja karena sudah mengira suatu saat kejadian itu akan terjadi, mengingat hampir seluruh orang tahu jika Baron Quill berhasil menjabat sebagai anggota menteri karena bantuan dari AlexanderTak lama kemudian Alexander datang bersama Rosella, pria itu menyeret Rosella dengan mendorong kepala wanita itu. Rosella dalam keadaan menangis pasrah begitu Alexander menghempaskan tubuhnya agar ikut bersimpuh seperti kedua pria itu.Verona dengan wajah datarnya menatap para pelaku yang menjadi dalang di balik kesakitannya, tak terkecuali matanya menatap kearah Alexander juga"Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya raja Edward, bingung ketika
Verona mematut dirinya di depan cermin. Dress merah pekat membalut tubuh indahnya, rambutnya cokelat nya ia biarkan tergerai menjuntai, lalu wajahnya dipoles sedikit riasan sebagai penyempurna penampilan nya pagi ini.Tak terasa sudah tiba hari dimana Verona akan menyelesaikan masalah yang membelenggunya. Verona berharap, setelah hari ini tidak ada lagi kekhwatiran yang akan menggangu hidupnya lagi, Verona saat ini hanya ingin hidup tenang bersama kedua anaknya.Verona memantapkan hati pada pilihan nya. Tidak ada lagi alasannya untuk mundur, Verona sudah terlalu takut untuk menoleh kebelakang lagi, takut pada keputusannya yang bisa berubah kapan saja. Sekali lagi Verona menatap pantulannya, berbicara pada dirinya sendiri kalau apa yang ia pilih adalah jalan terbaik bagi hidup nya.Verona berbalik begitu seseorang masuk kedalam kamarnya"Semuanya sudah siap, Duchess" kata Jarvis"Kalau begitu kita berangkat sekarang"Verona bersama rombongannya pergi menuju halaman rumahnya, sebelum it
Mata itu terbuka seiring ringisan keluar dari bibir keringnya. Kepalanya sakit, tak kalah dengan fisik dan batinnya. Rosella secara perlahan bangkit untuk mendudukkan dirinya, berusaha sekuat tenaga bersandar pada tembok dingin di belakang nya.Rasa perih dirasakan nya saat punggung yang penuh dengan luka cambukan itu menyentuh tembok kasar di belakang. Rosella kembali meringis, tubuhnya benar-benar remuk redam oleh Felix. Rosella mengumpati pria itu di dalam hatinya, Rosella akan memberi Felix pelajaran jika ia berhasil keluar dari tempat ini. Ia akan memberikan rasa sakit yang berkali lipat kepada Felix karena telah berani menyiksa seorang Duchess seperti dirinya, oh tak lupa ia harus membuat perhitungan kepada anak kurang ajarnya itu karena membeberkan rahasianya kepada Felix.Karena sibuk dengan isi kepalanya sendiri, Rosella tidak menyadari kehadiran orang lain di ruangan ini. Tubuhnya terhenyak begitu suara dingin yang amat Rosella kenali mengalun"Sudah sadar...?" Alexander ma
Verona sedang sarapan bersama dengan kedua anaknya, tak lupa beberapa pelayan dan pengawal pribadinya ikut duduk di meja makan bersama nya. Semenjak kepindahan Verona, Verona memberi perintah jika mereka harus makan bersama kalau bisa menyempatkan waktu. Verona merasa tak keberatan harus berada di meja yang sama dengan bawahannya, mereka sudah Verona anggap sebagai teman dan keluarga nya saat ini, tanpa mereka Verona juga tidak memiliki siapa-siapa lagi selain Lucius dan Lily.Tentang Lucius dan Lily. Saat malam dimana Verona menumpahkan kesedihannya kepada Lucius, keesokan harinya kedua anaknya sudah berlaku manis kembali kepadanya, begitupula dengan Verona yang sudah tidak lagi menghindari si kembar.Kesalahpahaman diantara mereka sudah diluruskan, ternyata yang membuat si kembar menangis kala itu adalah karena mereka takut dan berpikir ketika melihat Verona menangis, ibunya itu akan kembali terluka kemudian berubah seperti dahulu seperti saat ibunya bertengkar dengan ayahnya. Bukan
Verona dengan langkah pelan berjalan menuju kamarnya. Kamarnya terletak bersebelahan dengan si kembar, mencoba membuka pintu sepelan mungkin agar tidur mereka berdua tak terganggu dengan suara tersebut, namun suara panggilan menyapa rungunyaTangan Verona masih berada pada gagang pintu kamarnya, badannya enggan menoleh ke asal suara"Ibu..." Panggil Lucius sekali lagiVerona menarik nafas sebelum berbalik menghadap putranya, Verona dengan sekuat tenaga menghalau air matanya. Verona tak sanggup setiap melihat wajah Lucius dan Lily, rasa bersalah menggerogotinya ketika mengingat bagaimana si kembar menangis kala itu"Apa Lucius butuh sesuatu?" Tanya Verona pelan, matanya melirik ke sebelahnya dimana Verona dapat melihat Lily yang tengah terlelap dari celah pintu yang terbukaLucius memandang lamat wajah ibunya yang selama ini jarang ia lihat. Lucius merasa bahwa ibunya tengah menghindarinya dan Lily, Lucius bertanya-tanya apakah dirinya melakukan kesalahan sehingga ibunya tidak mau lagi
Rosella tengah berjalan pulang menuju kediamannya. Ia baru saja selesai berbelanja di pusat perbelanjaan, Berta dan beberapa pelayan di belakangnya setia mengikutinya dengan barang belanjaan di kedua tangan merekaSaat ingin menaiki kereta kudanya tiba-tiba sang kusir mengatakan jika roda kereta menghilang, dan terpaksa Rosella harus menunggu sang kusir pergi untuk membeli roda kereta, Rosella sangat kesal, kenapa juga harus ada kejadian yang merusak harinya lagi.Ditengah kegiatan menunggu kusirnya kembali, Rosella di datangi oleh seseorang kemudian memberikannya sebuah surat. Rosella menerima dan langsung membacanya, ia menghela nafas bosan sejenak kemudian merobek surat tersebutFelix, pria itu tak henti-hentinya mengiriminya surat. Meminta nya datang untuk menemuinya karena alasan merindukannya, Rosella tentu tidak punya waktu untuk meladeni pria itu, masih banyak pekerjaan yang harus ia lakukan daripada harus mengunjungi pria yang sudah tidak berguna lagi baginya. Saat ini Rosell
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments