Share

2. Ketahuan Hamil

Auteur: CacaCici
last update Dernière mise à jour: 2025-05-23 07:06:25

"Ya Tuhan, bagaimana sekarang?!" ucap Nindi pelan dengan nada panik dan cemas.

Setelah kejadian itu, di mana dia melakukan one night stand dengan pria yang ia benci, Nindi memilih bersembunyi–baik dari keluarganya maupun pria itu. Nindi mematikan handphone supaya tak ada siapapun yang bisa menghubunginya dan supaya tak diteror oleh nomor tak dikenal yang pernah mengirim pesan padanya.

Sejujurnya itu terus berlanjut selama beberapa hari dan Nindi curiga jika pelakunya adalah Zeeshan.

Sekarang sudah dua minggu setelah kejadian itu. Sejauh ini Nindi merasa aman di persembunyiannya, akan tetapi masalah kembali datang padanya.

Saat ini Nindi berada di rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Akhir-akhir ini Nindi sering mutah, pusing, dan tak enak badan. Jadi dia melakukan pemeriksaan untuk mengetahui kondisinya. Ternyata hal yang dia takutkan terjadi padanya.

Nindi hamil!

"Kenapa aku bisa hamil? Ya, memang, saat itu aku lagi di masa subur. Tapi kan hanya sekali dan aku juga mengonsumsi pil penunda kehamilan setelah itu," gumam Nindi, duduk lesu di kursi tunggu. Kepalanya menunduk menatap

laporan medis yang ia pegang. Nindi memijat kening, tertekan dan frustasi.

Baru saja Nindi merasa tenang tetapi masalah ini–kehamilannya, muncul dan menggoncang Nindi.

'Aku bisa menutupi kejadian itu dari Ayah dan Mama, tapi-- kalau hamil, bagaimana caranya aku menutupinya? Perlahan-lahan perutku akan besar, dan siapapun pasti bisa melihat perut besarku. Ayah dan Mama pasti kecewa berat kalau aku memberitahu kondisi kehamilanku.' batin Nindi cemas. Air matanya mulai keluar karena perasaan takut mengecewakan orang tuanya.

Tak mungkin Nindi menggugurkan kehamilannya. Itu terlalu jahat!

Tiba-tiba saja sebuah sapu tangan terulur di depannya. Nindi terkejut dan reflek mendongak untuk melihat siapa yang memberikan sapu tangan tersebut padanya.

Mata Nindi langsung melebar, jantungnya berdetak kencang, dan tubuhnya langsung panas dingin. Nindi berdiri dan berniat kabur.

Orang yang memberikan sapu tangan padanya adalah pria itu. Pria yang ia benci–Zeeshan Lavroy Azam. Setelah malam itu, Nindi semakin membencinya dan tak ingin bertemu dengannya lagi.

Niatan Nindi untuk melarikan diri tertahan, pria itu lebih dulu mencekal pergelangan tangannya, menyentak Nindi sehingga Nindi berakhir menabrak dada bidang pria itu.

"Le-lepaskan aku!" pekik Nindi, berusaha melepaskan diri dari Zeeshan.

Sayangnya, alih-alih melepasnya, Zeeshan malah melingkarkan tangan di pinggang Nindi. Pria itu memeluk erat pinggangnya, membuat tubuh Nindi kian merapat pada tubuh besar Zeeshan.

Sejenak Nindi terpaku pada sosok pria yang saat ini menunduk untuk menatapnya. Nindi akui visual Zeeshan adalah yang terbaik, sejak dulu dan sekarang. Bahkan menurutnya, Zeeshan versi dewasa jauh lebih tampan. Pria ini lebih tinggi, rahangnya tegas, tatapan matanya tajam, dan pahatan wajahnya terasa sangat sempurna. Dia tampan, menawan, dan mempesona.

Namun, Nindi membenci pria ini. Itu karena dulu Zeeshan pernah menolak cintanya dengan cara yang menyakitkan. Kejadiannya saat mereka high School, di mana saat itu Nindi masih kelas satu dan Zeeshan kelas tiga akhir. Hari itu adalah hari kelulusan pria ini, dan karena Zeeshan akan meninggalkannya, Nindi memberanikan diri mengutarakan perasaan cintanya pada sang senior. Tak lupa dia membawa hadiah untuk Zeeshan, agar pria ini terus mengingatnya. Namun, menyakitkannya, Zeeshan menolak cintanya.

'Aku tidak suka pada perempuan centil dan bodoh. Kubur perasaanmu dan jangan pernah muncul di hadapanku, cintamu bisa merusak masa depanku.'

'Aku tidak centil. Aku hanya terus terang kalau aku suka pada Kak Zeeshan.'

'Apa di dalam otakmu hanya ada cinta-cintaan? Apa tak ada gambaran masa depan yang kau rancang?'

'Masa depanku adalah Kak Zeeshan. Dan aku sudah merancangnya, suatu saat kita punya dua anak dan hidup bahagia, Kak.'

'Kau dan otakmu sudah rusak parah. Dasar stupid!' Saat itu Zeeshan merampas buket bunga dan kotak hadiah yang Nindi bawa, lalu dengan jahat Zeeshan membuangnya dalam tong sampah. 'Kau terlalu agresif dan bodoh. I don't like you at all! Memuakkan!'

Itu kenangan buruk yang sampai saat ini tak bisa Nindi lupakan. Dia benci bukan karena ditolak, tetapi karena ucapan Zeeshan yang terlalu menohok hati serta sikap pria itu yang sangat jahat karena membuang hadiah dari Nindi ke tong sampah. Padahal, hadiah di dalamnya berupa gelang dan boneka hasil sulaman yang Nindi buat sendiri. Akibat kejadian itu, Nindi kehilangan kepercayaan diri. Pribadinya juga berubah, dari yang suka berpenampilan rapi dan fashion-able, menjadi acak-acakan.

Penampilannya yang acak-acakan dan mirip gembel tersebut berlanjut hingga sekarang.

Nindi berdecak untuk mengusir kenangan buruk yang melintas di kepalanya.

"Aku tidak punya urusan denganmu, jadi tolong lepaskan aku!" ucap Nindi kembali, terkesan ketus dan cuek supaya pria ini tahu kalau Nindi membencinya.

"Tidak punya urusan, Heh?" Zeeshan menaikkan sebelah alis, memperlihatkan smirk tipis yang meremehkan, "kau merenggut perjakaku, Nona Adam," dingin Zeeshan selanjutnya, berbisik pelan dan tepat di sebelah daun telinga Nindi.

Mata Nindi membelalak karena mendengar ucapan Zeeshan. Hei, pria ini sepertinya gila, dan Nindi rasanya semakin benci. Bagaimana bisa Zeeshan mengatakan hal tadi?! Nindi adalah korban, Zeeshan lah yang merenggut perawannya.

"Ka-kamu …-" Nindi ingin sekali menonjok wajah Zeeshan, tetapi sayang dia tak seberani itu.

Meski keluarga Nindi adalah keluarga terhormat dan disegani, tetapi keluarga Zeeshan berada di atas keluarga Nindi. Satu lagi, Nindi dengar keluarga pria ini banyak sisi gelapnya. Dia sedikit takut!

"Setelah merenggut perjakaku, kau juga mencuri benihku dan sekarang kau hamil." Zeeshan berkata dingin, meremas lekuk pinggang Nindi, "Sepertinya kau ingin menyembunyikan kehamilanmu dariku," lanjutnya sambil melayangkan tatapan yang menghunus tajam.

Mendengar ucapan dingin pria itu, Nindi kembali merasa takut. Zeeshan sudah tahu mengenai kehamilannya. Apa yang harus dia lakukan?

Sebenarnya dia bertanya-tanya kenapa Zeeshan bisa di rumah sakit ini, tetapi sekarang Nindi sudah tak perduli tentang hal itu. Yang dia pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya dia bisa kabur dari Zeeshan.

"Ikut denganku!" Zeeshan meraih pergelangan tangan Nindi, mencekalnya dengan kuat lalu memaksa Nindi supaya ikut dengannya.

Nindi awalnya memberontak, akan tetapi Zeeshan menatapnya dengan begitu tajam. Sepertinya Zeeshan marah, dan mungkin pria ini tak menerima kehamilan Nindi.

***

Saat ini Nindi dan Zeeshan berada di apartemen Zeeshan. Pria ini mengunci apartemen supaya Nindi tak bisa melarikan diri.

"Berapa usiamu?" tanya Zeeshan, setelah hanya diam cukup lama.

"27 tahun," jawab Nindi datar, menatap malas pada Zeeshan. 'Padahal aku pernah menjadi adik kelasnya, bagaimana bisa dia tidak tahu usiaku? Menghitungnya sangat mudah, jarak usia kami kurang lebih 4 tahun. Ah, aku masih ingat ulang tahunnya. Kalau aku 27 tahun, berarti dia 31 tahun. Semudah itu padahal menghitungnya. Tapi namannya juga dia tak pernah peduli padaku, tentu saja dia masa bodo.' batin Nindi, sedikit dongkol dan tak terima karena Zeeshan menanyakan usianya.

Mengenai perbedaan usia diantara mereka yang membingungkan, seingat Nindi itu disebabkan karena Zeeshan sebelumnya sudah bersekolah di luar negeri. Seharusnya sudah kelas 11 di sana. Namun, Zeeshan pindah sekolah ke negara ini dan dia memilih mengulang dari kelas satu. Nindi tak tahu alasan Zeeshan pindah dan memilih mengulang. Dia hanya tahu pria ini sempat bersekolah di luar negeri.

"Aku mencari mu akhir-akhir ini dan sepertinya kau bersembunyi." Zeeshan kembali membuka suara, "kejadian malam itu, kau harus bertanggung jawab."

"Apa?!" Nindi melongo tak percaya, menatap Zeeshan dengan air muka konyol, "Kak, Pak-- kamu! Harusnya aku yang mengatakan itu padamu. Kamu merampas mahkota berhargaku!"

"Merampas mahkota berharga?! Cih." Di akhir kalimat, Zeeshan berdecih meremehkan, "wanita yang menjaga mahkota dan kehormatannya, tak akan pernah menginjakkan kaki di tempat seperti itu," lanjutnya cukup sarkas.

Mendengar itu, Nindi mengepalkan tangan, menatap marah sekaligus benci pada Zeeshan. Ucapan Zeeshan sangat menohok, hatinya sakit.

"Lalu bagaimana dengan kamu?! Kamu juga ke sana," ucap Nindi dengan nada ketus, tak mau kalah.

"Aku memiliki urusan di sana," jawab Zeeshan santai.

"Aku--"

"Syutt!" Zeeshan memberi isyarat supaya Nindi berhenti mengoceh, "sebenarnya aku ingin memenjarakan mu karena kasus pemerkosaan dan pelecehan. Tapi karena kau mengandung anakku, aku tak mungkin memenjarakan mu."

'Playing Victim sekali Kak Zeeshan. Jelas-jelas dia sadar dan aku-- aku kan dipengaruhi obat. Kenapa aku yang dituduh memperkaos?! Harusnya dia!' batin Nindi, kembali mengepalkan tangan sambil menatap kesal luar biasa pada Zeeshan.

"Secepatnya kau harus menikah denganku, karena kau mengandung anakku yang akan menjadi pewaris-ku. Anak itu sangat penting," jelas Zeeshan.

"Pewaris biasanya laki-laki, dan belum tentu aku melahirkan anak laki-laki. Jadi aku menolak menikah denganmu," ucap Nindi datar.

"Mau anak itu laki-laki atau perempuan, tetap anak dalam perutmu sangat penting. Saat ini akulah pewaris utama keluarga Azam. Dan jika aku ketahuan memiliki anak yang berasal dari perempuan yang bukan berstatus istriku, posisiku sebagai pewaris bisa dalam bahaya." Zeeshan menjeda sejenak, "Bayi dalam perutmu akan menjadi pewaris ku, dan kau harus berstatus sebagai istriku saat melahirkannya. Jadi kau harus kunikahi dan kau tidak bisa menolak, Nindi. Jika kau menolak, kau akan kujebloskan dalam penjara. Selain itu, aku juga akan menghancurkan nama baik keluargamu dengan menyebar kelakuanmu yang menjijikkan, melecehkan seorang pria dan mencuri benihnya."

Nindi berkeringat dingin mendengar ancaman Zeeshan. Pada akhirnya dia setuju menikah dengan Zeeshan. Persetan dengan rasa benci yang dia miliki pada pria ini, terpenting nama keluarganya tak tercemar karena hal ini.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (2)
goodnovel comment avatar
CacaCici
Sebenarnya ada alasannya, Kak. Waktu itu CaCi sempat buat di bab ini, hanya saja karena jumlah katanya kebanyakan dari target jumkat, CaCi menghapus bagian tersebut. Namun, CaCi sudah revisi dan masukkan lagi supaya Kakak dan MyRe lainnya tak bingung. (⁠人⁠ ⁠•͈⁠ᴗ⁠•͈⁠)(⁠✿⁠^⁠‿⁠^⁠)
goodnovel comment avatar
Valenka Lamsiam
bukanya zeesan kakak kelas nindi waktu SMA nindi kelas 1 dan zeesan kelas 3. lah kok nindi sama zeesan selisih umurnya 4 tahun. harusnyakan selisihnya cuma 2 tahun
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Membuatmu Menjadi Milikku    7. Bibir Manis

    "Tu-Tuan Zeeshan," ucap Mohan dengan suara gemetar dan takut. Dia reflek membungkuk lalu setelahnya hanya menunduk karena tak berani bersitatap dengan pria itu. Nindi mendongak pada Zeeshan, memperhatikan wajah tampan Zeeshan dengan ekspresi terkesima. Pria ini tiba-tiba datang dan menolongnya. Bahkan, pria ini dengan lantang mengakui Nindi sebagai istrinya di hadapan Mohan. Perlakuan Zeeshan yang seperti ini membuat Nindi tersentuh. Apa Zeeshan peduli padanya? "Undurkan dirimu dari pekerjaanmu atau kau ku jebloskan dalam penjara," ucap Zeeshan dengan nada dingin, setelah mengatakan itu dia beranjak dari sana–membawa Nindi bersamanya. ***"Penampilan busukmu hampir mencoreng nama baikku." Suara dingin Zeeshan mengalun, tatapan tajam menghunus ke arah Nindi. Nindi menyilangkan tangan di depan dada, menatap Zeeshan dengan sorot mata berkaca-kaca karena sakit hati pada ucapan Zeeshan. Pria ini membawanya pulang ke rumah. Zeeshan memandikannya secara paksa lalu sekarang pria ini sed

  • Membuatmu Menjadi Milikku    6. Aku Pemiliknya

    Nindi mengerutkan kening, menatap berang bercampur kesal pada Zeeshan. Sepertinya memang benar jika Zeeshan gila-gila hormat, semua orang harus bersikap seperti yang dia mau dan semua orang harus memperlakukannya seperti raja. Gila! Sungguh Nindi tak menyangka jika dia pernah mencintai pria diktator, dingin, dan arogan ini. Sialnya, disaat dia tahu sifat asli pria dingin ini, dia telah menjadi istri Zeeshan. Takdir memang gila! Selanjutnya mereka makan malam dalam hening. Zeeshan tak berbicara sama sekali dan Nindi juga malas bersuara. Toh, dia tahu seperti apa Zeeshan. Sejak dulu, pria ini memang pendiam dan lebih suka hening. Setelah makan, Nindi berniat kembali ke kamarnya. Namun, mengingat kopernya belum ada di kamar, Nindi memilih untuk mencarinya. Sayangnya dia tak menemukan dan para maid juga tak tahu menahu. Pada akhirnya Nindi menemui Zeeshan. "Kam-- maksudku Mas Ze," panggil Nindi pelan, cukup kikuk dan canggung. Entah kenapa jantungnya berdetak kuat, padahal hanya me

  • Membuatmu Menjadi Milikku    5. Makan Malam Bersama

    "Bayi lagi! Apa cuma itu yang kamu pikirkan?!" tanya Nindi dengan suara lemah, menatap sendu ke arah Zeeshan. Dia tahu Zeeshan menikahinya karena bayi di perutnya. Tapi tidakkah Zeeshan memikirkannya sedikit saja? "Hmm." Zeeshan berdehem singkat, "kau berharap apa?" lanjutnya dengan berkata datar. Dia menarik Nindi kemudian mendudukkan perempuan itu di atas ranjang. "Beristirahat," lanjutnya, setelah itu keluar dari kamar. Nindi duduk lesu di pinggir ranjang, memikirkan kembali ucapan Zeeshan sebelumnya. Ya, Zeeshan benar! Apa yang dia harapkan dari pria itu? Sejak dulu Zeeshan tidak menyukainya, pria itu menolaknya dengan cara yang jahat. Seharunya Nindi tak berharap apapun dari pernikahan ini, karena bukankah dia juga membenci Zeeshan?! Pria itu jahat, dingin, dan bermulut pedas. Pria itu juga tak akan pernah peduli padanya karena sejak awal Zeeshan hanya peduli pada nama baiknya. Nindi mengerjap beberapa kali, mengusahakan supaya air matanya tak jatuh. Setelah itu, dia memili

  • Membuatmu Menjadi Milikku    4. Satu Kamar

    "Dan kebetulan malam ini adalah malam pertama kita, Nin." Nindi menjauh dari Zeeshan, reflek menyilangkan tangan di depan dada. Tubuhnya tiba-tiba menggigil, bulu kuduk di tengkuk berdiri, dan wajah pucat pasi karena melihat tatapan Zeeshan yang terasa aneh. Pria itu menatapnya dalam dan ada maksud tertentu. "Ja-jangan macam-macam yah!" peringat Nindi, terus menjauh sedangkan Zeeshan terus melangkah mendekat padanya. "Aku memperingatimu! Argkk …." Nindi berakhir menjerit karena Zeeshan tiba-tiba meraih pinggangnya, menariknya sehingga dia berakhir menabrak dada bidang pria ini. Saat Nindi mencoba lepas, Zeeshan langsung menyentak pinggangnya, pria itu melingkarkan tangan di pinggang Nindi dengan erat–menekannya sehingga tubuh Nindi benar-benar merapat pada badan Zeeshan. "Memperingati apa, Heh? Aku suamimu dan aku berhak menyentuhmu," ucap Zeeshan santai, menyunggingkan smirk tipis sambil melayangkan tatapan dingin pada Nindi. "Jangan lupa, kita menikah karena terpaksa," kes

  • Membuatmu Menjadi Milikku    3. Menikah dengan CEO Dingin

    Setelah setuju untuk menikah dengan Zeeshan, hari itu juga Nindi membawa Zeeshan menemui orang tuanya. Nindi akan memperkenalkan Zeeshan sebagai kekasihnya supaya cepat dapat restu. Lumayan, masalah ini bisa membuat Nindi bebas dari perjodohan yang telah diatur oleh ayahnya. Siapa juga yang ingin menikah dengan pria yang tak dikenali dan tak jelas? Walau Zeeshan orang yang dia benci, setidaknya Nindi tahu sedikit tentang Zeeshan. Mengenai kehamilannya, Nindi dan Zeeshan sepakat untuk menutupi. Untuk sekarang mereka akan merahasiakannya. "Ayah, Mama, ini Kak Zeeshan, kekasihku, dan aku hanya bersedia menikah dengannya," ucap Nindi pada orang tuanya, di mana saat ini dia memberanikan diri pulang ke rumahnya untuk meminta restu menikah dengan Zeeshan. Ayahnya terlihat menaikkan sebelah alis, terlihat heran dan bingung. Seingatnya pacar putrinya bukan ini, dan pria ini-- ah, sudahlah. Terpenting putrinya menikah dengan pria yang jelas. Sebetulanya, dia menjodohkan putrinya karena Ni

  • Membuatmu Menjadi Milikku    2. Ketahuan Hamil

    "Ya Tuhan, bagaimana sekarang?!" ucap Nindi pelan dengan nada panik dan cemas. Setelah kejadian itu, di mana dia melakukan one night stand dengan pria yang ia benci, Nindi memilih bersembunyi–baik dari keluarganya maupun pria itu. Nindi mematikan handphone supaya tak ada siapapun yang bisa menghubunginya dan supaya tak diteror oleh nomor tak dikenal yang pernah mengirim pesan padanya. Sejujurnya itu terus berlanjut selama beberapa hari dan Nindi curiga jika pelakunya adalah Zeeshan. Sekarang sudah dua minggu setelah kejadian itu. Sejauh ini Nindi merasa aman di persembunyiannya, akan tetapi masalah kembali datang padanya. Saat ini Nindi berada di rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Akhir-akhir ini Nindi sering mutah, pusing, dan tak enak badan. Jadi dia melakukan pemeriksaan untuk mengetahui kondisinya. Ternyata hal yang dia takutkan terjadi padanya. Nindi hamil! "Kenapa aku bisa hamil? Ya, memang, saat itu aku lagi di masa subur. Tapi kan hanya sekali

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status