Share

Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam
Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam
Author: Ocean Na Vinli

Bab 1 - Jadi Janda

last update Last Updated: 2023-11-13 19:09:15

"Hei, wanita murahan! Aku tak menyangka wanita sepertimu mengkhianati kekasihku! Selama ini kau pandai menyembunyikan kelicikanmu di balik wajah polosmu itu! Kau memang tak pantas bersanding dengan Martin!" seru Cordelia sambil tersenyum sinis.

Baru saja keluar dari gedung pengadilan, Diana Hamilton sudah disambut dengan suara teriakan Cordelia, adik tirinya. Setelah setahun lama menghilang, Cordelia muncul tiba-tiba tepat di hari perceraiannya. Diana penasaran, kemana Cordelia selama ini. Mengapa baru sekarang menampakkan diri. Dahulu, Cordelia menghilang tiba-tiba di hari pernikahan lalu dia pun disuruh Lauren untuk menggantikan Cordelia. Saat ini, Diana hanya bisa menerka-nerka.

Diana mengangkat kepala, dengan perasaan remuk redam, melihat Cordelia tengah bergelayut manja di lengan Martin Martinez, mantan suami. Sekarang Diana sudah menyandang status janda. Diana diceraikan, dalam keadaan hamil muda, karena minggu lalu Martin mendapatkan fotonya tanpa busana bersama pria yang wajahnya di blur di atas ranjang.

"Sudah aku katakan, aku tidak berselingkuh, Cordelia. Semua foto itu adalah palsu! Aku dijebak malam itu— ahk!"

"Berani kau membantah!" Perkataan Diana terpotong ketika Cordelia mendaratkan tamparan kuat di pipi kanannya.

Diana tersentak, dari tadi berusaha membendung air matanya agar tak meluruh. Namun, semakin ditahan, dadanya terasa amat sesak dan pada akhirnya cairan bening mengalir pula dari sudut mata. Sambil memegangi pipinya dia menatap ke depan. Melihat Martin melayangkan tatapan penuh cela sekarang.

"Martin, percayalah padaku, semua foto yang kau dapatkan semuanya palsu ...." Diana masih berusaha menjelaskan meski Martin tak percaya dengan perkataannya.

Tak ada jawaban, Martin membisu. Diana jelas tahu, bila pria berperawakan tinggi dan memiliki tato di sekujur tangan kanan itu memang jarang berbicara. Pria itu amat misterius, wajahnya bengis, bermata elang dan sangat dingin. Selama menikah, Martin memang tak pernah mengajaknya berbicara. Walau hanya menjadi pengantin pengganti, benih-benih cinta bermekaran di hati Diana. Diana tak tahu apa perkerjaan Martin. Tetapi, berdasarkan kabar burung dari asisten rumah Martin memiliki perusahaan makanan terbesar di ibu kota Caracas, Venezuela, Amerika Selatan.

Janin yang bersemayam di perutnya pun akibat ketidaksengajaan. Sewaktu itu, di pagi-pagi buta Martin pulang dalam keadaan tubuh bersimbah darah dan tercium aroma obat keras menguar dari tubuh Martin. Entah sadar atau tidak, Martin menyambar tubuh Diana dan menggaulinya di atas ranjang.

"Palsu? Kalau memang palsu, apa kau bisa membuktikannya?" Martin angkat bicara, suaranya terdengar dingin dan tajam hingga menusuk kalbu Diana sesaat.

Diana memutar otak, mencoba mengingat siapa pria di dalam foto. Sekarang, dia yakin sekali pria tersebut adalah Kornelius. Matanya berkeliling sesaat, menelisik keberadaan Kornelius di samping Lauren, mama tirinya. Pria itu adalah tangan kanan Lauren. Selama ini Kornelius selalu berada di sekitar Lauren. Namun, hari ini batang hidung Kornelius tak terlihat sama sekali. Entah kemana perginya. Kornelius menghilang bak ditelan bumi.

"Buang-buang waktu saja! Ayo, Baby, kita pulang ke rumah, aku malas berdiri lama-lama di sini," ujar Cordelia kemudian.

"Tunggu!" Diana hendak menyentuh tangan Martin. Namun, tangannya ditepis oleh Cordelia segera.

"Apa yang kau lakukan hah!? Jangan menyentuh kekasihku!" Cordelia memekik nyaring hingga para pengunjung pengadilan melirik sekilas ke arah mereka. Terpancar kemarahan dari kedua bola mata Cordelia.

Martin melirik Cordelia. "Sudahlah, Cordelia, jangan buang-buang tenagamu." Pria itu kemudian mengalihkan pandangan ke arah Diana.

"Diana, meski kau mengatakan foto itu palsu, tapi aku yakin sekali bila janin di dalam perutmu itu bukanlah anakku!" sahutnya penuh penekanan.

Tanpa mendengar tanggapan Diana, Martin dan Cordelia membalikkan badan lalu melangkah cepat menuruni tangga pengadilan.

Napas Diana tercekat, kaki dan tangannya mendadak lumpuh, bahkan pita suaranya tak dapat berfungsi saat ini. Diana hanya bisa menatap nanar punggung Martin menghilang di depan sana.

"Wanita tidak tahu di untung! Seharusnya kau bersyukur dipungut mendiang suamiku! Tapi, kau malah membuat nama suamiku tercoreng sekarang! Aku tertipu dengan wajah polosmu itu! Dasar wanita jalang!" Lauren memberi komentar seketika sambil melipat tangan di dada.

"Jaga ucapan, Mama! Aku tidak berselingkuh! Aku yakin ada seseorang yang menjebakku!" balas Diana dengan mata melotot sedikit. Sejak dulu dia mencoba bersabar menghadapi sikap Lauren namun sekarang Diana tak dapat menahan diri lagi.

Wanita yang dipanggil 'mama' ini, sangatlah berbeda dengan Philip Hamilton, mendiang suami Lauren. Lima belas tahun silam, Diana kecil ditinggalkan mama kandungnya di jalan raya. Ia pun hidup luntang-lantung. Untuk bertahan hidup pun Diana terpaksa mengais sisa-sisa makanan dari tempat sampah. Akan tetapi, di sore hari, saat warna jingga mulai nampak di permukaan langit, Diana kedatangan seorang malaikat. Philip menghampirinya tiba-tiba dan mengulurkan tangan padanya. Lalu membawanya pulang ke rumah dan merawatnya seperti anak sendiri, sangat berbeda sekali dengan Lauren, bersikap baik hanya di depan Philip saja.

Tak lama kemudian, setelah kedatangan Diana, Lauren mengandung Cordelia. Pasangan suami-istri itu memang susah mendapatkan anak, informasi tersebut Diana dapatkan dari asisten rumah. Diana tahu betul bila Philip dan Lauren telah lama menantikan buah hati itu. Seiring berjalannya waktu, keadaan tampak baik-baik saja, akan tetapi setahun lalu tepat di hari Cordelia menghilang, Philip sakit keras dan pergi untuk selama-lamanya, Lauren semakin memperlihatkan kebenciannya kepada Diana.

Lauren tersenyum sinis. "Sekarang kau berani melawanku ya! Tak usah banyak alasan! Sekali murahan ya tetap murahan!"

Diana terlihat enggan menanggapi.

"Kau tidak pantas memakai nama Hamilton! Mulai detik jangan pernah menampakkan diri di hadapanku!" lanjut Lauren lagi.

Diana tersenyum getir. Sungguh miris, sesudah dijadikan pengantin pengganti, kini Diana dibuang juga oleh keluarga Hamilton.

"Cih! Buang-buang waktuku saja!" Saat tak ada tanggapan, Lauren memilih berlalu pergi.

"Tidak, aku tidak bisa diam begini. Aku harus bertemu Kornelius. Aku yakin sekali dia dapat menolongku."

Diana tak menyerah, masih berharap Martin dapat percaya padanya nanti. Ia tak mau buah hatinya bernasib sama sepertinya. Anaknya memerlukan figur seorang ayah. Walaupun dia sudah bercerai setidaknya Martin mau mengakui anaknya.

Diana menghapus cepat air matanya lalu bergegas pulang ke rumah. Sesampainya di sana Diana langsung pergi ke paviliun, di mana Kornelius tinggal selama ini. Diana sangat berharap Kornelius ada di sana.

Saat pintu terbuka, mata Diana langsung berseri-seri, melihat Kornelius ternyata ada di dalam. Tanpa pikir panjang ia menarik kuat tangan Kornelius dan menyeretnya keluar.

"Kornelius, aku butuh bantuanmu, jelaskan pada Martin bahwa semua foto-foto itu adalah palsu!" seru Diana tanpa menatap lawan bicara.

Di belakang, sambil mengikuti langkah kaki Diana, Kornelius tak memberi tanggapan, raut wajahnya terlihat sangat datar.

Selang beberapa menit, Diana telah tiba di mansion utama. Melihat Martin sedang duduk bersama Cordelia dan Lauren di ruang tengah.

"Martin, pria di dalam foto itu adalah Kornelius! Semua foto itu palsu! Ayo Kornel, jelaskan pada Martin sekarang, katakan padanya, tidak terjadi apa-apa di antara kita malam itu." Dengan napas terengah-engah Diana membuka suara.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 147 - Sisi Lain

    "Angelo, aku mencintaimu, kembalilah padaku!" Kalimat yang dikeluarkan Claudia barusan. Membuat rahang Angelo semakin mengetat. Kini wajah wanita itu terlihat kumal dan kusam. Pakaian tahanan melekat dengan sempurna di tubuhnya saat ini. Claudia memandang Angelo dengan tatapan memuja. Angelo menebak bila Claudia melarikan diri dari penjara. Dia menahan kesal mengapa Claudia bisa meloloskan diri. Namun, mengingat ayah Claudia juga memiliki latar belakang di kemiliteran. Hal itu bukanlah hal yang sulit untuk Claudia bisa melarikan diri. Terlebih, saat ini ia dapat melihat sedikit bercak darah di pakaian Claudia. "Apa kau sudah gila! Aku sudah menikah!" seru Angelo dengan mata berkilat. Mendengar hal itu, mata Claudia yang semula berseri-seri langsung menyala bak kobaran api. Dengan napas mulai memburu ia pun berteriak,"Iya aku sudah gila, dan itu semua karena ulahmu! Aku tidak peduli, kau harus menjadi milikku!"Sesudah menanggapi, terdengarlah suara tawa keras di sekitar. Claudia t

  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 146 - Merasa Bersalah

    Kening Jane lantas mengernyit. "Ada apa?" tanyanya. Amat penasaran ia, mengapa mimik muka Angelo mulai berubah menjadi lebih dingin sekarang, seolah-olah tengah marah pada seseorang. Angelo tak membalas, sejak tadi mendengar dengan seksama penjelasan Eliot. Di mana Adam, papa Claudia merupakan salah satu tersangka yang terlibat di dalam penculikan Jane."Pantas saja kita kesulitan mencari letak lokasi tempat penyekapan Jane, ternyata lelaki bedebah itu yang menutupinya, mama tiri Jane benar-benar gila! Seandainya saja kalau dia masih bernapas aku akan membakarnya hidup-hidup." Di ujung sana Eliot memberi pendapat. Tarikan napas berat pun terdengar bersamaan. Ia begitu kesal karena orang dipercayainya telah berkhianat dan membuat proses penyelamatan sempat terhambat kemarin. Angelo enggan menanggapi, namun dari sorot matanya berkabut kekecewaan mendalam pada Adam.Eliot menarik napas panjang kemudian, memahami Angelo yang masih diam di balik ponsel. "Dan satu lagi, pasti ini akan m

  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 145 - Selamat

    Jane terlonjak kaget kala Claudia berhasil membuatnya terhuyung-huyung ke belakang dan hampir saja terjatuh. Beruntung dirinya dapat menahan diri meski kakinya sekarang terkena pecahan kaca. "Mati kau!" pekik Claudia lagi. "Kau yang mati!" Cukup sudah, Jane habis kesabaran. Dengan sekuat tenaga ia mendorong dada Claudia hingga wanita tersebut terpental jauh, di mana punggung dan kepala bagian belakangnya membentur dinding. Claudia pun langsung pingsan di tempat. "Ck, menyusahkan sekali!" kata Jane sembari menarik napas lega. "Jane!"Perhatian Jane teralihkan kala mendengar suara Angelo di sekitar. Ia alihkan matanya ke arah pintu utama apartment, di mana Angelo berdiri dengan mimik muka terkejut dan panik."Baby!" Dengan hati-hati Angelo mendekat lalu menuntun Jane ke sisi yang aman. Usai itu, tanpa mengucapkan satu patah kata lelaki tersebut memeluk dan mencium kening Jane berkali

  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 144 - Satu Lawan Satu

    Jane mencoba untuk tetap tenang. Sebab sosok di hadapannya auranya tak seperti dahulu. Terakhkir kali bertemu, wajahnya nampak teduh. Namun, sekarang terasa dingin dan hitam pekat. Ada sesuatu yang tidak dapat Jane jelaskan sendiri."Apa maumu, Clau?" tanya Jane sembari memundurkan langkah kaki perlahan-lahan hendak mengambil pisau di dapur. Pasalnya saat ini Claudia tengah memegang pisau. Bukannya menjawab, wanita berambut panjang tersebut malah melangkah maju, sambil melayangkan tatapan mengintimidasi. Namun, Jane sama sekali tidak takut. Mungkin karena latar belakangnya dari keluarga mafia. Menjadikan dia tak gentar sama sekali.Jane tersenyum mengejek setelahnya. "Apa kau belum bisa menerima kalau Angelo memilih aku daripada kau?" ujarnya, sengaja memancing emosi Claudia.Kalimat yang dilontarkan Jane barusan membuat napas Claudia menderu cepat dan matanya pun langsung melotot tajam."Kalau kau sudah tah

  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 143 - Kembali ke Toronto

    "Astaga, kita melupakan Jane, oh ya selamat Jane, semoga kau tahan dengan sikap Angelo. Kami senang ingatanmu sudah pulih sekarang," ucap Eros seketika. Keasikan mengobrol membuat mereka melupakan wanita mungil di samping Angelo. Yang sejak tadi tersenyum kecil, mendengarkan mereka berbincang-bincang. Jane mengulum senyum. "Terima kasih, tenanglah aku sudah terbiasa dengan sikapnya, katanya seraya melirik Angelo sekilas. Angelo balas dengan mengulas senyum kecil."Oh ya, nanti malam jangan terlalu cepat kasihan anak orang," kelakar Ronald membuat semburat merah di kedua pipi Jane langsung muncul. "Ya, pelan-pelan Angelo, aku tahu ini pertama kalinya bagimu," timpal Eros sembari tertawa pelan. Sontak Angelo dan Jane saling lempar pandangan. Seandainya saja teman-temannya tahu bila mereka sudah bercinta kemarin. Maka dapat dipastikan akan dijadikan bahan olok-olokkan oleh ketiga pria jahil di depan."Hei, sepertinya tawa kita membuat orang risih." Eros melirik ke segala arah kala

  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 142 - Lupakan

    Martin nampak syok ketika melihat Angelo berdiri dalam keadaan dada terbuka. Dapat dipastikan anak sulungnya tersebut baru saja selesai berhubungan badan. Jane pun berbaring di atas kasur sambil menutupi tubuh polosnya dengan selimut. Gurat kepanikan tergambar jelas di wajahnya sekarang.Dengan muka tak berdosa, Angelo melirik Jane sekilas, memberinya kode untuk tetap diam di tempat dan jangan bergerak. Jane mengerti, membalas melalui gerakan mata. Mengatakan takut pula pada Angelo. Namun, Angelo memberi bahasa isyarat untuk jangan takut. "Biadap!" murka Georgio, lantas mendekat kemudian melayangkan tamparan kuat pada pipi kanan Angelo. Kepala Angelo bergerak ke kanan seketika. Pipinya pun langsung memerah. Sambil memegang pipi, Angelo menoleh ke depan."Apa kau sudah gila hah?!" jerit Georgio."Maafkan aku Tuan Georgio, aku memang sudah gila. Kalau aku tidak melakukan ini. Kau pasti tidak akan merestui hubungan kami! Jadi, lebih baik aku hamili anakmu dulu!" seru Angelo tegas, hin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status