Selamat membaca dan semoga suka dengan 2 bab kita hari ini, MyRe. Sehat selalu untuk kalian semua …. Papai ... IG:@deasta18
"Sekali lagi kamu datang, kamu bakalan Tante cium. Rauuuu …," canda Clara, menangkap tubuh kecil Malik lalu mencium pipi anak itu. Membuat seseorang pria di kejahuan menjadi muram. Awalnya pria itu senang karena melihat Zeeshan kebakaran jenggot sendiri, akan tetapi kenapa sekarang malah dia yang kegerahan sendiri? Seolah ada yang memanas-manasi serta memancing emosinya. Tapi apa? "Kata Aunty sekali lagi, kenapa Malik sudah dicium?" tanya Malik, menyentuh pipinya yang dicium oleh teman aunty cantiknya. "Karena kamu gemesin," seru Clara sambil tertawa kecil. "Nah." Sedangkan Nindi, setelah selesai mengupas jeruk Malik yang kesekian kalinya, dia menyerahkan jeruk tersebut pada Malik. "Sebagai ucapan terima kasih, boleh tidak Malik mencium Aunty?" tanya Malik dengan nada pelan yang terkesan malu-malu. "Ouh, bole, Sayang," ucap Nindi senang, segera mencondongkan tubuhnya ke arah Malik yang berdiri di sebelahnya. Dia mendekatkan pipi kanan untuk Malik cium. Anak itu memonyongka
"Pergi!" ucap Clara, di mana saat ini dia sudah di apartemennya dan Leonard juga ikut kembali ke sini. "Pak, tolong lah. Kamu pergi dari sini. Tidak baik perempuan dan laki-laki yang tak punya hubungan tinggal satu atap. Dosa," ucap Clara kemudian, kembali mencoba mengusir Leonard supaya pergi dari apartemennya. Awalnya Clara pikir jika dia berbelanja, pria ini akan pulang. Kenyataannya, Leonard malah menyusulnya ke swalayan. Dia juga ikut pulang dengan Clara dan sekarang duduk santai di sofa. "Kalau begitu kau harus menikah denganku," jawab pria itu tenang, bangkit dari sofa lalu berjalan santai menuju kamar Clara. "Hah?" Clara cengang mendengar perkataan Leonard. What? Dia harus menikah dengan pria ini? "Semakin gila ajah nih laki!" gumam Clara, menatap Leonard yang tengah masuk ke kamarnya. Clara menyusul, berniat kembali mengomeli Leonard karena seenaknya masuk ke kamarnya. Namun, baru saja Clara ingin mengomel, dia langsung bungkam melihat Leonard yang sedang melepas kemej
"Heh!" Clara menatap horor bercampur syok pada sosok pria yang saat ini berjalan masuk ke dalam apartemennya, "kamu ngapain ke sini?" ucapnya, mengamati pria itu dari atas hingga bawah. Alih-alih menjawab, pria itu tiba-tiba memeluknya lalu mengacak surai di pucuk kepalanya. "Argkkk!" Clara menjerit tertahan, mendorong Leonard supaya menjauh darinya, "bajingan!" pekiknya, protes karena dia tak terima dipeluk oleh pria itu. Sedangkan Leonard, tiba-tiba melayangkan tatapan tajam dan membunuh ke arah Clara. "Sekali lagi kau memanggilku bajingan, kuhamili kau," ancam pria itu, melepas tuxedo yang ia kenakan kemudian meletakkannya di atas kepala Clara. "Iiiiih!" kesal Clara, mengambil tuxedo dari atas kepalanya lalu berniat membantingnya ke lantai. Akan tetapi merasa tuxedo tersebut sepertinya mahal, Clara mengurungkan niat untuk membantingnya. Takut lecet lalu pria ini menyuruhnya ganti rugi. "Makanya jangan asal peluk anak orang. Situ siapa memangnya!" marah Clara kemudi
"Nindi, Daddy," ucap Zeeshan. Deg deg deg' Kina seketika berhenti menangis setelah mendengar ucapan putranya tersebut, menatap Zeeshan dengan tampang muka tegang bercampur tak percaya. "I-ini punya Nindi?" gugup Kina, mengangkat tespek lalu menunjukkannya pada Zeeshan. "Ya, Mom." Zeeshan menganggukkan kepala, "aku datang ke sini untuk menanyakan nama benda itu pada Mommy," ucap Zeeshan, berjalan ke arah sofa lalu kembali duduk di sana. Di sisi lain, Zayyan menghampiri istrinya, menatap benda di tangan istrinya kemudian beralih menatap ke arah putranya. "Kau tidak berbohong jika ini punya Nindi?" "Tidak, Dad." Zeeshan menjawab cepat. Pada akhirnya, Zeeshan menceritakan alasan kenapa dia datang ke tempat ini. Mulai dari dia menemukan benda tersebut di wastafel, lalu mengira itu alat kecantikan istrinya jadi dia menyembunyikannya untuk menjahili Nindi. Nindi mencari benda itu, dan sepertinya benda itu memang penting. Setelah mendapatkan apa yang dia mau sebagai imbalan, Zeesh
Tok tok tok' Clara berdecak pelan, mau tak mau berjalan ke pintu kamar lalu membuka pintu dengan marah. "Apa lagi sih?!" kesalnya, "aku baru mau tidur loh, Pak?!" tambahnya pada sosok tampan yang menjulang tinggi di depannya. Yah, tadi malam pria ini menginap di apartemennya. Pria ini tidur di ranjangnya, tanpa seizin Clara. Leonard bersikap seenaknya. Karena tidak bisa diusir, Clara akhirnya memilih jaga malam. Dia duduk di sofa sambil mengamati Leonard yang enak-enakan tidur di ranjangnya. Pada akhirnya Clara ketiduran, tetapi bangun-bangun dia sudah di ranjang. Awalnya Clara sangat panik karena dia tidur satu ranjang dengan Leonard. Namun, melihat pakaiannya utuh dan dia sangat mengantuk berat, pada akhirnya dia masa bodo jika harus tidur satu ranjang dengan Leonard. Pagi sekali pria ini berulah. Dia membangunkan Clara, hanya untuk pamit pulang. Seharusnya pria ini sudah pulang jam 5 tadi, tapi kenapa sekarang dia kembali? Argkkk! Clara hanya ingin tidur dengan tenan
Tok tok' Nindi begitu terkejut saat mendengar pintu diketuk. Dia segera meletakkan benda tersebut di atas wastafel kemudian menghampiri pintu lalu membukanya. "Kau sedang apa? Kenapa lama, Poni?" tanya Zeeshan, menatap istrinya secara lekat. Nindi menggaruk pelipis, menatap gugup pada pria yang berdiri tepat di hadapannya. "A-aku me-mencuci muka. Silahkan masuk, Mas," ucap Nindi, mempersilahkan Zeeshan masuk akan tetapi dia sendiri keluar dari kamar mandi. "Kau tidak ingin mandi bersamaku?" tanya Zeeshan sambil mencekal pergelangan tangan Nindi, menahan istrinya supaya tak pergi. "Tidak." Nindi melepas cekalan tangan Zeeshan di pergelangan nya, "nanti Mas telat ke kantor lagi," ucap Nindi, setelah itu buru-buru berjalan ke arah ranjang. Zeeshan mendengus pelan. Dia ingin menyangkal ucapan Nindi, akan tetapi Nindi ada benarnya. Cih, mandi dengan Nindi-- mana mungkin dia bisa hanya sekadar mandi. Di sisi lain, Nindi memeluk guling, masih memikirkan kondisinya. Benarka