Share

Ceraikan aku, Mas.

Penulis: Bintang Asiah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-10 23:59:36

"Harusnya kamu bersabar sedikit lagi, Wi," ucap Bayu sedikit kesal.

"Sampai kapan aku harus bersabar, Mas. Perutku ini akan semakin besar dan orang-orang akan mulai menggunjingku. Apa kamu tidak memikirkan perasaanku juga, Mas?" Dewi mulai kesal, kedua tangannya dilipat didada.

"Iya, Mas ngerti, tapi semua juga harus dipikirkan dulu matang-matang. Gak bisa kita bertindak terburu-buru seperti itu, Wi. Ini juga demi masa depan kita dan bayi kita nantinya. Iya 'kan!" Bayu merangkul pundak Dewi dan mencium pipinya.

"Memang apa kata istrimu, Mas?" Dewi menyandarkan kepalanya di dada Bayu.

"Dia minta cerai!" Jawab Bayu ketus.

"Bagus dong, Mas. Jadi kita bisa segera menikah," ucap Dewi riang. Senyum tersungging di bibirnya yang mungil mendengar perkataan Bayu barusan.

"Tapi aku 'tak ingin menceraikannya. Aku masih mencintainya, Wi. Dia adalah cinta pertamaku." Bayu mengurai pelukannya.

"Sialan kamu, Mas. Lalu kamu anggap apa aku ini, Mas? Kamu juga bilang mencintaiku. Jadi aku ini cinta keduamu begitu!" ucap Dewi bertambah jengkel.

"Aku mencintaimu juga mencintai nya, Wi. Kamu kekasihku, sedang Airin istriku," jawab Bayu sekenanya.

"Kamu memang breng**k, Mas, mana mungkin pria mencintai dua wanita sekaligus! Itu omong kosong," ucap Dewi kesal.

"Aku laki-laki, Wi. Kalau aku mau, aku bahkan bisa mencintai empat perempuan sekaligus. Dan itu boleh."

"Kamu memang benar-benar breng**k, Mas!"

Dewi melempar bantal sofa yang ada di dekatnya ke wajah Bayu. Ucapan Bayu kali ini benar-benar membuat Dewi muak. Sudah dia bangkit dari sofa, dan beranjak meninggalkan Bayu. Akan tetapi, dengan cepat Bayu menarik lengannya, mencegahnya pergi dan menariknya ke pelukannya.

"Aku juga sangat mencintaimu, Wi. Sangat. Dan aku akan segera menikahimu, Wi. Aku pasti akan menikahi mu secepatnya," bisik Bayu ditelinga Dewi, mencoba merayunya. Bibirnya mulai bergerilya nakal.

"Kamu gak bohong 'kan, Mas?" mendengar ucapan Bayu barusan, membuat Dewi sedikit melunak.

"Kalau mas Bayu bohong, aku akan menggugurkan bayi ini, Mas," ucap Dewi sedikit mengancam.

Bayu melepas pelukannya, menatap mata Dewi lekat-lekat mencoba meyakinkannya.

"Aku 'gak bohong, Wi. Kita pasti menikah secepatnya. Bayi diperutmu ini anakku juga, Wi. Anak yang sudah lama aku nanti-nantikan. Jadi kamu jangan pernah berpikiran untuk menggugurkannya, yah," ucap Bayu meyakinkan.

"Iya, Mas" ucap Dewi melunak. Entah kenapa ucapan Bayu kali ini terdengar sangat meyakinkannya.

"Lalu bagaimana dengan papamu , Mas?" tanya Dewi sedikit resah.

"Itu juga yang ada dipikiran ku, Wi. Tapi kamu jangan khawatir yah. Papa juga pasti akan senang mendengar kehamilanmu, karena dia juga sudah lama mengharapkan cucu dariku," ucap Bayu. 

Sebenarnya Bayu tidak terlalu yakin dengan ucapannya. Memikirkan reaksi papanya nanti membuatnya sedikit pusing. Papanya adalah orang yang sangat keras. Tapi sekarang Bayu tak ingin memikirkannya. Sekarang dia hanya ingin menikmati kebersamaannya bersama Dewi, wanita yang dikenalnya enam bulan yang lalu di pesta salah satu rekan kerjanya. Dewi wanita yang sangat cantik dan menggairahkan, tubuhnya se*i, kulitnya putih dan mulus, membuatnya tergila-gila untuk kedua kali. 

"Aku mencintaimu, Wi" ucap Bayu, tangan nya menarik tubuh Dewi kedalam pelukannya, membelai rambut panjangnya dan menikmati harum aroma tubuhnya.

"Aku juga sangat mencintaimu, Mas. Tapi kamu harus menikahi aku secepatnya jika memang benar kamu mencintaiku, Mas." 

"Pasti, Wi. Pasti," ucap Bayu sedikit parau. Nafasnya mulai memburu oleh gairahnya sendiri.

"Sudahlah, Mas. Sebaiknya Mas pulang dan bilang ke Papamu tentang hubungan kita," ucap Dewi yang masih sedikit kesal, dan melepaskan tubuhnya dari pelukan Bayu.

"Tapi Mas kangen," ucap Bayu merayu.

"Jangan mendekati aku dulu, Mas, sampai aku yakin kamu bakal secepatnya menikahi aku," jawab Dewi sedikit kesal dan berlalu meninggalkan Bayu.

Bayu meremas-remas rambutnya. Di rumah Airin menghindarinya, dan disini pun Dewi mengabaikan nya. 

"Ah dasar si*l," umpat Bayu kesal sembari menarik dasinya kasar.

***

"Harusnya kamu bersyukur, Rin, Bayu tidak meninggalkanmu meski dia ingin menikah lagi," ucap Bu Fatma, mertua Airin.

"Kamu juga harus mengerti keadaan suamimu itu. Dia anak laki-laki satu-satunya dikeluarga ini. Jadi wajar kalau dia ingin punya keturunan."

"Tapi tidak dengan cara selingkuh dan berzinah, Ma!" ucap Airin tegas.

"Kalau dulu kamu tidak melarang Bayu menikah lagi, mungkin tidak akan seperti ini akhirnya."

"Airin tidak pernah melarang mas Bayu menikah lagi. Tapi mas Bayu sendiri yang sudah berjanji tidak akan menduakan Airin saat meminangku dulu kepada mendiang Bapak."

"Tapi sekarang 'kan keadaanya berbeda, Rin. Bayu tidak mungkin akan menanam ditempat lain kalau ladangnya sendiri subur."

Deg!

Dada Airin terasa sesak seperti dipukul godam yang sangat berat, perkataa Bu Fatma kali ini sungguh keterlaluan. Bukannya merasa bersalah karena dosa anaknya. Dia malah semakin memojokkan menantunya.

"Airin tidak mandul, Ma! Tidak ada masalah dengan kesuburanku. Mas Bayu juga mengetahuinya, karena kita sudah berkali-kali periksa ke dokter spesialis."

"Tapi nyatanyakan sekarang kamu lihat sendiri, Bayu bisa menghamili Dewi. Berarti itu 'kan membuktikan Bayu subur sedang kamu man...." 

"Cukup, Ma, cukup. Airin 'gak mau mendengarnya lagi," ucap Airin lantang. Kali ini kesabarannya benar-benar menipis. Airinpun sudah tidak segan lagi untuk memotong perkataan mertuanya itu.

"Airin sadar kok kalau selama ini Mama memang tidak pernah menyukaiku. Jadi seharusnya sekarang Mama senang karena sebentar lagi Airin akan berpisah dengan Mas Bayu. Mama tak perlu capek-capek membujukku, karena keputusanku sudah bulat untuk berpisah dengan Mas Bayu."

"Terserah kamu, Mama hanya iba kepadamu. Toh kamu sendiri nanti yang akan rugi kalau berpisah dengan Bayu. Bayu itu masih muda dan kaya, calon pewaris dan penerus perusahaan keluarga ini. Kalaupun dia ingin mempunyai dua bahkan empat istri sekalipun itu sah-sah saja. Sedang kamu, kamu malah memilih menjadi janda. Siapa coba nanti yang mau menikahi janda yang tidak bisa memberikan keturunan," ucap Bu Fatma sekenanya tanpa merasa bersalah, dan berlalu meninggalkan menantunya yang mulai terisak.

Dasar menantu keras kepala. Andaikan saja dulu Bayu tidak mengancam akan pergi dari rumah jika tidak diijinkan menikahin Airin, tak akan dia Sudi menerima wanita yang berasal dari keluarga biasa-biasa saja menjadi menantunya. Dan kalau bukan karena memikirkan mertuanya yang sudah pikun itu, tak akan sudi dia membujuk menantunya yang minta diceraikan.

Siapa coba nanti yang akan merawat mertuanya yang sudah tua, pikun, dan menyusahkan itu. Sudah banyak perawat yang pernah dipekerjakan untuk merawat nenek tua itu, tapi tidak ada yang sanggup bertahan lama. Selama ini Airin lah yang dengan sabar dan telaten merawatnya. Memikirkannya membuat Bu Fatma merasa pusing.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
cerai yg terbaik airi ortunya bayu dukung zinah ,semoga vacat anaknya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   2. Tugas Pertama

    Aura merasa senang dan sedikit gugup saat menerima tugas pertamanya sebagai sekretaris setelah satu bulan pelatihan . Meski terasa menantang, Aura siap untuk memulai dan memberikan yang terbaik dalam tugasnya. Dia mempersiapkan segala kebutuhan untuk menyelesaikan tugas tersebut, termasuk menyusun jadwal, membuat catatan, dan mengatur dokumen. Hari ini, Aura menyiapkan jadwal rapat untuk Bos Alan, CEO perusahaan tempatnya bekerja untuk pertama kalinya. Jadwal rapat tersebut sangat penting karena akan membahas strategi perusahaan untuk tahun depan.Aura mengecek jadwal yang sudah ia siapkan, memastikan bahwa semua detailnya telah diatur dengan baik. Setelah ia merasa yakin, Aura pun membawa jadwal rapat tersebut ke ruang kerja Bos Alan.Suasana ruangan itu hening. Di depannya, Bos Alan sibuk mengetik di laptopnya, menunjukkan betapa ia memang sangat sibuk. Aura menyerahkan jadwal tersebut namun Bos Alan meminta Aura membacakan jadwal rapat t

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Dipecat

    Aura berdiri di depan meja kerjanya yang telah dikosongkan sembari membawa barang-barangnya dengan perasaan kecewa. Hari ini dia dipecat dari kantornya. Dia terlihat sangat sedih dan kecewa karena dia baru saja kehilangan pekerjaan yang sudah lima tahun lebih ditekuninya hanya karena dia terlambat dua menit saat rapat presentasi proyek yang ditanganinya.Aura berusaha menenangkan dirinya dengan mengatakan bahwa dia akan menemukan pekerjaan yang lebih baik dan melanjutkan cinta-cintaannya menjadi desainer interior yang handal dengan kemampuannya sendiri, tapi rasa sakit dan kekecewaan masih membekas dalam hatinya.Aura berjalan keluar dari gedung kantor dengan perasaan yang sangat hampa, berharap bahwa dia akan menemukan jalan keluar dari kesulitan yang akan dia alami nanti jika ayahnya Arga Wicaksono mengetahui keadaannya sekarang.Dia berpikir kembali pada pagi tadi, saat dia terlambat dua menit saat rapat presentasi proyek yang sangat penting. Aura tidak bisa membantah bahwa dia sala

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Tentang Aura

    "Kok sendirian mba momongannya? Suaminya kemana?""Wah lucunya. Berapa tahun Mba anaknya?""Mirip banget yah sama Mamahnya.""Seneng yah masih muda sudah punya momongan. Jadi nanti gedenya kayak kakak adek."Aura hanya menanggapinya dengan senyuman masam. Berkali-kali gadis berusia dua puluh lima tahun itu harus menjelaskan kepada pengunjung taman jika bocah berumur lima tahun yang kini sedang dimomongnya adalah adiknya. Sedikit yang percaya, namun tidak sedikit pula yang menyangkalnya."Bunda....!" Aura cemberut sembari menghentak-hentakankan kakinya begitu gadis itu tiba di rumahnya."Kakak. Ada apa, kok teriak-teriak begitu?" tanya Airin yang sedang sibuk memotong kue brownies yang baru selesai dibuatnya. "Besok-besok pokoknya Aura gak mau jagain Inara lagi.""Memangnya kenapa?" Airin menanggapi santai. Dia tahu, Aura tidak benar-benar serius dengan perkataannya."Orang-orang di taman itu loh, Bunda. Masa mereka anggap Inara itu anaknya Aura. Aura gak rela. Aura kan belum menikah.

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Akhirnya

    "Kamu kenapa, Ga? Ada masalah?" tanya Mas Danu ketika rapat sudah selesai. Mereka berdua masih duduk di ruang rapat, sementara pegawai yang lainnya sudah keluar."Eh...Gak. Gak ada apa-apa kok." "Tapi dari tadi kamu terlihat melamun. Di rapat bahkan kamu tidak memperhatikan presentasi mereka. Sebenarnya ada apa? Apa kamu sedang ada masalah dengan istrimu?""Gak ada. Hanya saja...." Arga terlihat ragu-ragu untuk melanjutkan. Seharusnya hubungannya dengan Airin tidak ada masalah mengingat tadi malam dia dan istrinya justru sedang dalam fase keintiman yang sangat dalam. Tadi malam Arga benar-benar merasa senang karena akhirnya Airin sudah mulai terbuka dan berani dalam hal urusan ranjang. Tapi rasa itu berubah menjadi kebingungan ketika pagi ini Airin seolah-olah sengaja menghindarinya. Telepon dan SMS nya bahkan tidak di balas."Ayolah cerita. Siapa tahu Mamasmu ini bisa bantu.""Emm... Pernah gak, Mba Irma tiba-tiba diemin Mas Danu.""Bukan pernah lagi. Hampir setiap bulan. Apalagi k

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Petak Umpet

    Hingga pukul tujuh pagi, Arga belum juga menjumpai Airin. Bahkan ketika dia dan anak-anak menikmati sarapan pagi, Istrinya tidak juga muncul."Airin kemana, Bu?" tanya Arga sembari melihat ke kanan dan ke kiri."Tadi ada kok di dapur.""Gak ada, Bu. Dari tadi Arga cari-cari gak ada tuh di dapur ataupun di kamar anak-anak.""Masa!""Beneran, Bu. Dari pulang ke masjid Arga belum melihatnya.""Tadi dia di dapur kok, pas kamu ngajak anak-anak jalan pagi. Ini nasi goreng kan istrimu yang masak.""Terus sekarang Airin dimana?""Mana Ibu tau. Kamu kan suaminya.""Paling Bunda lagi marah yah sama Ayah," ledek Aura."Marah kenapa? Ayah gak buat salah.""Yah biasanya kalau Perempuan lagi marah kan suka ngediemin, gak pengen ketemu. Kayak yang di TV-TV itu loh, Yah," balas Aura."Kamu ini kebanyakan nonton sinetron. Bunda kalian kan gak pernah marah.""Tapi Bunda juga kan Perempuan, Yah. Wajar juga kalau marah.""Bundamu tidak seperti itu." Arga mulai kesal karena tidak menemukan titik terang ke

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Hadiah Kejutan

    Siang ini Airin memutuskan pergi ke pusat perbelanjaan untuk mencarikan hadiah untuk suaminya. Airin meminta Nirma yang kebetulan sedang berada di Jakarta untuk menemaninya. Merekapun pergi bersama dengan anak-anak mereka. Airin juga membawa kedua pengasuhnya untuk membantunya menjaga si kembar. Sementara Nirma ditemani suaminya."Kasih ide dong, Nir. Kira-kira hadiah apa yah?""Bagaimana kalau jam tangan mewah.""Itu hadiah tahun kemaren, Nir.""Kalau baju?""Itu terlalu biasa.""Parfum?""Sudah pernah.""Dompet?""Sudah juga.""Apalagi yah?"Airin dan Nirma terlihat berpikir sejenak."Ahaa. Aku ada ide." Raut wajah Nirma terlihat berbinar-binar."Apa, Nir?" "Sini Aku bisikin." Nirma mendekatkan mulutnya di telinga Airin."Ah kamu ini." Wajah Airin seketika merona mendengarkan perkataan yang Nirma bisikkan."Percaya, deh. Tidak ada yang lebih cowok sukai daripada yang ITU." Nirma sengaja menekankan kata terakhir dengan intonasi yang lebih kuat."Dasar kamu, yah. Tidak berubah meskip

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status