Share

16. Mulut Bon Cabe

Penulis: CacaCici
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-06 09:52:35

'Mas Zeeshan tak mengganti parfum?' batinnya, termenung karena mencium aroma yang membuatnya bernostalgia.

Zeeshan mencengkeram pergelangan tangan Nindi lalu menarik perempuan itu supaya beranjak dari sana.

"Lepaskan!" pekik Nindi, memaksa tangannya lepas dari cengkeraman Zeeshan–setelah mereka berada di luar toko, "ck, lepaskan cengkeramanmu! Pergelangan ku sakit," cicit Nindi masih berusaha melepas cengkeraman tangan suaminya dari pergelangannya.

Zeeshan melepas pergelangan tangan Nindi, setelah itu melayangkan tatapan tajam yang terasa membunuh dan menyeramkan. "Siapa yang mengizinkanmu keluar, Hum?"

"Aku tidak butuh izin siapapun," ucap Nindi dengan nada datar, bergegas pergi dari sana akan tetapi Zeeshan menariknya–memaksa Nindi agar ikut dengannya.

Zeeshan membuka pintu mobil lalu memaksa Nindi untuk masuk ke dalam. Setelah itu, dia juga masuk ke dalam mobil–menyalakan mobil lalu melaju dari sana.

"Kau perempuan yang bersuami, Nindi!" peringat Zeeshan tiba-tiba, "hidupmu tanggung jawabku, jadi kau sangat perlu izin dariku," lanjutnya dengan nada menggeram di akhir kalimat.

Nindi hanya diam, memilih memalingkan wajah dan menatap jalanan. 'Aku tahu aku salah, tapi … kenapa kamu searogan ini? Kamu suamiku, tapi -- apakah aku istri untukmu?' batin Nindi, memilih diam dan meresapi rasa sesak di hatinya.

Rasanya ini kadang berlebihan bagi Nindi. Tapi dia hanyalah ibu hamil yang ingin sedikit dimengerti oleh suaminya. Namun, Zeeshan tidak peduli. Toh, yang pria ini inginkan hanya anak dalam perut Nindi!

"Kau bahkan belum sarapan," ucap Zeeshan lagi, "aku tidak peduli pada kesehatanmu, tapi kau sedang mengandung anakku. Jadi tolong jangan egois! Pergi sesukamu, tanpa sarapan!"

Nindi mengepalkan tangan saat mengdengar ucapan Zeeshan tersebut, giginya bergemeletuk dan bibir merapat. Matanya mulia terasa panas, dadanya terasa sesak dan hatinya sakit.

Nindi mengerjap cepat saat air matanya terasa memenuhi pelupuk. Dia menggembungkan pipi, mencoba menahan diri untuk tak menangis. Pria di sebelahnya ini memang jahat! Mulutnya sepertinya terbuat dari bara api neraka, oleh sebab itu kata-kata-nya sering menyakiti hati Nindi.

Nindi tahu pria ini tak punya perasaan padanya, Zeeshan tidak mencintainya. Dia juga tak mencintai pria ini. Namun, bisakah Zeeshan stop berkata jahat padanya?!

Demi Tuhan! Nindi tak mau mengandung anak Zeeshan. Ini hanya kecelakaan akibat jebakan seseorang.

Mobil Zeeshan berhenti di sebuah rumah mewah, tak lain adalah rumah mewah keluarga Azam. Zeeshan lebih dulu turun, setelah itu membuka pintu untuk Nindi.

"Kenapa matamu berair?" tanya Zeeshan, mengamati wajah Nindi secara teliti dan tajam.

Nindi mengedikkan pundak, memilih pura-pura menatap rumah mewah keluarga suaminya. Dia tak tahu kenapa Zeeshan membawanya ke sini, hanya saja karena suasana hatinya sedang buruk, Nindi merasa sangat tak nyaman.

Melihat rumah ini saja, Nindi sudah takut tanpa sebab.

Saat Nindi bengong dan terus memperhatikan bangunan mewah di depannya, tiba-tiba saja sebuah tangan terulur–menyekat air mata di bagian bawah mata. Walaupun sebelumnya Nindi mencoba untuk tak menjatuhkan air matanya, akan tetapi bulu mata bawah dan sekitar kantongnya tetap basah akibat bulir kristal yang tak terbendung.

Nindi sontak kaget, seketika menatap Zeeshan yang tiba-tiba saja seperti pasangan yang sedang memperhatikan istrinya. Bukannya senang mendapat perhatian kecil dari suaminya, Nindi malah merasa semakin sedih.

Kenapa Zeeshan sangat suka mempermainkan perasaannya? Setelah dia melontarkan ucapan jahatnya, sekarang menunjukan sisi lembutnya pada Nindi.

"Kenapa kau menangis?" tanya Zeeshan, mengulangi pertanyaan sebelumnya.

Nindi seketika itu juga menyingkirkan tangan Zeeshan dari wajahnya, dia mendengus agar terkesan sedang baik-baik saja. "Menangis apanya? Orang aku ngantuk," jawab Nindi ketus.

"Jika kau mengantuk, kenapa kau pergi keluar? Apa kamar kita kurang nyaman, Nin?" tanya Zeeshan, menggandeng tangan Nindi lembut lalu menarik perempuan itu untuk masuk ke dalam rumah kakek neneknya.

"Ada novel yang harus kucari, takut sold out," jawab Nindi seadanya.

"Nada bicaramu terkesan ketus. Kau marah, Nin?" tanya Zeeshan lagi.

Sejujurnya, Nindi merasa aneh dengan pria ini. Setelah Zeeshan melihatnya menangis, Nindi merasa jika nada bicara Zeeshan berubah menjadi lunak. Bahkan tatapan matanya yang biasa tajam, terasa lembut dan hangat.

"Cara bicaraku memang begini," jawab Nindi sekenenya.

"Mana masnya?"

"Cara bicaraku memang begini, Mas Ze," ulang Nindi, mengikuti kemauan suaminya.

Zeeshan diam setelah itu, akan tetapi genggaman tangannya dilepas. Awalnya Nindi kaget dan sedikit tersinggung saat Zeeshan melepas genggaman tangan mereka, tetapi rasa kaget itu berubah menjadi rasa canggung bercampur malu ketika tangan pria itu bertengger di pinggangnya.

Sepertinya Zeeshan sengaja, ingin terlihat mesra di depan keluarganya agar tak ada yang curiga pada hubungan tak normal mereka. Yah, tak normal karena mereka menikah disebabkan oleh kehamilan Nindi. Dan yang tahu itu hanya Nindi serta Zeeshan. Orang-orang mengira mereka menikah karena cinta.

"Tuan Zeeshan, keluarga anda sudah menunggu di ruangan samping," ucap Alice, sudah ada di sana bersama Oliver.

"Humm." Zeeshan berdehem sebagai jawaban, tetep melangkah santai dan sama sekali tak melepas lilitan tangannya dari pinggang Nindi.

Sejujurnya Nindi sangat gugup, akan tetapi aroma parfum Zeeshan membuatnya sangat nyaman. Aromanya menenangkan Nindi.

Saat mereka masuk ke ruangan yang dimaksud, mereka berdua disambut oleh orangtua suaminya. Mertuanya sangat ramah dan baik. Nada bicara ibu mertuanya sangat asik. Nindi sangat nyaman dengan ibu mertuanya. Setelah itu, mereka bersalaman dengan kakek nenek suaminya, ternyata nenek suaminya juga sangat ramah. Kakek suaminya terlihat menyeramkan saat diam, akan tetapi ternyata sangat hangat saat dia bersuara.

Keluarga suaminya yang lain juga menyambutnya dengan baik dan hangat. Kakak Zeeshan di sini, dan dia paling top bagi Nindi. Namun, yang lainnya juga tak kalah baik.

Ah, sepertinya Azam tak seburuk itu!

"Kamu sepertinya sedang hamil yah, Nin?" tanya Zana, kakak suaminya. Perempuan ini sangat cantik dan sangat humble. Yang membuat Nindi terkejut adalah Zana masih mengenalnya.

Padahal dulu, seingatnya dia dan Zana hanya bertemu sekali saja, saat di toko buku. Waktu itu Nindi sempat patah hati karena mengira Zana adalah pacar Zeeshan, ternyata bukan.

Waktu menikah dengan Zeeshan, dia dan Zana memang tak banyak bicara. Baru kali ini mereka berbincang panjang lebar.

"Kamu hamil yah?" ulang Zana, mengamati wajah Nindi secara saksama dan teliti.

"Umm--" Nindi mengerjap beberapa kali, panik sekaligus gugup. Dia tak tahu harus menjawab apa, jujur atau tidak?!

"Nin, kemari." Tiba-tiba Zeeshan datang dan memanggilnya. Nindi sangat bersyukur, buru-buru pamit pada Zana dan bergegas mendekat pada suaminya.

Zeeshan membawanya ke ruang makan yang luas dan besar, lalu menyiapkan makanan berat untuk Nindi. Tak lupa, pria itu membuatkan susu untuk Nindi.

"Makanlah," ucap Zeeshan.

Nindi menganggukan kepala. Dia berdoa dan setelah itu meraih sendok makan. Namun, cepat-cepat menoleh ke arah sebelah, terlonjak kaget karena Zeeshan ternyata duduk di sebelahnya.

Oh, ya ampun! Nindi pikir Zeeshan sudah pergi setelah menaruh gelas susu di sebelah Nindi. Tertanya Zeeshan duduk di sebelahnya, menemaninya.

"Ada apa?" Zeeshan menaikkan sebelah alis, "makan, Nin," lanjutnya, tiba-tiba bertopang dagu dan terus menatap lekat dan dalam ke arah Nindi.

'Gimana coba caranya aku makan kalau ditatap begini? Lagian-- nih orang, punya dua skin kah? Kadang seperti bon cabe level 1000, nyakitin minta ampun. Tapi kadang seperti gula tepung, sejuk, lembut dan manis.' batin Nindi, memegang sendok dengan tangan gemetar. Akibat grogi.

Tuk'

Nindi meletakkan sendok cukup kasar, lalu setelah itu menatap berang ke arah Zeeshan. "Sepertinya Mas harus pergi deh? Soalnya kan keluarga Mas sedang berkumpul di ruangan tadi. Nggak enak kalau Mas …-"

"Makan, Sayang," ucap Zeeshan berat dan serak, seketika berhasil membuat Nindi berhenti mencerocos.

Nindi menatap ragu dan gugup pada suaminya, terkejut dan hampir pingsan saat mendengar Zeeshan mengatakan hal tadi.

'Makan, Sayang.' Suaranya terlalu dalam, terus menggema dan berputar di kepala Nindi.

Nindi meraih sendok dan selanjutnya makan dengan jantung berdebar sangat kencang. Ekspresinya kaku dan dia mengunyah dengan lambat.

Zeeshan memang bajingan tingkat dewa! Bisa-bisanya setelah membuat Nindi menangis karena taburan bon cabe level 1000-nya, sekarang dia membuat Nindi seperti melambung tinggi.

'Makan, Sayang.' Sialan! Tolong singkirkan kedua kata itu dari dalam kepala Nindi. Dia benci Zeeshan, tapi kenapa dia mudah salah tingkah karena pria ini?!

Senyuman tipis muncul di bibir Zeeshan, di mana dia terus mengamati istrinya yang sedang makan dengan lambat–Zeeshan masih bertopang dagu, memandang perempuan ini, seakan dialah ciptaan terindah dari Sang Maha Kuasa.

'Stop, Nin. Jangan baper dan jangan jatuh cinta. Dia nyuruh kamu makan karena dia khawatir sama bayi di perut kamu. Jadi tolong jangan kegeeran.' batin Nindi, memperingati dirinya supaya tak baper pada ucapan Zeeshan tadi.

Wajah malu-malunya seketika lenyap, dan dia makan dengan tenang–mengabaikan Zeeshan yang terus menontonnya yang sedang makan.

CacaCici

Selamat membaca dan semoga suka dengan 1 bab kita, MyRe. (⁠✿⁠^⁠‿⁠^⁠) Terus dukung novel kita dengan cara Vote Gems, Hadiah dan ULASAN MANIS DI KOLOM REVIEW (yang ada di luar yah) Oh iya, menurut MyRe, Cacan dominan bon cabe atau permen kapas? Sehat selalu untuk MyRe semua. Selamat idul adha .. (⁠✿⁠ ⁠♡⁠‿⁠♡⁠) IG:@deasta18

| 19
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
riyha_
hmmm kalo sekarang belum kelihatan caci.. lebih ke setengah².setengah bon cabe setengah permen kapas.. tapi bon cabenya itu lho pedes pol.. nyeseknya nindi sampe sini caci.. huhuhu...
goodnovel comment avatar
Marlien Cute
Please Thor hadirkan Sml bucin tuk Nindi supaya Zesshan lebih bisa menghargai Nindi & takut kehilangan Nindi. Jadi Zessha sadar akan kesalahan yg sudah dia perbuat ke Nindi. Masa sampai sekarang Sekretaris nya masih tinggal dirumah Zesshan & kenapa Zesshan diam aja Sekretaris ga sopan sm istri nya!.
goodnovel comment avatar
Thiy Thaty
dobel donk thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Membuatmu Menjadi Milikku    16. Mulut Bon Cabe

    'Mas Zeeshan tak mengganti parfum?' batinnya, termenung karena mencium aroma yang membuatnya bernostalgia. Zeeshan mencengkeram pergelangan tangan Nindi lalu menarik perempuan itu supaya beranjak dari sana. "Lepaskan!" pekik Nindi, memaksa tangannya lepas dari cengkeraman Zeeshan–setelah mereka berada di luar toko, "ck, lepaskan cengkeramanmu! Pergelangan ku sakit," cicit Nindi masih berusaha melepas cengkeraman tangan suaminya dari pergelangannya. Zeeshan melepas pergelangan tangan Nindi, setelah itu melayangkan tatapan tajam yang terasa membunuh dan menyeramkan. "Siapa yang mengizinkanmu keluar, Hum?""Aku tidak butuh izin siapapun," ucap Nindi dengan nada datar, bergegas pergi dari sana akan tetapi Zeeshan menariknya–memaksa Nindi agar ikut dengannya. Zeeshan membuka pintu mobil lalu memaksa Nindi untuk masuk ke dalam. Setelah itu, dia juga masuk ke dalam mobil–menyalakan mobil lalu melaju dari sana. "Kau perempuan yang bersuami, Nindi!" peringat Zeeshan tiba-tiba, "hidupmu ta

  • Membuatmu Menjadi Milikku    15. Aromamu Yang Kurindu

    "Tapi karena kau istriku, kau boleh tetap di sini," seru Zeeshan tiba-tiba, "dengan syarat, lepas pakaianmu dan bergabung denganku." Mendengar ucapan terakhir Zeeshan, mata Nindi seketika melebar dan ekspresinya kaget bercampur shock. Dia melepas sandal berbulu yang dia kenakan lalu berbalik badan, di mana dia langsung melempar sandal tersebut ke arah Zeeshan yang masih berada di dalam kolam renang. Pyuung' Namun Zeeshan menghindar dengan cepat sehingga sandal Nindi tersebut berakhir terlempar ke seberang kolam. "Genit! Mesum!" ucap Nindi dengan nada setengah marah. "Humm?" Zeeshan menaikkan sebelah alis, "atas dasar apa kau menilaiku mesum?" "Masih nanya!" Nindi berkacak pinggang, "kamu--" "Mas," tegur Zeeshan cepat. "Yah itu, Mas menyuruhku melepas pakaian. Tujuannya apa coba? I-ingin menggrepe-grepe tubuhku yah," ucap Nindi dengan nada menggebu-gebu. Zeeshan berdecih pelan, lagi-lagi menaikkan sebelah alis sambil menatap intens ke arah istrinya. "Perempuan

  • Membuatmu Menjadi Milikku    14. Ruangan Terlarang

    "Anda sangat perhatian. Sekali lagi terima kasih, Tuan," ucap Alice, sekretaris Zeeshan yang ikut makan malam bersama. Nindi menatap sejenak pada perempuan itu, dalam hati dia meringis dan kecewa. Sungguh Zeeshan menyuruhnya memasak semua menu di sini hanya untuk menyenangkan sekretarisnya? 'Cinta ditolak memanglah menyakitkan. Tapi mantan Crush menyuruh masak untuk wanita lain, ternyata itu jauh lebih menyakitkan. Bon Cabe monyet!' batin Nindi, berupaya tetap tenang walau hatinya sakit dan ngilu. "Seingatku semua makanan di atas meja ini, tak pernah dimasak oleh chef di rumah ini," ucap Zeeshan dengan datar, menoleh pelan ke arah sekretarisnya, "jadi kau mencoba ini di mana sehingga semua makanan ini bisa menjadi makanan favoritmu?" "Ah yah, Tuan benar." Oliver membernarkan ucapan Zeeshan, "setiap kali kau ke negara ini, kau tinggal di sini dan otomatis hanya makan di rumah ini. Dan … kenapa semua makanan ini menjadi makanan favorit, Alice, sedangkan chef di sini saja tak pern

  • Membuatmu Menjadi Milikku    13. Aku Suka …

    Keduanya seperti musuh! "Oh iya, Kaze, aku bawakan kotak bekal untukmu. Nanti, setelah kamu sampai di sana, kamu langsung makan yah," ucap Nindi dengan nada riang, menyerahkan sebuah kotak bekal untuk adiknya. Sekalian ingin memecah suasana tegang yang tercipta entah karena apa. Kaze meraih kotak bekal tersebut sambil melirik ke arah Zeeshan yang terlihat menampilkan ekspresi datar. "Kapan kalian berangkat? tanya Nindi pada adiknya. Sebenarnya dia datang ke kampus adiknya untuk berpura-pura sebagai pacar palsu Kaze. Ada seorang dosen muda yang menyukai adiknya, tetapi Kaze tak suka pada dosen tersebut. Oleh sebab itu dia meminta Nindi datang ke sini. Kaze dan team-nya akan melakukan penelitian di sebuah kota, hari ini adalah hari keberangkatan mereka. Meminta kakaknya datang di saat sekarang adalah moment yang pas bagi Kaze untuk memamerkan Nindi sebagai pacar dihadapan dosen gatal tersebut. Namun, rencana Kaze bisa dikatakan gagal karena Nindi membawa suaminya ke tempa

  • Membuatmu Menjadi Milikku    12. Musuh Bertemu

    "Demi pria lain. Selingkuhanmu?" Nindi menatap handphonenya yang dilempar oleh Zeeshan. Rasa kesal dan marah seketika memenuhi dirinya. Nindi bangkit dari sofa lalu berdiri, menatap menantang ke arah Zeeshan. "Mau demi selingkuhanku atau bukan, itu bukan urusanmu!" ketus Nindi, segera beranjak dari sana dengan menyenggol lengan Zeeshan. Dia menghampiri handphone miliknya yang Zeeshan lempar lalu mengambilnya. Saat Nindi berdiri–sebelumnya berjongkok untuk mengambil handphonenya, tiba-tiba saja Zeeshan sudah berada di belakangnya. "Jadi benar jika kau berselingkuh?" ucap Zeeshan dengan nada marah yang tertahan. "Bukan urusanmu," jawab Nindi ketus, menatap Zeeshan dengan alis menekuk. Rahang Zeeshan seketika mengatup, menatap Nindi dengan marah. Dia mencengkeram Nindi kemudian menarik perempuan itu secara kasar ke atas ranjang. Bug' Dengan amarah yang menyelimuti diri, Zeeshan mendorong kasar Nindi ke atas ranjang–membuat Nindi terhempas kuat, berakhir berbaring di tengah.

  • Membuatmu Menjadi Milikku    11. Kau Berselingkuh?

    'Kalau bukan karena kau mengandung anakku, aku tidak akan menikahimu. Aku tidak peduli pada penampilanmu.' Tiba-tiba saja ucapan Zeeshan waktu itu, kembali mengiang dalam kepala Nindi. Jika Nindi pikir lagi, Zeeshan sebenarnya tak peduli pada penampilannya dulu. Namun, karena mereka menikah, Zeeshan ingin Nindi merubah penampilan. Pria itu menyuruhnya berpenampilan lebih rapi, bukan karena Zeeshan suka padanya. Namun, karena pria itu ingin menjaga nama baik dan reputasi. Harusnya Nindi memahami itu dan tak berharap apapun. Nindi menghela napas lalu segera masuk ke dalam rumah. Melihat Zeeshan ada di ruang tengah, sedang duduk di sofa sambil berbincang dengan tangan kanan serta perempuan tadi, Nindi memilih beranjak dari sana. Untuk apa Nindi ke sana dan bergabung?! Toh, Zeeshan melewatinya begitu saja, tak mengatakan apapun dan langsung masuk ke dalam rumah ini bersama perempuan tadi. Namun meski begitu, Nindi menyuruh maid untuk membuatkan minuman pada Zeeshan dan tangan ka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status