Share

9. Salah Paham?

"Saya jelaskan sekali lagi. Kita akan memberi kesan kalau kita akan pindah ke rumah baru hari ini. Untuk itu kita akan berpamitan dulu kepada kedua orang tua saya," terang Ganesha.

"Padahal?" sela Arimbi tidak sabar. Kata kesannya itu mencurigakan. Saat ini mereka tengah bersiap-siap check out dari hotel. Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang kurang dua puluh menit.

Dan Ganesha bilang mereka akan berbicara untuk mufakat dulu. Agar jawaban mereka nanti kompak saat diinterogasi oleh kedua orang tuanya.

"Padahal cuma kamu yang pindah. Saya akan tetap tinggal di apartemen seperti biasa. Pengaturan ini kita buat sebagai konsekuensi dari perjanjian kita sebelumnya. Yaitu ; kita tidak akan mencampuri urusan pribadi masing-masing. Paham?"

Ganesha menerangkan maksudnya sekali lagi. Ia tidak ingin Arimbi nanti salah berbicara di hadapan kedua orang tuanya. Bisa panjang nanti urusannya. Makanya ia membriefing istri pura-puranya ini terlebih dahulu.


"Begitu ya? Lantas kalau nanti ketahuan bagaimana?" Arimbi bingung. Dirinya tidak masalah kalau ia harus tinggal sendiri. Jauh lebih enak malahan. Ia juga bebas merdeka melakukan apapun sendirian. Masalahnya ia takut ketahuan. Bisa kacau nanti nasib pernikahannya. Ujung-ujungnya ia akan kembali ditertawai oleh Seno dan Nina.


"Tidak akan ketahuan kalau kita merencanakan semuanya dengan teliti." Ganesha menggeleng.


"Baik. Sekarang katakan bagaimana cara kita merencanakannya dengan teliti tersebut?" Arimbi mengulangi kata-kata Seno. Bicara memang gampang. Prakteknya ini yang terkadang tidak sesuai dengan SOP.


"Makanya dengar dulu kalau orang berbicara. Kamu ini seperti sopir angkot saja. Langsung main potong tanpa aba-aba."


Sabar ya, hati? Kita kan baru juga sehari jadi istri. Nanti mudah emosi. Arimbi memanjangkan sabarnya.


"Begini, saya akan rutin mengunjungi rumahmu satu atau dua kali dalam seminggu. Demikian juga sebaliknya. Kamu akan mengunjungi apartemen saya sesekali dalam sepekan juga."


Lah, jadi seperti orang pacaran dong? Ketemunya sesekali saja?


"Nah, selama saya di rumahmu atau kamu ke apartemen saya, kita akan memotret kegiatan kita berdua, dan mengunggahnya ke media sosial kita bersama pula."


Wuidih, membuat akun official suami istri lagi. Ganesha tidak mau berakting seperti aktor sinetron. Tapi malah menyusun strategi ala drama Korea begini. Sami mawon podo wae namanya bukan?


Tuk!


"Aduh!" Arimbi refleks mengelus keningnya ketika

Sebuah selentikan singgah di sana. Sialan, Ganesha menyelentik jidatnya.


"Kamu ini bukannya mendengarkan rencana saya, malah planga plongo sedari tadi. Fokus, Rimbi. Fokus."


"Maaf, Mas. Lanjutkan." Arimbi mengibaskan kepala. Ia juga memperbaiki sikap tubuhnya. Dari yang tadinya duduk santai di sofa, menjadi lebih serius dengan punggung tegak.


Fokus, Rimbi. Fokus.


"Dengan begitu orang-orang akan tahu bahwa kita mempunyai kegiatan di dua tempat tersebut. Jadi jikalau  suatu saat ada orang yang memergoki kita ada di tempat yang berbeda, tidak akan aneh lagi. Karena mereka sudah tahu bahwa kita sering beraktivitas di dua tempat itu. Bahkan mereka juga tidak akan sadar kalau kita berpisah tempat tinggal. Masalah selesai. Gampang bukan?" Ganesha melemparkan tangannya ke udara.


"Ngomong sih gampang." Arimbi ngedumel.


"Eh maaf, Mas. Saya--"


"Tidak usah minta maaf. Karena kita berdua tahu kalau kamu sengaja. Saya ingatkan kamu sekali lagi. Hati-hati dengan pikiranmu. Karena apa yang ada di dalam pikiranmu akan tercetus tanpa kamu sadari."


Ketahuan juga. Ya sudahlah. Mau bagaimana lagi?


"Saya ingatkan satu hal. Hentikan kebiasaanmu menggerutu. Kalau kamu tidak suka akan sesuatu, katakan. Kamu punya mulut bukan?"


Pantas saja Menik minta putus dulu. Punya pacar mirip dengan Jaksa Penuntut Umum seperti ini apa enaknya?


Tuk!


Sialan, Ganesha menyelentik dahinya lagi.


"Ini juga. Hentikan kebiasaan menghibahi orang dalam hati. Tuman."


"Iya, Mas. Nanti dikondisikan." Arimbi mengangguk takzim. Kali ini Ganesha benar. Ia harus mengubah kebiasaan jeleknya ini. Ia memang  acapkali ngedumel dalam hati, apabila ia tidak puas akan sesuatu tetapi ia tidak berani mengatakannya.


"Oke. Jadi sekarang kita siap-siap ke rumah orang tua Mas ya?" Arimbi beranjak dari sofa. Ia akan memeriksa seantero kamar terlebih dahulu. Ia takut kalau ada barang-barang yang tertinggal di dalam hotel. Ia memang kerap mengecek dua kali setiap kali ia akan meninggalkan hotel atau di mana pun tempat ia menginap. Dengan begitu ia baru bisa check out dengan tenang.


"Orang tua saya juga orang tua kamu sekarang, Rimbi. Kamu lupa kalau kita sudah menikah?"


Ya Allah. Salah lagi... salah lagi. Astaga, ia ngedumel lagi. Padahal tadi ia baru saja berjanji pada diri sendiri, kalau ia akan berubah.


"Kita bersiap-siap ke rumah orang tua kita ya, Mas?" Arimbi mengeja kalimatnya pelan-pelan. Ia takut salah omong lagi.


"Iya. Kita akan ke sana. Tapi  sebelumnya kita akan mendiskusikan beberapa hal dulu."


Tadi membicarakan beberapa hal. Dan sekarang mendiskusikan beberapa hal. Berarti yang akan dibicarakan ini lebih serius sifatnya bukan?


"Iya, Mas. Bilang saja. Saya akan mendengarkan baik-baik." Arimbi berusaha memfokuskan diri dengan menatap Ganesha lurus-lurus. Kebetulan saat ini Ganesha juga tengah menatapnya dalam-dalam. Akibatnya tatapan mereka berdua bertabrakan di udara. Arimbi yang tidak nyaman ditatapi dengan tajam, mengalihkan pandangannya. Ia jadi merasa seperti anak sekolah lagi, dan tengah menghadapi guru BK yang galak. Ia jiper.


Ganesha mendecakkan lidah. Arimbi ini selalu saja  tegang apabila berhadapan dengannya, tidak ada cocok-cocoknya menjadi istrinya bukan?


"Oke. Sekarang kita blak-blakan saja. Kamu ingin bekerja di bagian apa dan di mana? Yang pasti tidak di kantor pusat, di mana saya berkantor di sana. Walaupun saya adalah pemilik perusahaan, tetapi peraturan tetaplah peraturan. Di mana salah satu bunyinya adalah, suami istri tidak boleh satu kantor."


Arimbi melongo. Ini Ganesha ngelindur atau bagaimana? Mengapa pembicaraan pribadi tiba-tiba berubah menjadi urusan kantor? Padahal kantor mereka jelas berbeda. Ganesha adalah pemilik perusahaan otomotif PT Caturangga Sarana Indomobil, dengan anak cabang yang tersebar di beberapa provinsi. Sementara dirinya adalah anak owner waralaba beberapa minimarket yang dikelola oleh ayahnya. Jenis pekerjaan mereka berbeda, dan tentu saja kantor mereka berbeda bukan? Arimbi bingung.


"Tapi kamu tidak usah khawatir. Saya dan ayah telah memutuskan akan menempatkanmu di dua kantor cabang. Yaitu cabang Gatot Subroto dan cabang MT Haryono. Karena kami menilai dua daerah itu lokasinya lebih dekat dengan rumah yang akan kamu tinggali nanti. Nah kamu mau ditempatkan di kantor cabang mana?"


Arimbi makin bingung. Ganesha membicarakan apa ini? Memintanya memilih kantor dan jabatan? Perasaan sebelumnya mereka tidak pernah membicarakan masalah pindah kantor? Lagi pula, kalau ia pindah kantor, siapa yang akan membantu ayahnya mengurus bisnis waralaba ayahnya yang lumayan banyak. Ayahnya sudah tua. Tidak seteliti dan sesehat dulu lagi.


"Tunggu... tunggu... Mas Esha  ngomong apa sih? Meminta saya memilih jabatan dan kantor? Memangnya siapa yang pindah kantor, Mas? Saya tetap harus membantu ayah saya di mini market. Saya tidak mungkin meninggalkan ayah saya bekerja sendiri." Arimbi mencoba memberi pengertian kepada Ganesha.


Ganesha mengerutkan keningnya. "Sekarang, jadi saya yang bingung. Setelah menikah, bukannya kamu ingin bekerja pada perusahaan suamimu? Entah itu suamimu Seno atau saya. Koreksi kalau saya salah."

Akhirnya, pria itu memutuskan akan mengorek keterangan sedetail mungkin.


"Siapa yang bilang begitu? Saya tidak pernah ingin bekerja di perusahaan suami. Entah suami saya itu Seno atau Mas Esha. Berpikir ke arah sana pun saya tidak pernah, Mas." 


Ganesha menyadari kebingungan Arimbi. Seketika, tatapan pria itu semakin tajam.

"Benar kamu tidak pernah bilang kalau kamu ingin bekerja di perusahaan Caturranga setelah kamu menikah? Ingin mendapatkan saham sekian persen sebagai seorang Nyonya Caturrangga dan menjadi wania karir?"


Komen (5)
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
kasian sama Arimbi tapi bikin ngakak juga kalau Ganesha lagi ngomel ......
goodnovel comment avatar
Uswatun Maghfirah
buka kuncinya dooong
goodnovel comment avatar
Uswatun Maghfirah
udah beli koin masih terkunci pula
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status