Share

Dan Akhirnya

Penulis: Bintang Asiah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-11 00:39:48

Pukul tiga kosong-kosong, Airin masih terjaga dalam sujud nya. Menghabiskan sepertiga malam terakhir dengan bermunajat kepada Sang Pencipta, mengadukan segala masalah yang dihadapinya kepada Sang Penguasa kehidupan. Apa pun yang terjadi, tentu semua atas kehendak Ilahi.

Enam tahun pernikahan bukanlah waktu yang sebentar, ujian datang silih berganti. Menjadi menantu di keluarga kaya raya tidaklah semudah yang orang lain bayangkan. Latar belakang keluarga yang berbeda membuat keluarga Bayu tidak menerima nya diawal-awal pernikahan, namun  semua itu Airin hadapi dengan kesabaran. Dia selalu berusaha untuk menjadi istri dan menantu yang berbakti kepada suami dan juga keluarganya.

Berkat kesungguhan dan kesabaran Airin untuk membaktikan diri di keluarga suaminya, seiring berjalannya waktu keluarga ini pun lambat laun menerimanya menjadi bagian dari keluarga. Terlebih-lebih nenek dan ayah mertuanya sangat menyayangi nya. Bahkan mereka sudah menganggap nya seperti putri mereka sendiri. Hanya ibu mertua nya saja yang masih belum berubah sikapnya.

Lamat-lamat terdengar suara azan subuh berkumandang, membangun kan manusia-manusia yang sedang lena dalam mimpinya untuk bersegera memenuhi panggilan kemenangan.

Airin bangkit melanjutkan shalat  subuh yang sebelumnya didahului dengan dua rakaat sebelum subuh. Dua rakaat yang bahkan nilainya lebih berharga dari dunia dan seisinya.

Usai shalat, Airin duduk dengan merendahkan segenap hati dan berdoa. Perlahan keluh-kesah dia panjatkan kepada Robbnya. Tentang dirinya, hidupnya, keluarga nya, dan segala masalah yang dihadapinya. Lama dia menyerahkan diri dengan kepasrahan yang dalam kepada Ilahi.

Tak kuasa sesak di dada kian menghimpit. Dalam haru yang panjang dia tetap memanjatkan doa. Dan tanpa bisa ditahan, kristal-kristal bening mengalir di kedua pipinya. Semakin ditahannya semakin deras pula mengalir.

"Ya Allah, hanya kepada Mu aku berserah diri dan hanya kepada Mu aku serahkan segala urusanku." Isak Airin dalam hati.

***

Tok tok tok.

"Papa panggil Bayu?" tanya Bayu ragu-ragu.

"Duduklah. Ada yang ingin Papa bicarakan,"

Bayu duduk di depan meja kerja ayahnya. Dalam hatinya bertanya-tanya. Apa kiranya yang akan dibicarakan Papanya? Kerena terus terang mereka jarang sekali terlibat pembicaraan serius meski mereka berada dalam kantor yang sama.

"Bagaimana rencana pernikahan mu dengan perempuan itu?"

"Namanya Dewi, Pa,"

"Yah itu. Jadi kapan kalian akan menikah?"

"Bayu belum menentukan kan tanggal nya, Pa."

"Bukankah Mama menyuruh mu untuk segera menikahinya!"

 

Bayu hanya terdiam, tidak tau harus berbicara apa.

"Lalu Airin?"

Bayu masih terdiam, ditundukkan kepalanya dalam-dalam.

"Segera ceraikan dia jika kamu ingin menikahi Dewi."

"Pa, Bayu tidak ingin bercerai dengan Airin," ucap Bayu tegas.

"Kalau kamu tidak menceraikan nya, lalu bagaimana kamu akan menikahi Dewi. Apa kamu hanya akan menikahi nya dibawah tangan?"

"Biar Bayu yang akan memikirkan sendiri masalah rumah tangga Bayu, Pa,"

"Kamu hanya menunda-nunda masalahmu, Bay. Kamu bahkan tidak berpikir untuk segera mencari jalan keluarnya."

Pak Guntur berdiri mengambil sebuah berkas dan meletakkan nya di depan Bayu. 

"Tandatanganni ini," ucap Pak Guntur.

"Apa ini, Pa?" tanya Bayu, dilihatnya berkas tersebut. Matanya terbelalak. Berkas tersebut adalah berkas gugatan perceraiannya kepada Airin.

"Ingat Bayu, yang menjadi tanggungjawab mu bukan hanya istrimu, tapi juga masa depan perusahaan ini. Ceraikan Airin dan segera menikah dengan Dewi agar kamu bisa konsentrasi kembali dengan pekerjaan mu."

"Tapi, Pa," ucap Bayu memprotes.

"Cukup Bayu. Kamu tau gara-gara masalahmu proyek besar kita jadi tertunda. Papa gak mau kita kehilangan klien besar kita. Perusahaan lain bisa dengan sangat mudah menyingkirkan kita kalau kita tidak profesional. Segera selesaikan urusan pribadimu dan segeralah konsentrasi kembali dengan pekerjaan mu. Papa beri kamu waktu sebulan untuk menyelesaikan, atau terpaksa Papa mengeluarkan kamu dari proyek ini," ucap Pak Guntur sedikit mengancam dan berlalu meninggalkan Bayu sendirian di ruangannya.

Bayu terlihat sangat kesal dikepalkan kedua tangannya diatas meja. Gigi-giginya bergemerutuk menahan marah. Dia tidak menyangka jika Airin sudah mempengaruhi Papanya. Dilihatnya sekali lagi berkas tadi dan diletakkan nya kembali dengan kasar.

***

Bayu tergesa-gesa memasuki kamarnya. Dari air mukanya terlihat menahan amarahnya. Dilihatnya Airin yang sedang merapikan kamarnya. Kamar yang sudah berhari-hari tidak ditiduri nya. Sejak Airin memutuskan untuk tidur di kamar Nenek, sejak itu pula dia tidak pernah bermalam di kamar ini.

"Aku gak nyangka, bahkan kamu menggunakan kekuasaan Papa untuk dapat bercerai dengan ku. Sebegitu besarkah keinginan mu untuk menjadi janda?" ucap Bayu mengejek. Senyum sinis terulas di bibirnya. 

"Dengar yah Airin, aku sudah berbesar hati untuk tetap menjadikanmu istri pertamaku. Bahkan Bayu Suseno ini sudah bersimpuh merendahkan diri agar kamu bisa melupakan ke khilafanku sekali ini saja. Tapi itu semua nyatanya tidak menggugah hatimu untuk menyadari betapa aku masih sangat mencintai mu, Rin."

"Airin, selama kita menikah apa pernah aku menyakiti mu sebelum ini? Apa pernah aku tidak menghargai mu sebagai istri? Apa pernah aku melalaikan kewajiban ku sebagai suami?"

"Sekali ini saja Airin, maafkan kekhilafan ku. Aku masih sangat mencintai mu?" Dirangkulnya tubuh Airin.

"Cukup, Mas, cukup. Semua sudah berakhir. Aku benar-benar sudah tidak ingin menjadi istrimu lagi, Mas. Jadi aku mohon ceraikan aku, biarkan aku pergi dari kehidupan mu. Kita sudah tidak bisa sama-sama lagi seperti dulu Mas. Rasa cinta ini sudah hilang untukmu," ucap Airin tegas. Ditolaknya tubuh Bayu kuat-kuat.

Sebagai seorang laki-laki, egonya tersakiti. Bagaimana bisa seorang Bayu Suseno ditolak berkali-kali meski dia sudah memohon-mohon dihadapan seorang wanita. Dikepalkannya kedua tangannya kuat-kuat.

"Baiklah Airin. Kamu ternyata sangat keras kepala. Karena kamu sangat menginginkan nya, akan aku kabulkan keinginan mu itu. Detik ini juga, aku Bayu Suseno menceraikan mu Airin Rachmi," ucap Bayu sedikit berteriak.

"Hari ini juga kamu boleh pergi meninggalkan rumah ini. Tapi ingat satu hal, kamu tidak akan mendapatkan sepeserpun dari hartaku. Dan akan aku pastikan kamu akan menyesali perceraian ini."

"Insyaallah aku tidak membutuhkan apa-apa lagi darimu, Mas. Dan insyaallah aku tidak akan menyesali nya," ucap Airin tegas penuh keyakinan.

 

Sejenak netra mereka saling menatap  dengan tatapan tajam seolah mencari kelemahan satu sama lain. Mencoba meyakinkan diri masing-masing agar terlihat tegar.

Bayu keluar dari kamarnya setelah dia membanting daun pintu keras-keras sehingga terdengar suara yang mengagetkan Airin. Di depan pintu kamar Bayu terdiam sejenak berpikir kenapa semua tidak bisa berjalan sesuai keinginannya. Sekarang dia harus merelakan satu wanitanya pergi demi wanita yang lain.

"Arggghhh," teriaknya kesal, dan berlalu pergi.

***

"Detik ini juga, aku Bayu Suseno menceraikan mu Airin Rachmi."

Airin duduk terdiam ditepi ranjangnya. Masih terngiang-ngiang perkataan Bayu barusan. Bukankah seharusnya dia senang dengan apa yang barusan dia dengar? Bukankah ini yang dia inginkan? Akan tetapi, kenapa sekarang dia bersedih? Kenapa dia tidak bergembira? 

Tanpa terasa netranya berkaca-kaca. Bulir-bulir bening mulai berjatuhan dari kedua netranya. Bagaimana pun dia seorang perempuan biasa yang mencita-citakan sebuah pernikahan yang langgeng sampai maut memisahkan. Baginya perceraian adalah bukti bahwa pernikahan nya sudah gagal. Akan tetapi apalah dayanya jika memang seperti ini takdir yang harus dijalani.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   2. Tugas Pertama

    Aura merasa senang dan sedikit gugup saat menerima tugas pertamanya sebagai sekretaris setelah satu bulan pelatihan . Meski terasa menantang, Aura siap untuk memulai dan memberikan yang terbaik dalam tugasnya. Dia mempersiapkan segala kebutuhan untuk menyelesaikan tugas tersebut, termasuk menyusun jadwal, membuat catatan, dan mengatur dokumen. Hari ini, Aura menyiapkan jadwal rapat untuk Bos Alan, CEO perusahaan tempatnya bekerja untuk pertama kalinya. Jadwal rapat tersebut sangat penting karena akan membahas strategi perusahaan untuk tahun depan.Aura mengecek jadwal yang sudah ia siapkan, memastikan bahwa semua detailnya telah diatur dengan baik. Setelah ia merasa yakin, Aura pun membawa jadwal rapat tersebut ke ruang kerja Bos Alan.Suasana ruangan itu hening. Di depannya, Bos Alan sibuk mengetik di laptopnya, menunjukkan betapa ia memang sangat sibuk. Aura menyerahkan jadwal tersebut namun Bos Alan meminta Aura membacakan jadwal rapat t

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Dipecat

    Aura berdiri di depan meja kerjanya yang telah dikosongkan sembari membawa barang-barangnya dengan perasaan kecewa. Hari ini dia dipecat dari kantornya. Dia terlihat sangat sedih dan kecewa karena dia baru saja kehilangan pekerjaan yang sudah lima tahun lebih ditekuninya hanya karena dia terlambat dua menit saat rapat presentasi proyek yang ditanganinya.Aura berusaha menenangkan dirinya dengan mengatakan bahwa dia akan menemukan pekerjaan yang lebih baik dan melanjutkan cinta-cintaannya menjadi desainer interior yang handal dengan kemampuannya sendiri, tapi rasa sakit dan kekecewaan masih membekas dalam hatinya.Aura berjalan keluar dari gedung kantor dengan perasaan yang sangat hampa, berharap bahwa dia akan menemukan jalan keluar dari kesulitan yang akan dia alami nanti jika ayahnya Arga Wicaksono mengetahui keadaannya sekarang.Dia berpikir kembali pada pagi tadi, saat dia terlambat dua menit saat rapat presentasi proyek yang sangat penting. Aura tidak bisa membantah bahwa dia sala

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Tentang Aura

    "Kok sendirian mba momongannya? Suaminya kemana?""Wah lucunya. Berapa tahun Mba anaknya?""Mirip banget yah sama Mamahnya.""Seneng yah masih muda sudah punya momongan. Jadi nanti gedenya kayak kakak adek."Aura hanya menanggapinya dengan senyuman masam. Berkali-kali gadis berusia dua puluh lima tahun itu harus menjelaskan kepada pengunjung taman jika bocah berumur lima tahun yang kini sedang dimomongnya adalah adiknya. Sedikit yang percaya, namun tidak sedikit pula yang menyangkalnya."Bunda....!" Aura cemberut sembari menghentak-hentakankan kakinya begitu gadis itu tiba di rumahnya."Kakak. Ada apa, kok teriak-teriak begitu?" tanya Airin yang sedang sibuk memotong kue brownies yang baru selesai dibuatnya. "Besok-besok pokoknya Aura gak mau jagain Inara lagi.""Memangnya kenapa?" Airin menanggapi santai. Dia tahu, Aura tidak benar-benar serius dengan perkataannya."Orang-orang di taman itu loh, Bunda. Masa mereka anggap Inara itu anaknya Aura. Aura gak rela. Aura kan belum menikah.

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Akhirnya

    "Kamu kenapa, Ga? Ada masalah?" tanya Mas Danu ketika rapat sudah selesai. Mereka berdua masih duduk di ruang rapat, sementara pegawai yang lainnya sudah keluar."Eh...Gak. Gak ada apa-apa kok." "Tapi dari tadi kamu terlihat melamun. Di rapat bahkan kamu tidak memperhatikan presentasi mereka. Sebenarnya ada apa? Apa kamu sedang ada masalah dengan istrimu?""Gak ada. Hanya saja...." Arga terlihat ragu-ragu untuk melanjutkan. Seharusnya hubungannya dengan Airin tidak ada masalah mengingat tadi malam dia dan istrinya justru sedang dalam fase keintiman yang sangat dalam. Tadi malam Arga benar-benar merasa senang karena akhirnya Airin sudah mulai terbuka dan berani dalam hal urusan ranjang. Tapi rasa itu berubah menjadi kebingungan ketika pagi ini Airin seolah-olah sengaja menghindarinya. Telepon dan SMS nya bahkan tidak di balas."Ayolah cerita. Siapa tahu Mamasmu ini bisa bantu.""Emm... Pernah gak, Mba Irma tiba-tiba diemin Mas Danu.""Bukan pernah lagi. Hampir setiap bulan. Apalagi k

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Petak Umpet

    Hingga pukul tujuh pagi, Arga belum juga menjumpai Airin. Bahkan ketika dia dan anak-anak menikmati sarapan pagi, Istrinya tidak juga muncul."Airin kemana, Bu?" tanya Arga sembari melihat ke kanan dan ke kiri."Tadi ada kok di dapur.""Gak ada, Bu. Dari tadi Arga cari-cari gak ada tuh di dapur ataupun di kamar anak-anak.""Masa!""Beneran, Bu. Dari pulang ke masjid Arga belum melihatnya.""Tadi dia di dapur kok, pas kamu ngajak anak-anak jalan pagi. Ini nasi goreng kan istrimu yang masak.""Terus sekarang Airin dimana?""Mana Ibu tau. Kamu kan suaminya.""Paling Bunda lagi marah yah sama Ayah," ledek Aura."Marah kenapa? Ayah gak buat salah.""Yah biasanya kalau Perempuan lagi marah kan suka ngediemin, gak pengen ketemu. Kayak yang di TV-TV itu loh, Yah," balas Aura."Kamu ini kebanyakan nonton sinetron. Bunda kalian kan gak pernah marah.""Tapi Bunda juga kan Perempuan, Yah. Wajar juga kalau marah.""Bundamu tidak seperti itu." Arga mulai kesal karena tidak menemukan titik terang ke

  • Memilih Bercerai Daripada Dimadu   Hadiah Kejutan

    Siang ini Airin memutuskan pergi ke pusat perbelanjaan untuk mencarikan hadiah untuk suaminya. Airin meminta Nirma yang kebetulan sedang berada di Jakarta untuk menemaninya. Merekapun pergi bersama dengan anak-anak mereka. Airin juga membawa kedua pengasuhnya untuk membantunya menjaga si kembar. Sementara Nirma ditemani suaminya."Kasih ide dong, Nir. Kira-kira hadiah apa yah?""Bagaimana kalau jam tangan mewah.""Itu hadiah tahun kemaren, Nir.""Kalau baju?""Itu terlalu biasa.""Parfum?""Sudah pernah.""Dompet?""Sudah juga.""Apalagi yah?"Airin dan Nirma terlihat berpikir sejenak."Ahaa. Aku ada ide." Raut wajah Nirma terlihat berbinar-binar."Apa, Nir?" "Sini Aku bisikin." Nirma mendekatkan mulutnya di telinga Airin."Ah kamu ini." Wajah Airin seketika merona mendengarkan perkataan yang Nirma bisikkan."Percaya, deh. Tidak ada yang lebih cowok sukai daripada yang ITU." Nirma sengaja menekankan kata terakhir dengan intonasi yang lebih kuat."Dasar kamu, yah. Tidak berubah meskip

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status