Menaklukkan Dosen Killer

Menaklukkan Dosen Killer

Oleh:  Roesaline  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
33 Peringkat
22Bab
3.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Anggi mengalami trauma dan dendam yang mendalam pada masyarakat sekitarnya. Ibundanya dibakar hidup-hidup di depan matanya karena difitnah punya ilmu hitam, pelet dan santet. Kalau saja pada saat itu Anggi tidak ditolong pemuda bernama Aslan, dia pun akan bernasib sama seperti ibundanya. Tapi ternyata Anggi lolos dari lubang buaya bahkan masuk kandang harimau, dia diperkosa. Akhirnya masyarakat menggerebeknya, dan dia dinikahkan secara paksa. Keesokan harinya Aslan harus kembali ke kota tanpa ada rasa bersalah. Lima tahun kemudian, ada dosen baru di kampusnya, dosen yang cantik tapi killer. Menggandeng dua bocah kecil kembar, wajahnya mirip sekali dengan Aslan. Siapakah dosen itu? Bagaimanakah kisah cinta Aslan?

Lihat lebih banyak
Menaklukkan Dosen Killer Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Galuh Arum
crtanya bagus kak lanjutkan , belum baca semua sih tetep semangat
2022-02-21 22:14:44
0
user avatar
Cathalea
nice story, kak. semangat up ya
2022-02-07 00:16:30
0
user avatar
Tanty Longa
Cerita yang sangat menarik, ide ceritanya sangat langkah tetapi sukses membuat pembaca merasa kayak realita.
2021-11-12 16:00:23
0
user avatar
Humairah Samudera
Bintang Lima untuk Menaklukkan Dosen Killer. Semoga sukses selalu. Saya suka cerita ini, luar biasa.
2021-10-29 03:23:08
0
user avatar
Fantazia
Next kak, bikin penasaran. Seru banget!
2021-10-17 22:50:22
0
user avatar
Jasmine
Anggi mentalnya bener-bener baja ini...menarik kk..lanjut^^
2021-10-17 22:39:40
0
user avatar
Amanda Syiefa
Waah menarik nih ada dosen cantik...
2021-10-17 18:50:40
1
user avatar
Rainfall
Lanjut thor. Apakah anggi bakal sama angga atau sama aslan nanti?
2021-10-17 17:12:48
0
user avatar
Cadburry♥
Seruuuu, mangats kaka^^
2021-10-17 00:47:31
0
user avatar
Purpelo
Next kka, ceritanya seru juga, bikin penasaran. cepet update nya ya kak
2021-10-16 22:19:55
0
user avatar
Faver
Dosen killer. Woww.. lanjutkan kak
2021-10-16 22:05:16
0
user avatar
Rai Seika
Keren kak, penasaran kelanjutannya. semangat nulisnya
2021-10-16 22:04:27
0
user avatar
Diganti Mawaddah
Done, Bunda. Semangat update-nya
2021-10-16 21:55:12
0
user avatar
Kikyo de Kira
Nah, penasaran gimana cara menaklukkannya
2021-10-15 15:42:13
0
user avatar
Wafa Farha
Wah managatsss Kak
2021-10-15 06:46:14
0
  • 1
  • 2
  • 3
22 Bab
1. Tragedi Yang Membekas
Dari jauh Anggi melihat halaman rumahnya dikerumuni warga. Dengan hati penasaran, Anggi mengayuh sepedanya semakin cepat. Sontak Anggi membanting sepeda dan melempar tas sekolahnya dan berlari menghampiri kerumunan."Bundaaaa!" teriaknya histeris.Melihat Rahma yang bersimpuh di tanah dengan rambut yang acak-acakan. Telur busuk membaluri wajah dan tubuh Rahma. Juga beberapa luka karena timpukan batu dari orang-orang yang mengelilinginya. Air mata Rahma mengucur deras di pipinya yang lebam penuh luka. "Pergilah, Anggi, cepat!" perintah Rahma berteriak."Tidak Bunda, aku harus menolong, Bunda!" teriak Anggi menjawab."Ini calon pewarisnya!" teriak salah seorang warga sambil memukul Anggi hingga tersungkur."Auh!" teriak Anggi yang tersungkur."Anggiiii, cepat pergi!" teriak Rahma lagi  di sela-sela tangisnya.Anggi dan bundanya saling berpandangan, sakit di tubuh Anggi karena luka tidak seberapa dibanding sakitnya meli
Baca selengkapnya
2. Terpaksa Menikah
Antara sadar dan tidak, semua seperti mimpi. Anggi berusaha menyengkal tubuh Aslan yang mulai menindihnya. Tapi Anggi tidak memiliki kekuatan, tubuhnya serasa terpaku tak mampu bergerak. Hati Anggi berontak, tapi tubuhnya tiada daya. Aslan mulai melucuti satu-persatu bajunya. Dengan tanpa perduli tubuh Anggi yang sedang demam dan menggigil kedinginan. Air mata Anggi mengucur deras dari sudut matanya. "Jangan ... jangan!" desah Anggi lirih hampir tak terdengar, tapi justru Aslan semakin kesetanan. Mata Anggi terbelalak, seolah tak percaya dengan apa yang dilakukan Aslan malam ini. Dengan kepasrahannya dia menggigit kuat bibir bawahnya menahan sakit hatinya. Seperti tidak punya hati Aslan terus mereguk kenikmatan itu. Akhirnya dia terkapar setelah melepaskan geloranya yang tak terbendung. Setelah sadar dengan apa yang telah  dilakukan, Aslan mengutuk dirinya sendiri. Kepalanya dipukul-pukul dengan bogemnya sendiri meratapi penyesala
Baca selengkapnya
3. Aslan Kembali Ke Kota
Kini Aslan dan Anggi sudah sah menjadi suami istri. Bagi Aslan maupun Anggi pernikahan yang dilakukannya tadi hanyalah sebatas syarat agar lolos dari tuntutan massa. Bagi mereka pernikahan tadi belum mempunyai arti yang dalam di dalam kehidupnya. Berbagai tekanan berat belum bisa terhapus dalam ingatannya barang sekejap pun. Akhirnya kedua temannya pulang dengan naik ojek ke perkemahan. Sedang Aslan mengendarai motor berboncengan dengan Anggi. Sepanjang perjalanannya mereka berdua saling diam tanpa bicara. Mereka berkeliling tanpa tujuan.  Akhirnya Aslan memarkirkan motornya di pinggir telaga. "Kita harus bicara sebentar, Anggi," ujar Aslan sambil duduk di bangku di pinggir telaga. "Aku tidak tahu makna pernikahan tadi buat kita. Aku dan kamu masih muda dan masih pelajar. Untuk membina rumah tangga aku masih belum siap. Menurut kamu, aku harus bagaimana, Anggi?" ungkap Aslan sedih. "Aku harus pulang  kemana, Aslan? Aku tidak
Baca selengkapnya
4. Siapakah Oma Gina?
Anggi mulai digelandang masuk oleh pasukan berseragam. Seorang wanita tua sekitar 60 tahun umurnya sedang duduk di meja makan."Ini dia, Nyonya!" seru kedua lelaki berseragam itu menahan tangan Anggi  dengan kuat."Lepaskan dia!" perintah nenek itu dengan dingin dan datar."Siapa lagi kamu? Apa yang kamu inginkan dariku? Apa kamu juga ingin membakar aku hidup-hidup seperti yang sudah anda lakukan kepada bundaku? Atau mau lebih sadis lagi? Apa salahku pada kalian? Aku dan bundaku bukanlah orang kejam yang memiliki ilmu hitam. Jangankan membunuh orang lain, membunuh semut pun bundaku tidak tega!" teriak histeris Anggi memerontak."Duduklah, minum susu kurma di depanmu itu! Untuk memulihkan staminamu!" perintah wanita tua itu, Oma Gina."Kamu mau meracuni aku ya? Aku sudah lelah, aku tidak takut mati, jangan khawatir pasti aku minum. Aku ingin secepatnya menyusul bundaku!" hardik Anggi. "Daripada kamu menyiksaku lebih baik dengan cara seperti ini
Baca selengkapnya
5. Foto Pernikahan Anggi dan Aslan
Thok ... Thok ... Thok! Suara pintu kamar Anggi di ketuk. Dia baru saja keluar dari kamar mandi. Dengan bergegas Anggi menghampiri pintu dan membukanya."Iya ada apa, Mbak?" tanyanya kemudian setelah melihat seorang wanita muda mengenakan seragam putih hijau berclemek."Nyonya Besar memanggil Nona Anggi, beliau menunggu di meja makan," jawab asisten rumah tangga.. "Iya sebentar lagi aku keluar, Mbak," jawab Anggi pelan.Semalam Anggi masih belum bisa tidur dengan nyenyak. Trauma pembantaian dengan sadis terus datang menghantuinya. Sontak sesak di dadanya dan ketakutan yang hebat datang menghampiri. Wajah Rahma yang menangis histeris dengan tangan menggapai-nggapai mengharap pertolongan terus lekat di pelupuk mata Anggi.Setelah berdandan sekedarnya dia berjalan keluar kamar menemui Oma Gina. Seorang wanita lansia yang masih tampak kuat dan energik serta tampak dari kalangan darah biru. Rumahnya mewah dan penuh dengan bodyguard maupun pembantu
Baca selengkapnya
6. Anggi Positif Hamil
Wisnu menceritakan tentang foto yang dilihatnya. Dan Aslan mengakuinya, membuat urusan segera selesai tanpa melibatkan Bagus yang sedang menyimpan foto pernikahan mereka.  "Apa yang terjadi Aslan? Bagaimana kamu harus menikahi gadis udik itu? Kamu pasti sedang dijebak, iya kan?" tuduh papanya Aslan dengan geram. "Tidak Papa, aku melakukannya saat gadis itu sedang pingsan. Aku bersalah, makanya aku bertanggungjawab dengan suka rela, Pa, Ma," jawab Aslan dengan pelan penuh penyelasan. "Tidak Pak Guru, ini pasti ada kesalahpahaman," sahut mamanya Aslan sambil mencubit pantatnya Aslan seolah memberi kode agar dia tidak berterus terang. "Jangan bunuh diri bodoh, jangan mengakuinya!" bisik papanya lirih di telinga Aslan. Mungkin rasa bersalahnya yang membuat dia tidak bisa mengelak semua kejahatan yang dilakukannya. Dengan jujur dia menceritakannya bahkan siap dengan resiko apapun. "Ini kriminal, Aslan," kata Junaedi. "Tapi seka
Baca selengkapnya
7. Pengakuan Anggi
Oma Gina mengantarkan Dokter Alex ke luar kamar. Meskipun hatinya hancur Oma Gina bisa menyembunyikannya dari orang-orang. "Musri, antarkan Dokter Alex ke depan!" perintah Oma Gina kepada Musri. "Baik Oma," jawab Musri. Oma Gina kembali menghampiri Anggi yang terpuruk. Dia menangis dan menjambak rambutnya sendiri. "Kenapa ini harus aku alami? Apa salah ku, kenapa penderitaanku semakin lengkap, kenapa?" runtuk Anggi menangis. "Katakan apa yang terjadi?" pinta Oma Gina pura-pura tenang. "Oma, kalau saja pada saat itu aku tidak ditolong seseorang, mungkin aku bernasib sama seperti bunda. Tadinya kukira dia adalah malaikat penolong bagiku ternyata aku salah. Dalam keadaan tak berdaya justru dia menodaiku, Oma. Hiks ... Hiks ... Hiks!" ungkap Anggi diiringi tangisnya yang terisak-isak. Oma Gina sontak ikut menangis dan tangannya meremas penuh dendam. Hatinya sama hancurnya dengan Anggi, hanya saja nenek tangguh itu bisa menelan saki
Baca selengkapnya
8. Menelusuri Jejak Aslan
Ternyata pertemuan tak terduga itu membuat Anggi sangat terluka. Dia berharap Aslan mengejarnya dan menanyakan keadaannya, ternyata tidak. Wajah tampannya yang bringasan dan tampak badung terus lekat di ingatannya. "Aku harus menemukan dia, aku harus bicara, aku ingin menampar wajah brengseknya ... hanya untuk menamparnya saja," lamunannya. "Pak Yusuf, pulanglah, aku pulang kuliah naik taksi saja," perintah Anggi kepada Yusuf sopir pribadi Anggi.  "Tapi Non, nanti saya dimarahi Oma," jawab Yusuf khawatir. "Ya udah Pak Yusuf pulang dulu, nanti kalau aku waktunya pulang tak telepon," ujar Anggi. "Baik saya pulang, saya menunggu telepon dari Non Anggi, hati-hati, Non," jawab Yusuf berpesan. "Jangan khawatir Pak Yusuf," jawab Anggi. Yusuf pun pergi masuk mobil dan melajukan mobilnya keluar kampus. Anggi memanggil taksi on-line lewat aplikasi, sebentar kemudian taksi pun datang. "Jalan Diponegoro no 56," ujar Anggi kepa
Baca selengkapnya
9. Bertemu Angga
Usia kandungan Anggi sudah menginjak 34 minggu, mulai minggu depan dia sudah mulai cuti melahirkan. Selalu menjadi pusat perhatian mahasiswa  lain karena selalu dikawal bodyguard dengan mobil mewahnya. Anggi turun dari mobilnya, seorang mahasiswa dengan motor balapnya berwarna merah melaju di depannya. Karena menghindari Anggi, tak sengaja motor itu masuk dalam lubang yang berisi genangan air hujan. Sontak air itu muncrat dengan hebatnya kearah Anggi maupun mobilnya. "Auh!" jerit Anggi spontan. Motor itupun berhenti, dua bodyguard menghampiri Angga dan menarik krah bajunya bahkan hendak mengganjar dengan bogemnya. Anggi berteriak menghentikannya. "Berhenti! Jangan Pak Karta, ini lingkungan kampus!" pinta Anggi. Angga melepas helmnya, mereka saling berpandangan. Pertemuan yang tak terduga kembali terjadi. Angga terkejut melihat Anggi yang sudah hamil besar. Perlahan dia berjalan mendekati Anggi dengan penuh pertanyaan. Apa yang terjadi saa
Baca selengkapnya
10. Anggi Melahirkan
Setelah sholat subuh Anggi mulai gelisah, perut sejak semalam terasa kaku dan kencang. Padahal dokter merencanakan masih minggu depan untuk caesar. Karena Anggi hamil anak  kembar maka dia harus caesar. Melahirkan normal terlalu banyak resiko, apalagi tensi darah Anggi tidak setabil.  "Anggi, ada apa sayang? Kamu gelisah?" tanya Oma Gina.  "Oma, sejak semalam aku tidak bisa tidur, perutku terasa kencang dan sakit," keluh Anggi manja. "Kita ke rumah sakit sekarang!" ujarnya panik. "Musri ...!" panggil Oma Gina. "Iya Oma?" Musri datang tergopoh-gopoh. "Bantu menyiapkan keperluan kita, kita mau ke rumah sakit. Siapkan sopir juga ya, Musri!" perintah Oma Gina kepada kepala pelayan. "Baik Oma," jawab Musri berlari mencari sopir. Anggi meraih mantel di lemari dan bergegas ke luar dituntun Oma Gina.  Mobil sudah parkir di depan pintu rumah. Anggi dan Oma Gina segera masuk di bangku belakang, dan mobil pun segera me
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status