Beranda / Romansa / Mempelaiku Bukan Kekasihku / 02. Pelarian yang Sia-sia

Share

02. Pelarian yang Sia-sia

Penulis: Teha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-10 12:44:26

"Kamu pikir kamu hebat, Theodora?Apa yang kaulakukan ini sia-sia saja. Jika Xander mau, ia bisa dengan mudah menemukanmu, dan kau bisa bayangkan hal buruk apa yang bisa ia lakukan terhadapmu."

Ucapan pedas itu terlontar dari seorang wanita muda yang di duduk di hadapan. Dialah Judith, sahabat sekaligus sosok yang membawaku lari dari pesta pernikahan sialan itu.

Berkat bantuannya aku bisa bersembunyi di rumah mendiang neneknya di luar kota, yang kuyakin tak diketahui oleh siapapun, termasuk keluargaku.

"Jud, bagaimana bisa kau malah membela Xander ketimbang sahabatmu sendiri? Kau tidak lihat berita di televisi itu? Xander patut mendapatkannya, setelah apa yang dilakukannya kepadaku," gerutuku sedikit sewot.

Padahal aku sedang tertawa puas, karena kekacauan di pesta pernikahan terkutuk itu. Xander pasti malu, sebab ada banyak kenalan dan rekan bisnisnya yang melihat. Bahkan para wartawan telah menjadikannya berita heboh di televisi maupun portal berita online. Aku sungguh puas, eh, Judith malah merusak mood-ku.

'Alexander Noah Smith, sang pengusaha tampan yang fenomenal dipermalukan oleh mempelai wanitanya yang kabur di pesta pernikahan mereka,' begitu judul utama beritanya. Sudah selayaknya pria licik itu menuai rasa malu akibat konspirasi yang telah dilakukannya.

"Jangan gila, Theodora! Percayalah, kesenanganmu ini hanyalah sesaat." Judith menatapku tajam, tak goyah karena omelanku.

Ia pun menyebutkan bahwa suamiku punya reputasi sebagai pebisnis bertangan dan berhati dingin. Dengan kekuasaan yang dimilikinya takkan sulit bagi Xander untuk menemukanku, dan tak terbayangkan apa yang akan dilakukannya nanti.

"Biar saja! Theodora Norah Wilson tak gentar menghadapi lelaki tukang tipu," sahutku pongah, sembari menepuk dada penuh kepercayaan diri.

"Smith, sayang, nama keluargamu sekarang bukan Wilson lagi. Ingat kau sudah menjadi istri Tuan Xander Smith, bukan lagi anak perempuan Tuan Reynold Wilson," celetuk Judith sambil terkekeh, menghantamkan fakta bahwa aku telah terikat pernikahan dengan seorang pria.

"Ah, sialan kau, Jud!" seruku karena tak mampu menyangkal ucapan sahabatku itu.

Kata-katanya sangatlah benar. Kesenanganku bermain kucing-kucingan dengan Xander takkan bertahan lama.

Sesungguhnya aku gentar memikirkan apa yang akan Xander lakukan saat dia menemukanku nanti. Belum lagi kemarahan ibuku, si tukang ngomel.

Dan seperti perkiraan Judith, Xander memang memiliki kekuasaan. Bila di hari pertama berita-berita di media massa menyudutkan dirinya, menyebutkan betapa dirinya dipermalukan, maka di hari kedua keadaan langsung berubah.

"Sang pengusaha, Alexander Smith menunggu pengantin perempuan yang dicintainya untuk kembali, dan membicarakan kesalahpahaman di antara mereka," tutur seorang pembaca berita di televisi.

Lalu muncul wajah Xander yang diwawancarai dengan wajah mendung, menceritakan bagaimana ia menyesali tindakanku, dan seterusnya, drama yang begitu membosankan.

"Dasar pria tak tahu malu!" dengusku seraya menekan tombol remote control untuk mematikan televisi.

Judith memandangku dengan senyum terkulum. Ah, dia seperti ahli nujum saja!

Berada di rumah ini sama sekali tidak seru, tak ada hal asyik yang bisa kulakukan. Ponselku sengaja kumatikan, agar orang di rumah tidak bisa mendeteksi keberadaanku. Aku sudah bersusah payah melarikan diri, sia-sia dong, kalau harus tertangkap oleh mereka dengan mudahnya.

Pun ketika aku mencoba untuk menelepon Alex, aku meminjam ponsel Judith. Namun, seperti yang sudah diperkirakan, nomornya tidak bisa dihubungi.

"Sialan banget, Alexander kuadrat itu!" gerutuku setelah berkali-kali gagal terhubung dengan Alex.

"Sudahlah, Thea! Alex sudah menjualmu kepada sepupunya, demi menyelematkan nyawanya sendiri, masa dia masih berani exist? Palingan mantan kekasihmu itu telah bersembunyi di kolong jembatan," cakap Judith sekenanya.

Aku sungguh putus asa. Dan malangnya, nasib buruk masih setia berada di pihakku.

Siang itu, hampir seminggu setelah pelarianku, kudengar kabar buruk yang berasal dari rumah orang tuaku.

"Thea, kau harus pulang, ayahmu sakit keras," lontar Judith begitu melihatku. Ia mengacungkan ponselnya ke hadapanku. Ada berita tentang ayah mertua Xander yang terkena serangan jantung.

Aku terperangah, dan hatiku sangat galau.

Aku tahu ayahku bertubuh tambun, dan memiliki riwayat penyakit jantung. Namun, mengapa harus sekarang dia kambuh?

Bagaimana kondisinya? Parahkah? Ia masih bisa bertahan, 'kan?

"Pulanglah," kata Judith menyadarkanku kembali. Matanya memandangku penuh keprihatinan. "Kuantar, ya. Kamu tak mungkin sanggup pulang sendiri."

Aku mengangguk samar. Seperti mimpi Judith membantuku menyiapkan diri, dan segera mengantarku pulang ke rumah keluarga Wilson.

Aku telah berhasil kabur dari pernikahan yang tak kuinginkan, tetapi hanya dalam waktu seminggu aku terpaksa kembali ke rumah orang tuaku.

***

"Apa kabar, istriku? Welcome home!"

Pria bertubuh jangkung itu berdiri dan menyambutku dengan senyuman lebar di bibirnya. Suaranya memang terdengar ramah, tetapi sorot matanya jelas tak demikian.

Netranya seolah mencemooh, 'Lihatlah! Pada akhirnya kau kalah, Theodora.'

Sudah bisa kuperkirakan bahwa Xander akan berada di rumah orang tuaku, khususnya setelah mendengar kepulanganku untuk menemui ayahku yang sakit.

Ah, syukurlah keadaan Ayah tak begitu buruk, bahkan segera membaik begitu aku pulang. Sempat kupikir ia hanya berpura-pura sakit, tetapi wajah pucatnya serta napas yang tersengal-sengal menepis semua pikiran jahat itu. Ia memang sakit.

"Kau senang bukan, menyaksikan ibuku memarahiku, dan lebih membelamu?" sahutku dengan nada sinis.

Xander tertawa. Suaranya terdengar begitu riang, dan kedua matanya menyipit, menampilkan garis tawa yang manis. Di saat begini Xander tak lagi terlihat jahat, bahkan ia semakin tampan saja.

Ah, apa yang kupikirkan? Cepat-cepat kupalingkan muka agar tak lagi melihatnya. Tak seharusnya aku mengaguminya, pesonanya palsu, ia lebih patut untuk dibenci.

"Eheemm!" Aku berdeham cukup keras. Xander berhenti tertawa, dan perhatiannya kembali tertuju kepadaku.

Sepanjang perjalanan pulang bersama Judith tadi, aku memikirkan hal ini matang-matang. Pernikahan penuh konspirasi yang kami jalani tak bisa berlanjut. Dan bila bukan aku yang meminta, aku tak yakin pria ini akan berniat mengakhirinya.

Gugup, tapi aku memberanikan diri untuk mengutarakan maksudku dengan serius.

"Kita tak saling mencintai, Xander," mulaiku," ceraikan saja aku. Kau bebas menikah dengan perempuan lain yang kausukai, yang mau menuruti semua kemauanmu."

Hufft! Kuhembuskan napas lega. Pria itu harus tahu, walaupun ia kaya, punya banyak harta, tapi tak semua hal bisa berjalan sesuai keinginannya.

"Hah!" Xander tersenyum tipis dengan pandangan mencemooh.

Tak terduga pria itu berjalan cepat ke arahku, aku tak siap, dan harus berjalan mundur, hingga punggungku tertahan oleh tembok.

Xander mengungkungku dengan kedua lengan di samping bahuku. Tubuhnya yang menjulang dan berotot menimbulkan kegentaran. Aku tersudut, namun dengan dagu terangkat kutatap matanya sengit. Ini perang!

"Kaupikir semudah itu, setelah kau mempermalukanku di pesta pernikahan kita?" desisnya penuh dendam.

Telunjuknya menyentuh daguku sembarangan. Aku menepis jari kurang ajarnya itu. Ini bahaya, wajahnya sangat dekat dengan wajahku, bahkan aku bisa melihat iris mata indahnya yang berwarna hazel.

Keyakinan yang kubangun runtuh, tatkala pria itu kembali berucap dengan suara yang begitu mengancam. "Jangan bermimpi tentang perceraian, Theodora, karena kau kan tetap menjadi istriku, dan membayar akibat dari perbuatanmu sendiri!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   60. Suami Modus (Bab Terakhir)

    "Nakal sekali kamu!" Kutumbuk pelan lengan sahabatku yang otaknya sanggup memikirkan ide-ide random tapi kreatif itu. "Itu sangat tidak perlu, Jud, sebab suamiku sebenarnya sangat berjiwa modus."Selama berbulan-bulan aku memendam perasaanku sendiri, dan bertanya-tanya bila Xander juga mencintaiku, kadang tersipu-sipu atas sikap manisnya, dan di saat lain frustasi karena sikap dinginnya, padahal dalam kenyataan Xander-lah yang lebih dahulu menyukaiku."Hmm, sebenarnya hal semacam ini sudah kuduga, sih," sahut Judith dengan tampang sok tahu. Saat itu wajahnya terlihat sangat konyol sehingga alih-alih mencemooh, aku justru menertawakan tampang lucunya.Xander di masa kuliah yang kukenal dahulu terkesan sangat berbeda dari Xander sang pengusaha yang kutemui di hari pernikahan kami, sehingga aku sempat mengira kepribadiannya telah berubah.Padahal itu semua adalah bagian dari upaya serta modusnya untuk memenangkan hatiku. Mulai dari pernyataan tentang hukuman, permintaan untuk berakting me

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   59. Pria Italia

    "Kemarin kau bilang Vanessa orangnya perhitungan, sekarang malah justru aku menyaksikan kakak lelaki Vanessa bersikap jauh lebih perhitungan. Benar-benar, ya, kakak adik sama saja!" Kulirik Xander dengan apa yang orang sebut sebagai bombastic side eye.Xander tertawa, lalu dengan liciknya menyahut, "Kalau kau tidak suka kita bisa langsung pulang -""Eh, jangan! Sudah sampai sini masa langsung pulang sih?" Sebelum didahului oleh suamiku yang selalu bertindak ala seorang gentleman, aku bergegas membuka pintu mobil, keluar, dan berjalan mendahuluinya ke rumah yang kami tuju sambil cengar-cengir.Lebih baik melarikan diri sebelum Xander menggangguku lebih lanjut, atau malah betulan membawa kami pergi dari tempat ini.Suamiku memang se-sweet itu sampai-sampai saat kami pergi berdua dirinya selalu membukakan serta menutupkan pintu mobil untukku. Di dalam rumah pun kadang ia masih membukakan pintu untukku, sampai aku memarahinya karena ia ingin membukakan pintu toilet juga sewaktu aku kebelet

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   58. Utang Budi

    "Memangnya apa lagi? Sudah jelas karena Xander adalah pria yang lebih baik dari Alex; tampan, kaya, mandiri, bertanggung jawab, dan yang pasti menyayangimu," cerocos ibuku. "Bahkan Ibu sudah melihat sendiri sekarang kau juga ....""Ibu, tolong!" Kuhardik ibuku dengan mata melotot, ia membalas dengan lirikan masam. Biar saja masam, yang penting Bu Agatha Wilson tak melanjutkan omong kosongnya itu."Ibu," panggilku lebih lembut, "aku tahu ibuku ini adalah wanita yang keras, galak, suka mengomel, atau apalah.""Enak saja kau menyebut Ibu seperti itu." Ibuku bersungut dengan bibir komat-kamit."Tapi aku tahu," potongku tak mengalah, "Ibu adalah ibu terbaik yang kumiliki, yang menyayangi serta mendidik anak-anak untuk menjadi orang yang jujur."Kuingatkan dirinya tentang nilai-nilai luhur yang selalu ia ajarkan kepadaku dan Theo agar tidak menyontek, tidak mengganggu teman, dan tidak berbohong."Iya, aku memang telah menikah dengan Xander, dan benar, kami telah menemukan kebahagiaan dalam

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   57. Whatever

    "Mengapa kita ke mari, Xander? Kau mau kita membeli oleh-oleh untuk Ayah Ibu? Atau ... membelikanku lebih banyak kukis dan kue?" Mataku berbinar senang sekaligus penasaran saat mendapati mobil yang membawa kami berdua berhenti di depan Whatever Bakery, toko kue dan kukis favoritku.Siang ini kami berencana mengunjungi orang tuaku di Hazelton. Selama ini kami berkomunikasi lewat telepon atau panggilan video. Sudah lama aku ingin menengok mereka, tetapi Xander baru sempat sekarang. Suamiku melarangku pergi sendirian, dengan dalih aku tengah hamil, makanya aku harus menunggu sampai Xander punya waktu untuk pergi."Dua-duanya boleh," sahut Xander sembari membukakan pintu mobil untukku."Terima kasih." Kubalas kebaikannya dengan senyuman manis. Bergandengan tangan kami berjalan menuju toko.Aroma kue yang menyenangkan menyapa penciuman kami begitu kami memasuki bangunan itu. Serta merta waitress yang bertugas menyambut kami dengan keramahan luar biasa. "Selamat datang, Tuan dan Nyonya Smith

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   56. Tak Akan Meminta Maaf 

    "Awalnya aku tidak mau," ucapnya terus terang. Sebagai seorang pebisnis yang memiliki citra bersih, serta selalu bermain adil, Xander menolak tawaran untuk menikahi calon istri sang sepupu. Namun, pada akhirnya ia merasa kasihan kepadaku."Kasihan?" tanyaku sedikit bingung. "Jika kau merasa kasihan, harusnya kau tak perlu menikahiku. Lunasi saja utang Alex, lalu kau buat perhitungan dengannya, seumur hidup, bila perlu."Meskipun pada akhirnya pernikahan kami telah mencapai titik sepakat, dan kami bahagia bisa hidup bersama, kemungkinan semacam itu lebih masuk akal. Toh mereka masih kerabat, orang tua mereka pun bisa dilibatkan.Xander tersenyum sedih. "Masalahnya tak sesederhana itu, sayang." Dengan lembut dibelainya pipiku. "Aku juga menyarankan agar dirinya membatalkan pernikahan itu, tetapi Alex terus mendesakku untuk menikahimu. Ketika akhirnya sepupuku berhenti memaksa, ia mengatakan bahwa kalian akan tetap menikah seperti rencana semula."Xander panik, pendiriannya goyah. Ia tahu

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   55. Pillow Talk 

    "Xander, tak bisakah kau melihat perasaanku dari perhatian yang kuberikan kepadamu selama ini? Juga bagaimana wajahku tersipu-sipu karena rayuan gombalmu, tak bisakah kau lihat itu?" Mataku menatapnya dengan perasaan terluka yang kurekayasa agar terkesan dramatis.Namun, Xander menanggapinya dengan serius. Ia mendesah berat, seolah hidupnya penuh dengan masalah pelik. Aku jadi sedikit merasa bersalah, tapi lagi-lagi ia terlihat menggemaskan, sampai-sampai aku nyaris gagal berakting."Thea, bahkan seorang pria paling percaya diri sekalipun perlu diyakinkan bahwa wanita yang dicintainya memiliki perasaan yang sama. Kau sendiri sering menggerutu bahwa aku ini kurang peka," keluh Xander dengan wajah semakin murung.Oh, tidak! Ini terlalu lucu. Kami seakan mengulang percakapan beberapa menit lalu di saat Xander menanyakan perasaanku. Interaksinya mirip, hanya saja fakta bahwa Xander menyebutkan ketidakpekaan di pihaknya membuat keseriusan pembicaraan ini buyar."Ahahahaha!" Aku tertawa terb

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status