Home / Romansa / Menantu Bungsu Nyonya Devardo / Chapter 4 - Siapa Vanessa

Share

Chapter 4 - Siapa Vanessa

Author: Dewa Amour
last update Last Updated: 2021-09-16 10:43:05

Pagi itu Isabell masih berada di kamarnya. Karena insiden perhiasan kemarin dia menjadi malas untuk berbaur dengan penghuni Devardo House lainnya.

Wajar saja, Nyonya Devardo sudah menyita semua perhiasannya. Bahkan berlian turun temurun dari keluarganya di ambil pula oleh wanita tua itu.

Ah, Isabell mulai merasa tak nyaman tinggal di rumah suaminya itu. Terlebih Fernando justru lebih memihak pada ibu dan kakak tirinya itu daripada dirinya.

"Menyebalkan!" Isabell bangkit dari tepi ranjang yang ia duduki. Tungkai jenjangnya berjalan menuju jendela yang berseberangan dengan tempat tidurnya. Dipandanginya beberapa orang pelayan yang sedang memetik bunga di taman.

"Isabell." Fernando yang baru memasuki kamar segera memanggilnya dengan membawa wajah cemas dan heran.

Isabell yang sedang bersidekap di tepi jendela hanya menoleh.

"Sayang, kenapa kau masih di sini? Ibu dan Kak Pedra sedang menunggumu di ruang makan untuk sarapan," ucap Fernando sembari berjalan mendekat pada wanita dengan dress selutut tali kecil motif bunga di sana.

Isabell memutar tubuhnya kembali memandangi luar jendela.

"Aku tak ingin turun untuk sarapan. Aku tak lapar," tukas Isabell terdengar abai dan sedikit emosi.

Fernando segera mendekapnya dari belakang. Kedua tangannya di biarkan melingkar pada pinggang ramping istrinya itu, membuat Isabell sedikit terperanjak

"Isabell, apakah kau masih marah pada Ibu dan Kak Pedra?" bisik Fernando lalu mengecup bahu wanita itu dengan lembut.

Isabell memejamkan matanya menahan gejolak yang ada. Antara rasa kesalnya pada Nyonya Devardo dan rasa cintanya pada Fernando. Keduanya terasa imbang dan sulit untuk di bedakan.

"Isabell, aku minta maaf padamu. Tolong maafkan Ibuku dan lupakanlah semuanya," lanjut Fernando.

Kedua tangannya memegang kedua bahu Isabell, lantas memutar tubuh istrinya itu agar menghadap padanya. Isabell berbalik sembari memalingkan wajahnya ke lain arah. Dia tak ingin bertemu pandang dengan sepasang manik Fernando. Dia takut tak bisa menolaknya, apa pun permintaan suaminya itu.

"Isabell, lihat diriku." Fernando menatap Isabell dengan lembut, namun istrinya itu seperti tak mau menatapnya. Dia pun mengangkat dagu Isabell dengan telunjuknya. Isabell masih terdiam dan tak ingin menatap pendar matanya yang dipenuhi kecemasan.

"Hentikan, Fernando." Isabell menepis tangan pria itu darinya. Namun Fernando kembali dengan menangkup wajah Isabell menggunakan kedua telapak tangannya.

Mau tak mau Isabell pun menatapnya. Pendar matanya sangat jenuh dan lelah. Fernando dapat membaca isi hatinya dari sana.

"Aku minta maaf karena sudah membuatmu sedih. Tetapi aku mohon Isabell, jangan seperti ini. Ayo kita turun dan sarapan. Setelah itu aku akan mengajakmu untuk membeli perhiasan, seberapa banyak yang kau inginkan." Fernando menunjukan wajah penuh penyesalan.

Namun Isabell hanya menggelengkan kepalanya. Kenapa Fernando tak juga peka padanya, pikirnya kesal.

"Fernando, apakah perhiasan yang akan kau belikan itu dapat mengobati rasa sakitku?" Isabell menatapnya dengan manik yang sudah berkabut. Ada air mata yang ingin segera ia tumpahkan. Fernando menatapnya dalam-dalam.

"Kau pikir aku akan baik-baik saja setelah kau belikan perhiasan yang baru untukku? Tidak, Fernando. Masalahnya bukan ada pada perhiasan yang mereka rampas dariku, tapi kau. Kau yang menjadi masalahnya," lanjut Isabell kemudian menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya dengan bahunya yang bergetar hebat.

Fernando segera meraih kedua bahu mungil itu ke dalam pelukannya.

"Jangan menangis, Isabell. Kumohon," lirih Fernando semakin erat merengkuh tubuhnya.

Isabell mendongkak padanya lalu berkata, "Kenapa kau tak percaya padaku? Mereka menghinaku, mengatakan hal buruk tentang diriku. Tapi kau tetap membela mereka, dan memintaku untuk mengalah pada mereka. Aku tak ingin berada di sini. Aku ingin pulang, Fernando." Isabell memukul-mukul dada bidang suaminya itu dengan tangisnya yang menjadi-jadi.

"Dengar, Isabell. Aku tidak membela siapa pun. Kau istriku dan mereka adalah keluargaku. Aku mencintai kalian semua. Tolong jangan membuatku berada pada posisi yang sulit." Fernando melepaskan pelukannya dan memegang kedua bahu Isabell sembari menatapnya penuh cinta.

"Aku sangat mencintaimu, Isabell. Kau segalanya bagiku, namun Ibuku dan Kak Pedra adalah tanggung jawabku juga. Aku mohon kau bisa mengerti." Fernando kembali menarik Isabell ke dalam pelukannya.

Isabell membalas pelukan itu dengan membenamkan wajahnya pada dada bidang Fernando. Dia merasakan ada kegelisahan yang besar di dalam hati suaminya, debaran jantungnya menegaskan segalanya. Kedua tangan Isabell merengkuh punggung Fernando sangat erat. Tentram dan damai ia rasakan. Hatinya mulai merasa tenang.

 

***

Sementara itu di ruang makan yang ada di lantai dasar Devardo House. Tampak Silvester sedang melayani Nyonya Devardo, Pedra, dan Berto yang sedang menikmati sarapannya.

Silvester adalah pria berusia 47 tahun yang mendedikasikan dirinya untuk melayani keluarga Devardo setelah ayahnya yang lebih dulu menjadi juru masak di keluarga Devardo menutup usia.

Pria dengan postur tubuh tunggi dan sedikit gemuk itu sangat pandai membuat masakan. Tentu saja Silvester banyak belajar dari ayahnya. Dia sangat paham dengan selera dan makanan apa saja yang disukai oleh semua penghuni Devardo House.

"Dimana jalang itu? Aku tak melihatnya pagi ini," ucap Pedra sembari memegang sendok dan garpu yang baru saja Silvester berikan padanya.

"Mungkin dia marah pada kita dan tak berani turun dari kamarnya," jawab Nyonya Devardo sembari tersenyum tipis.

Pedra menaikan kedua alisnya sembari tersenyum miring.

"Baguslah. Kita harus membuatnya tertindas di sini, Bu. Atau kita yang akan tertindas olehnya," cetus Pedra sambil membulatkan matanya pada Nyonya Devardo.

"Kau benar, Sayang. Aku takkan membiarkan Isabell mengendalikan Fernando. Putera Armando Devardo itu adalah pionku. Aku yang memegang seluruh kendalinya," tegas Nyonya Devardo.

"Tapi, Bu. Kenapa kita tidak bunuh saja Fernando? Aku sangat muak padanya dan selalu meminta uang padanya. Jika Fernando meninggal pasti akan lebih baik karena kita memiliki seluruh hartanya, bukan?" Pedra meraih gelas air putihnya dan segera menyesapnya sampai setengah tandas.

"Bodoh. Bila Fernando meninggal lantas siapa yang akan mengurus kantor? Kau dan Berto sama sekali tak bisa diandalkan." Nyonya Devardo mencibir lalu mulai menikmati hidangan di meja.

Pedra menoleh pada Berto, dan suaminya itu hanya menaikan kedua bahunya dengan wajah bodohnya.

"Maksud Ibu, aku dan Berto tidak becus mengurus kantor, begitu?" Pedra memasang wajah kesalnya sembari menatap tegas pada Nyonya Devardo.

"Ya. Kalian payah dan tidak bisa diandalkan. Kantor besar itu membutuhkan Fernando. Jadi biarkan saja dia tetap hidup dan menghasilkan uang untuk kita." Nyonya Devardo tersenyum licik sambil menatap Pedra.

Wanita itu membalasnya dengan senyuman licik pula.

"Wah hebat, Bu. Kau membuat Fernando seperti seekor keledai yang harus terus bekerja untuk kita sampai dia mati," ucap Pedra lalu tertawa sambil menepuk bahu Berto yang duduk di sampingnya.

Pria itu menjadi tersedak akibat ulahnya.

Nyonya Devardo pun ikut tertawa dengan puasnya sampai akhirnya sepasang matanya mendapati Isabell dan Fernando yang baru saja menuruni anak tangga. Keduanya sedang menuju pada mereka.

"Sssttt ... hentikan suaramu, Pedra." Nyonya Devardo menaruh telunjuknya di bibirnya sambil menatap Pedra dengan tajam. Puterinya itu segera menghentikan tawanya dan menikmati sarapannya dengan santai.

"Pagi, Bu." Fernando mengecup pucuk kepala Nyonya Devardo yang sedang duduk sambil tersenyum menyambutnya.

"Pagi, Tampan. Ayo duduklah, ajak Isabell untuk sarapan," ucapnya terdengar sangat manis.

Isabell memutar bola matanya jengah. Dasar ratu drama! Rutuknya dalam hati.

Fernando mengangguk dan segera menggiring Isabell untuk duduk berseberangan dengan Pedra dan Berto. Keduanya tersenyum manis pada mereka, namun Isabell segera memalingkan wajahnya, lantas mendaratkan bokongnya pada bangku di samping Fernando.

"Fernando, apa kau masih ingat dengan Vanessa?" Nyonya Devardo membuka perbincangan sambil menoleh pada pria tampan yang duduk di sebelah kirinya.

"Vanessa puterinya Paman Nigel?" Fernando berbalik bertanya.

Isabell dan yang lain hanya menyimak sembari menikmati hidangan di meja.

"Ya. Vanessa telah kembali setelah sepuluh tahun berada di Spanyol.

Dan dia terus meneleponku untuk menanyakanmu, Fernando." Nyonya Devardo mengatakannya dengan penuh semangat dan tampak sangat senang.

Isabell mulai menaruh curiga dengan arah perbincangan ini. Wanita beracun itu pasti sedang merencanakan sesuatu, pikirnya.

"Maksud Ibu? Untuk apa dia menanyakanku?" Fernando tampak acuh sembari menikmati sarapannya bersama Isabell.

Nyonya Devardo tersenyum miring lantas berkata, "Tentu saja Vanessa masih mencintaimu, dan dia ingin bertemu denganmu lagi, Fernando."

Isabell sampai terbatuk-batuk mendengar ucapan Nyonya Devardo barusan. Dia menoleh dengan tatapan tajam yang dipenuhi tanda tanya pada Fernando.

Ada hubungan apa Fernando dengan gadis bernama Vanessa itu? Isabell sungguh penasaran. Dan rasa penasarannya itu bisa saja membakar seluruh Devardo House saat ini juga.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 65 - Akhir Hidup Nyonya Devardo [END]

    Ombak berdeburan saling berkejaran di tepi laut Karibia. Angin bertiup cukup kencang sore itu. Menyibak nyiur yang melambai-lambai di tepi pantai. Tubuh tinggi kekar itu sedang berdiri di tepi pantai. Memandangi sang surya yang hampir saja terbenam. Wajahnya tampak bersedih dengan bibirnya yang bergetar-getar seolah ingin mengatakan sesuatu. Namun tampak ada keraguan dari pendar matanya.Dua tahun sudah berlalu pasca Nyonya Devardo kabur dari rumah sakit. Namun sampai saat ini wanita tua itu tak juga diketahui dimana ribanya. Entah dimana ibu tirinya itu. Fernando sangat risau memikirkannya."Hubby, apa yang sedang kau lihat? Ayo kita pulang. Bayimu terus menendang-nendang sedari tadi. Sepertinya dia mulai bosan berada di sini."Seorang wanita dengan dress selutut motif bunga datang menghampirinya. Perut wanita itu tampak membuncit di balik dress tipisnya. Tangan kanannya menenteng sepatunya, sementara wajahnya tampak menatap heran pada pria di hadapannya itu."Oh, ya? Apakah bayiku s

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 64 - Memori

    "Paman Nigel, jangan seperti itu. Aku tak enak hati melihatnya," ucap Fernando dengan tatapannya pada pria di hadapannya saat ini.Sementara Isabell dan Tuan Alfredo hanya terdiam melihatnya. Sebenarnya Vanessa sudah sangat keterlaluan, namun melihat Nigel tampak sangat memohon akhirnya Isabell tak tega pula. Dia pun meminta Fernando untuk mencabut tuntutannya akan Vanessa."Apa kau yakin, Isabell?" tanya Fernando pada Isabell. Dia tidak yakin jika Vanessa takkan mengulangi perbuatannya lagi. Namun Isabell terus meyakinkan dirinya."Aku akan membawa Vanessa kembali ke Spanyol setelah ia keluar dari penjara. Dia takkan lagi mengusik kalian. Aku janji." Nigel berkata dengan tatapan bersungguh kali ini. Dia tahu jika Vanessa memang bersalah dan tak seharusnya puterinya itu terus terobsebi pada Fernando.Mendengar ucapan tulus Nigel, akhirnya Fernando pun mengikuti permintaan Isabell. Dia mencabut tuntutannya pada Vanessa.Nigel sangat bersyukur dan berterimakasih pada Fernando dan Isabel

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 63 - Mengingat Segalanya

    Damian sedang mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Kemana kaburnya ibu tirinya itu membawa Isabell? Hatinya tak bisa tenang. Sepasang matanya memindai setiap jalan yang ia lewati guna menemukan mobil CRV putih yang tadi dikemudikan oleh Nyonya Devardo.Sampai tiba di sebuah tikungan jalan. Sepasang matanya menangkap sebuah kerumunan orang di tepi jalan itu. Sepertinya telah terjadi kecelakaan tunggal, pikirnya. Namun sepertinya ia mengenal mobil yang sedang dikerumuni oleh sekumpulan orang itu. Ya, itu mobil CRV putih yang sedang dicarinya.Apa yang terjadi? Dengan perasaan cemas luar biasa Damian segera menepi. Dia lantas keluar dari mobilnya, berlari menuju kerumunan di sana. Sepasang matanya terbelalak melihat Isabell yang masih berada di dalam mobil.Dengan dibantu beberapa orang, Damian segera mengeluarkan Isabell dari mobil. Sementara Nyonya Devardo dikeluarkan juga dari sana oleh beberapa orang pria yang membantu Damian."Isabell!" Dengan perasaan panik Damian berusah

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 62 - Fakta Mengejutkan

    Mobil yang dikemudikan oleh David segera menepi agak jauh dari mobil Vanessa dan Fernando. Nyonya Devardo yang memintanya untuk menepi agak jauh dari mereka. Dia melihat Fernando yang sedang berseteru dengan Vanessa, sementara Isabell tampak sedang berjalan menuju mobilnya. Ini sangat bagus, bibir merah cabai wanita tua itu tersenyum miring.Leonard dan David segera keluar dari mobil. Mereka langsung menghampiri Isabell yang sedang berjalan seorang diri. Leonard dan David sangat lega telah menemukan Isabell. Mereka pun membujuk wanita itu untuk ikut bersama mereka kembali ke kota New York.Isabell yang sedang dilema hanya mengangguk pada dua pria di hadapannya itu. Dia menoleh sesaat pada Fernando dan Vanessa yang tampak sedang bertengkar. Isabell mengusap pipi basahnya. Sepertinya Vanessa memang lebih pantas untuk Fernando.Karena dirinya tak bisa mengingat apa pun tentang Fernando. Dia hanya jatuh cinta pada pria yang mengaku suaminya itu. Sementara dirinya juga tak tahu seperti apa

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 61 - Tamparan Keras Isabell

    Di jalan yang sama dengan jalan yang dilalui oleh mobil Vanessa. Terlihat mobil CRV putih yang sedang melaju dengan kecepatan standar. Di dalam mobil itu tampak David dan Nyonya Devardo yang sedang duduk pada bangku depan. Sementara di bangku belakang terlihat Leonard yang sedang duduk sembari melipat kedua tangannya di bawah dada.Sebenarnya Leonard tidak setuju dengan cara David yang mau saja mengikuti rencana Nyonya Devardo. Dia yakin masalah besar pasti akan segera terjadi. Wanita tua itu sedang kabur dari rumah sakit jiwa. Bisa saja Nyonya Devardo memiliki misi khusus untuk Isabell dan Damian. Lantas, bagaimana jika wanita tua itu hanya sedang memanfaatkan mereka saja.Tapi sial! David malah mau saja bekerjasama dengan wanita gila itu. Leonard sudah menasehatinya dan mengajaknya untuk kembali saja ke kota New York. Namun rekannya itu malah menolak. Bahkan David mengatakan jika dirinya tak akan kembali ke New York tanpa Senorita. Benar-benar menyebalkan! Leonard sangat kesal pada

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 60 - Kelicikan Vanessa

    Mobil Lamborghini Huracan merah yang dikemudikan oleh Fernando tampak menepi di pelataran sebuah hotel. Marvolo Hotel, tempat dimana ia akan menemui seorang Clien asal Inggris. Setelah melepaskan lingkaran seat belt dari tubuhnya, Fernando menoleh pada arloji mahal yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Rupanya sudah pukul lima sore. Hh, pasti Clien itu sudah bosan menunggu, pikirnya sembari menggelengkan kepala.Noah yang sudah berdiri di depan pelataran hotel segera menghampiri mobil Fernando. Pria itu lantas membukakan pintu mobil sport milik bosnya itu. Langkah panjang Fernando segera keluar dari pintu mobil. Noah agak membungkukkan tubuhnya pada pria itu."Silakan, Bos. Mr. Anthony sudah menunggu," ucap Noah.Fernando hanya mengangguk. Dia lantas berjalan sembari merapikan kancing jasnya. Noah dan beberapa pengawal mengapit langkah pria itu memasuki lobi hotel.Dua orang pria asal Inggris sedang berdiri di samping meja VVIP yang berada di balroom hotel. Mereka melempar sen

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status