Share

Bertemu Anak-anak

Keduanya pun tersenyum dan membalas genggaman dari Irina, sudah lama mereka menginginkan hal ini tiba dimana ibu mereka akan berubah dan menyayangi mereka. Mereka ingin seperti anak-anak yang lain yang dilimpahkan kasih sayang oleh orang tuanya.

Bagi mereka walaupun ibu mereka sering memukul dan memarahi mereka, mereka tetap menyayangi nya karena Emma mengatakan bahwa awalnya ibu mereka bukan wanita pemarah dan gemar memukul. Ibunya dulu sangat menyayangi mereka namun entah apa yang membuat ibunya berubah mereka tidak tahu.

Emma yang melihat itu pun tak bisa lagi membendung air matanya, hal yang selama ini yang ingin ia lihat kembali setelah kejadian tersebut yang telah merenggut banyak sosok Verona.

Irina membawa putra putrinya itu kedalam pelukannya, namun Irina mendengar ringisan dari mereka. Irina pun melepaskan pelukannya dan membalikkan tubuh keduanya kemudian menyingkap baju keduanya. Betapa terkejutnya Irina melihat beberapa bekas luka yang memang belum kering, sekali lagi ia mengumpati Verona dan ingin sekali ia menyusul nya ke neraka untuk menghajar nya.

Irina meminta kepada Emma untuk mengambil salep dan perban, sementara ia akan mengelap tubuh anak-anak. Mereka tidak boleh mandi dulu dengan luka yang masih basah.

Sebelum Emma benar-benar pergi, ia berbalik dan menghampiri Irina yang tengah menuntun anak-anak menuju kamar mandi

"Duchess anda tidak lupa kan dengan nama putra putri anda?" tanya nya dengan berbisik

Irina pun memukul pelan tangan Emma dan menjawabnya,"Aku tidak mungkin lupa dengan nama anak-anak ku sendiri!"

"Ya siapa tau kan, saya hanya bertanya."

"Sudah sana pergi! Oh sekalian bawakan makanan untuk ku dan anak-anak ke kamar. Dan jangan biarkan siapapun untuk mengunjungi ku dulu! Ingat! Siapapun! Bahkan jika itu si Duke buaya darat itu."

"Duke buaya darat? Maksud anda?"

"Siapa lagi jika bukan Tuan mu yang palyboy itu. Sudah jangan banyak tanya sana pergi! "

Emma pergi dengan pikirannya, jika Duchess nya mengatakan jika Duke buaya darat itu adalah tuannya berarti hanya satu orang yang pasti, yaitu Duke Alexander. Emma pun menutup mulutnya, tidak menyangka Duchess nya mengatakan hal itu kepada suaminya sendiri, Emma pun menggelengkan kepalanya, Duchess nya itu rupanya banyak berubah setelah hampir meregang nyawa.

*********************

"Ku dengar ia sudah sadar" ucap seorang laki-laki rupawan yang tengah menulis sesuatu di sebuah kertas di meja kerjanya

"Benar Duke, Duchess sempat sadar kemarin namun dari yang saya dengar, Duchess mengalami sakit kepala yang luar biasa hingga membuatnya pingsan. Untuk keadaan nya sekarang saya belum mendapat laporan dari pengawal yang tengah berjaga di sana."

Alexander pun masih setia dengan kertas-kertas yang berada di depannya sembari mendengarkan penjelasan dari tangan kanannya yaitu, Howard Gardner.

"Beritahu aku jika kau sudah mendapatkan kabarnya lagi!"

"Maaf Duke, kenapa tidak anda saja yang kesana dan melihat keadaan Duchess langsung?" tanya Howard

"Tidak bisa, setelah ini aku akan menemani Rosella ke suatu tempat."

"Kau bahkan lebih mementingkan keinginan wanita itu daripada kau harus melihat istri mu yang bahkan nyaris meregang nyawa Alexander." ucap Howard sembari melihat Alexander yang mulai mengalihkan pandangannya kepada Howard

Alexander dan Howard berteman sejak usia mereka enam belas tahun. Saat itu mereka bertemu di akademi, saat mereka sama-sama menempuh kelas teknik berperang.

Namun Howard hanya mengambil kelas satu tahun kemudian pergi untuk mempelajari lebih dalam tentang politik dan segala urusan administrasi lainnya. Waktu yang lumayan singkat namun membuat keduanya menjadi dekat.

Beberapa tahun kemudian mereka kembali bertemu dan Alexander menawarkan nya pekerjaan dan Howard pun menerima nya dan jadilah sekarang ia bekerja sebagai tangan kanan Alexander.

Dalam beberapa kondisi mereka akan berbicara layaknya sang tuan dengan bawahannya, namun dalam beberapa kondisi juga mereka akan berbicara layaknya seorang sahabat seperti sekarang ini. Howard tidak segan-segan menyindir nya jika ia sudah benar-benar kesal dengan Alexander.

Namun Howard tidak menyembunyikan jika ia memang takut jika terlalu macam-macam dengan Alexander, bagaimana pun selain Alexander atasannya dan putra dari raja kerajaan ini, Alexander adalah sosok yang memang patut untuk ditakuti karena pria itu jika sudah marah maka ia akan membabat habis apapun yang ada di depannya.

"Kau! Daripada mengomel lebih baik kau pergi dan kerjakan pekerjaan mu!" ucap Alexander dan kembali mengalihkan perhatian pada kertas yang ia pegang.

Howard pun mendumal sembari membungkuk kemudian pergi dari ruang kerja Alexander.

Setelah kepergian Howard, Alexander pun menaruh kembali kertas tadi dan menyandarkan punggungnya. Entah kenapa belakangan ini ia merasakan hari-harinya begitu berat, ia ingin sekali beristirahat namun karena pekerjaan nya yang menumpuk ia tidak bisa untuk bersantai sejenak terlebih, ia harus keluar untuk menemani Rosella yang katanya ingin mengunjungi sebuah toko perhiasan yang baru saja telah di resmikan. Ah wanita dengan hobinya itu memang terkadang membuat nya pusing.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status