Share

8. Menelusuri Jejak Aslan

Ternyata pertemuan tak terduga itu membuat Anggi sangat terluka. Dia berharap Aslan mengejarnya dan menanyakan keadaannya, ternyata tidak. Wajah tampannya yang bringasan dan tampak badung terus lekat di ingatannya.

"Aku harus menemukan dia, aku harus bicara, aku ingin menampar wajah brengseknya ... hanya untuk menamparnya saja," lamunannya.

"Pak Yusuf, pulanglah, aku pulang kuliah naik taksi saja," perintah Anggi kepada Yusuf sopir pribadi Anggi. 

"Tapi Non, nanti saya dimarahi Oma," jawab Yusuf khawatir.

"Ya udah Pak Yusuf pulang dulu, nanti kalau aku waktunya pulang tak telepon," ujar Anggi.

"Baik saya pulang, saya menunggu telepon dari Non Anggi, hati-hati, Non," jawab Yusuf berpesan.

"Jangan khawatir Pak Yusuf," jawab Anggi.

Yusuf pun pergi masuk mobil dan melajukan mobilnya keluar kampus. Anggi memanggil taksi on-line lewat aplikasi, sebentar kemudian taksi pun datang.

"Jalan Diponegoro no 56," ujar Anggi kepada sopir taksi.

"Baik, Mbak," jawab sopir sopan.

Sopir melajukan taksinya setelah Anggi masuk dan duduk di bangku belakang. Diam-diam Anggi ingin mendatangi rumah Aslan tanpa sepengetahuan omanya. Karena Oma Gina tidak menginginkan pertanggungjawaban Aslan, lantaran Aslan anak ingusan.

"Tunggu sebentar Pak, saya cuma bertemu orang sebentar," pinta Anggi kepada sopir taksi sebelum ke luar.

"Baik Mbak," jawabnya tegas.

Anggi turun dari taksi, dia mengamati sebentar rumah mewah bernuansa putih bersih dengan halaman luas. Ini pertama kalinya Anggi tidak silau mendatangi rumah semewah itu. Kalau dulu mungkin untuk mendekat saja  silau apalagi masuk. Rumah Oma Gina tiga kali lebih mewah dan lux daripada rumah Aslan.

Sengaja Anggi tidak mau diantar sopir agar tidak terkesan orang hebat. Penampilan tetap sederhana meskipun di tubuhnya menempel barang-barang branded.

"Cari siapa, Mbak?" tanya satpam yang datang menghampirinya.

"Bisa bertemu Aslan, Pak?" tanya Anggi sopan.

"Mbak siapa dan ada keperluan apa?" tanya satpam.

"Saya Anggi, temannya," jawab Anggi berbohong.

"Pasti bukan teman sekolah, kalau teman sekolah tidak mungkin sampai tidak tahu keberadaannya," ujar satpam menyelidik.

"Saya temannya saat di SMP, Pak," jawab Anggi berbohong lagi.

"Makanya tidak tahu kalau Mas Aslan pindah sekolah ke London," jawabnya.

"Apa, dia pindah ke London? Saya baru bertemu beberapa hari yang lalu bersama kedua orang tuanya, Pak," sahut Anggi seolah tak percaya.

Pertemuan tidak sengaja saat itu adalah pertemuan terakhirnya. Entah bisa bertemu lagi atau tidak yang jelas Anggi tidak akan lagi berharap.

"Kenapa dia pindah sekolah, Pak?" tanya Anggi penasaran.

Dhin ... Dhin ... Dhin! Suara klakson mobil meminta dibukakan pintu.

"Siap Nyonya," teriak satpam sambil berlarian membuka pintu gerbang.

Mobil bergeser masuk setelah pintu dibukanya. Tampak seorang wanita cantik keluar dari mobil.

"Siapa dia, Parno?" tanya Widya kepada satpam.

"Saya temannya Aslan, Tante," jawab Anggi.

"Teman yang mana? Teman sekolah? Aku kok nggak pernah lihat ya?" ujar Widya menyelidik.

"Saya Anggi, Tante," kata Anggi sambil memberikan tangannya untuk berjabat tangan.

"Anggi?" panggilnya lirih sambil mengingat-ingat.

"Apakah Anggi istri siri Aslan itu? Bagaimana dia tahu rumah ini? Kalau rumahnya kampung kenapa penampilannya beda banget bahkan perhiasannya berlian, asli nggak ya itu? Itu tas branded, asli apa KW sih, sepatu, jam tangan, semua yang di pakai berkelas," batin Widya sambil menyelidi dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Widya tidak menyambut uluran tangan Anggi, dengan santai Anggi pun menarik tangannya.

"Apakah kamu Anggi istri bohongannya Aslan? Gadis ganjeng yang mencoba menggoda anakku? Gara-gara kamu Aslan dikeluarkan dari sekolah SMA Nusantara. Pasti kamu juga yang menyebarkan video pernikahanmu itu kan?" tuduh Widya ketus.

"Aku istri beneran bukan bohongan, dan aku gadis baik-baik yang diperkosa anak manja kesayangan Tante. Mengenai video itu bahkan aku tidak pernah melihatnya. Kalau memang itu benar, sukurin dia pantas mendapatkannya," ketus Anggi.

"Dasar gadis brengsek, pasti kamu sengaja mendekati anakku demi uang kan?" hujat Widya.

"Ternyata kelakuan Aslan mencontoh mamanya ya, kasihan dia," umpat Anggi kemudian pergi.

"Gadis gila!" teriak Widya mengiringi kepergian Anggi.

"Bagaimana dia tahu rumahku sih? Ini bahaya kalau saja Aslan tahu dia pasti akan mengejarnya. Kemarin bertemu di perempatan Jalan Ahmad Yani berarti bener dia. Tapi dia bersama siapa?" batin Widya.

Anggi kembali naik taksi balik ke kampus tapi sebelumnya dia mampir ke SMA Nusantara. 

"Ini SMA Nusantara, Mbak," ujar sopir taksi.

"O jadi ini sekolah Aslan, besuk aku akan menemui Roy Sutesa untuk menanyakan tentang Aslan, apa yang terjadi sebenarnya," batin Anggi.

"Tidak turun, Mbak?" tanya sopir taksi.

"Tidak Pak, kita langsung ke kampus saja," jawab Anggi.

"Baik, Mbak."

Baru saja mobil distater, ada dua orang siswa lelaki lewat dekat taksi.

"Berhenti dulu, Pak!" teriak Anggi tiba-tiba.

Sopir taksi segera mematikan mesinnya, untung mobil belum bergerak. Anggi keluar dari taksi dengan penasaran dan ragu takut salah.

"Roy!" panggil Anggi dengan ragu. "Benarkah kamu Roy?" lanjutnya.

"Iya?" sahut Roy terkejut.

Dia sontak berhenti, dan menoleh. Sesaat Roy terperanjat dan terpaku seolah tak percaya. 

"Apakah kamu Anggi?" tanyanya ragu.

"Iya, kamu masih ingat bukan?" jawabnya pelan.

"Bagaimana kamu sampai di sini, Anggi? Kamu mencari Aslan ya? Dia dikeluarkan dari sekolah ini," Roy mengungkapkan.

"Kenapa memangnya?" tanya Anggi datar, pura-pura tidak tahu.

"Gara-gara Bagus menyimpan video pernikahan kamu, akhirnya kecolongan dan jadi viral. Akhirnya Aslan dikeluarkan dari sekolah," Roy menjelaskan.

"Jadi Bagus mengabadikan moment itu? Bolehkah aku minta foto maupun video itu, Roy? Aku ingin menunjukkannya kepada nenekku agar beliau tidak memaksaku menikah lagi," ujar Anggi berbohong.

"Kita tukeran nomer telepon, Anggi, nanti aku kirimi bila sudah dapat dari Bagus," janji Roy.

Akhirnya mereka berdua saling bertukar nomor telepon. Roy sedikit heran dengan penampilan Anggi yang jauh berbeda, tidak seperti saat di kampung. Setelah berbincang-bincang sebentar Anggi pun ijin pulang. Anggi harus kembali ke kampus karena harus segera masuk kelas.

***

Seiring waktu berjalan perut Anggi pun mulai membuncit. Oma Gina memproteksi cucu kesayangannya dengan ketat. Dua bodygard dan seorang sopir pribadinya selalu menjaga dan mengawasinya. Apalagi saat di luar rumah, terkadang Anggi merasa tidak nyaman tapi dia tidak berdaya dengan kehendak Oma Gina. 

"Yusuf, hati-hati membawa cucuku, jangan ngebut!" pesan Oma Gina kepada Yusuf.

"Oma, tidak perlu bawa bodyguard, apa Oma tidak takut kalau aku jatuh cinta sama bodyguard kayak bunda?' kelakar Anggi.

"Aku yakin kamu tidak akan melakukan itu, itu bedanya kamu sama bundamu. Lagian untung bodyguardmu sudah beristri semua kalau tidak bahaya juga ya?" jawab Oma Gina berkelakar juga.

"Lagian bodyguard Oma yang dikasih untukku udah tuwir-tuwir, nggak asik!" ujar Anggi sambil ngekeh. "Udah berangkat dulu Oma" pamit Anggi kemudian sambil mencium punggung tangan Oma Gina.

Anggi masuk mobil dan melambaikan tangan kepada Oma Gina. Dan Oma Gina membalasnya dengan tatapan bangga.

Bagaimana Anggi menyambut kelahiran buah hatinya?

Bersambung ...

.

Roesaline

Terima kasih telah mampir ke karya kami. Jangan lupa untuk memberi vote dan tinggalkan komentar 🙏

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status