Home / Romansa / Menantu Bungsu Nyonya Devardo / Chapter 3 - Drama Ibu Mertuaku

Share

Chapter 3 - Drama Ibu Mertuaku

Author: Dewa Amour
last update Last Updated: 2021-09-15 18:51:34

Fernando tiba di depan pintu kamarnya yang masih terbuka lebar, mungkin Isabell memasuki kamar itu dengan emosi dan lupa menutup pintunya kembali. Langkah pantofel Fernando terayun cepat memasuki kamar seluas ruang meting di kantornya itu.

Sepasang netranya mulai memindai seisi ruangan dan mendapati Isabell yang sedang duduk di tepi ranjang. Wajahnya di tekuk dengan punggungnya yang tampak bergetar. Fernando segera menghampirinya dengan cemas.

"Isabell, kau menangis?" tanya Fernando sambil berjongkok di depan gadis yang sangat di cintainya itu. Pendar matanya menatap sendu pada wajah Isabell yang tertunduk dan dibasahi bulir air matanya.

"Untuk apa kau menemuiku? Urusi saja Ibumu dan Kakakmu yang pandai bersandiwara itu," cetus Isabell dengan pendar matanya yang penuh kemarahan.

Fernando menggelengkan kepalanya kemudian dia meraih sehelai tisue dari meja nakas, lantas digunakannya untuk menyeka kedua pipi istrinya yang basah. Namun dengan cepat Isabell menepis tangannya.

"Hentikan, Fernando. Aku tak ingin di kasihani olehmu!" tegas Isabell. Gadis itu memalingkan wajahnya dari sorot mata Fernando yang sedang menatapnya.

"Isabell, maafkan aku. Aku hanya ingin kau bisa beradaptasi dengan keluargaku. Dan Ibu hanya ingin menjaga perhiasanmu saja. Apa yang salah?" ucapan Fernando mendapat pandangan tajam dari Isabell.

"Apa yang salah katamu? Mereka bukannya mau menjaga perhiasanku, tapi mereka menginginkannya. Kenapa kau sangat bodoh, Fernando!" Isabell tersulut emosi.

Fernando menjulurkan jemarinya untuk mengusap pipi licin istrinya itu, namun lagi-lagi Isabell menepisnya. Dia seolah sangat jijik dengan sentuhannya kali ini.

"Jangan berburuk sangka pada Ibu dan Kakakku, Isabell. Mereka pun memiliki uang yang cukup bila hanya untuk membeli perhiasan. Kau sudah salah paham pada mereka. Bahkan kau melukai Kak Pedra dan hati Ibuku," tukas Fernando yang masih berjongkok di depan Isabell.

Gadis itu menanggah ke langit-langit agar air matanya tak mudah terjatuh. Tampaknya Fernando sudah termakan oleh sandiwara dua wanita sialan itu, pikir Isabell.

"Aku mohon padamu, Isabell. Menurutlah pada Ibuku, aku tak ingin melihat kalian ribut-ribut lagi hanya karena perhiasan. Aku bisa membelikanmu banyak perhiasan, bukan?" lanjut Fernando kali ini jemarinya mulai meraih jemari Isabell yang ada di depannya.

Dikecupnya lembut jemari itu dengan penuh cinta.

Isabell menghela napas, emosinya masih belum stabil.

"Hentikan, Fernando. Aku tak akan memberikan perhiasanku kepada siapa pun!" pungkas Isabell, dia segera bangkit dari duduknya di susul oleh Fernando yang menatapnya kesal. Dua orang yang sudah saling mengenal selama tiga tahun itu kini berubah seperti orang asing.

"Isabell, menurutlah padaku dan serahkan perhiasanmu pada Ibu!" perintah Fernando dengan pendar matanya yang mulai tersulut emosi.

Isabell bersidekap di depannya, wajahnya mendongkak pada pria yang jauh lebih tinggi darinya itu.

"Aku tak mau!" tegas Isabell dan segera memutar tubuhnya hendak pergi. Namun Fernando mencekal lengannya dan menariknya sampai tubuh sintal wanita itu memutar menghadap padanya.

"Jangan membuatku marah, Isabell!" bentak Fernando dengan wajahnya yang mulai merah padam.

Isabell sangat tersentak, dia tak pernah melihat Fernando semarah ini sebelumnya.

"Lepaskan, Fernando! Aku muak padamu!" Isabell berusaha berontak dari cengkeraman tangan kekar suaminya itu. Namun dia kesulitan karena Fernando semakin mempererat genggamnya.

"Lepaskan! Kau sudah gila, Fernando! Kau gila karena Ibumu yang sinting itu!" 

"ISABELL!" 

Tubuh keduanya sudah sama-sama dirasuk emosi. Fernando yang sebelumnya tak pernah berkata lantang apa lagi sampai membentak Isabell, tapi hari ini dia sampai berani mengangkat tangannya.

Isabell menatapnya dengan matanya yang berkaca-kaca. Hatinya terasa sangat perih karena bentakkan suaminya itu. Begitu pula dengan Fernando. Dia segera melepaskan Isabell dan menurunkan tangannya. Penyesalan sangat terlihat jelas pada rahut wajahnya yang tampan.

"Isabell," ucapnya pelan dengan kedua tangannya menyentuh masing-masing bahu mungil istrinya itu dan menatapnya lembut.

Isabell menggelengkan kepalanya dengan tangisnya yang terpecah.

"Cukup, Fernando. Cukup," ucapnya lirih. Dia segera mengusap kedua pipinya dan hendak berlalu, namun kedua tangan kekar Fernando segera mendekapnya dari belakang. Isabell bergetar hebat, emosinya mengguncang seluruh jiwanya saat ini.

"Maafkan aku, Isabell. Aku sangat menyesal telah melukai hatimu, Sayang. Maafkan aku," sesal Fernando sembari mendaratkan kecupannya pada bahu terbuka Isabell.

Wanita itu memejamkan matanya menahan gejolak yang ada. Dia tak tak tahu harus apa. Fernando memutar tubuh ramping Isabell agar menghadap padanya. Dipandanginya wajah istrinya itu yang tampak basah di kedua pipinya. Tangannya terayun menyapunya lembut.

"Maafkan aku, Isabell."

Isabell mengangguk pelan, dan Fernando segera merengkuhnya dalam pelukannya. Dia merutuki dirinya sendiri karena telah membuat wanita yang sangat ia cintai itu sampai menangis. Isabell mempererat pelukannya. Jiwanya serasa terisi kembali dan memperoleh kedamaian lagi.

***

Nyonya Devardo sedang duduk di ruang santai bersama Pedra dan Berto. Dia tampak sedang menikmati batang rokoknya sambil bebincang-bincang dengan anak dan menantunya yang sedang menikmati tequila.

Mata Nyonya Devardo menatap jeli pada Isabell dan Fernando yang sedang berjalan menuju pada mereka. Dia menghembuskan asap rokoknya ke udara lalu tersenyum miring melihat kotak perhiasan yang sedang dibawa oleh Isabell.

Kotak perhiasan yang terbuat dari kayu pinus dengan sentuhan ukiran berwarna gold yang indah. Kotak kayu itu terlalu besar jika untuk ukuran kotak perhiasan saja. Waw, ternyata perhiasan Isabell memang sangat banyak, pikirnya.

Pedra menoleh pada Nyonya Devardo sambil tersenyum puas. Dugaan mereka tidak meleset, Fernando berhasil membujuk Isabell.

Sedangkan Berto tampak meliarkan pandangan lelakinya pada Isabell yang tampak sangat seksi di pelupuk matanya, bibirnya mengulas senyum smirk saat tepi gaun wanita itu melambai tertiup angin. Seksi sekali, dia menelan ludahnya.

"Ibu, Isabell akan menyerahkan seluruh perhiasannya padamu," ucap Fernando pada Nyonya Devardo lalu menoleh pada Isabell yang berdiri di sampingnya.

Gadis itu memasang wajah datarnya.

"Maafkan aku, Bu. Tolong simpan semua perhiasanku," tukas Isabell tampak terpaksa.

Nyonya Devardo tersenyum senang dan segera bangkit dari sofa. Dia menaruh batang rokoknya lebih dulu di atas meja sebelum meraih kotak perhiasan yang disodorkan oleh Isabell padanya.

"Oh, Isabell sayangku. Aku sangat terkesan atas perlakuanmu kali ini. Aku akan menjaga perhiasanmu ini dengan baik. Benarkan, Pedra?" Nyonya Devardo berkata pada Isabell lalu menoleh pada Pedra yang sedang duduk bersama Berto. Keduanya pun berdiri

"Tentu saja, Ibu. Lagi pula Isabell adalah menantu bungsu di keluarga kita ini. Sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaganya, terutama hartanya." Pedra berkata sambil tersenyum menyebalkan dimata Isabell.

Berto hanya tersenyum tipis sambil memandangi Isabell.

"Baiklah, aku akan segera berangkat ke kantor. Tolong kalian jaga Isabell," ucap Fernando sambil mengusap pacuk kepala Isabell ke bawah.

"Tentu saja, Tampan. Ibu dan Pedra pasti akan menjaga Isabell dengan baik," balas Nyonya Devardo sambil menatap Isabell dan Fernando secara bergantian.

Isabell hanya memutar bola matanya, jengah.

"Baiklah, aku berangkat, Sayang." Fernando meraih kepala Isabell lantas mengecup pucuknya dengan penuh cinta.

Isabell hanya mengangguk sembari tersenyum tipis. Fernando pun segera pergi. Isabell bergegas ingin kembali ke kamarnya.

"Tunggu, Isabell!" sergah Pedra menghentikan langkah Isabell yang baru saja akan menaiki anak tangga.

Wanita itu memutar tubuhnya menghadap pada tiga orang yang sangat menyebalkan baginya itu.

"Apa lagi? Apa masih kurang semua perhiasanku itu? Puas kalian sekarang, hah?" Isabell bersidekap sambil mendongkak dengan wajah sinisnya.

Nyonya Devardo dan Pedra saling pandang lalu tersenyum puas. Sedangkan Berto hanya menggelengkan kepalanya tak mengerti.

"Tentu saja masih kurang. Kau juga harus menyerahkan semua kartu black gold milikmu pada kami," jawab Pedra sambil berjalan-jalan kecil mengitari Isabell.

"Apa? Kalian sudah tak waras. Aku tak akan memberikannya! Dasar sinting!" Isabell tak sudi lagi berpandangan dengan orang-orang culas itu, dia pun segera berlalu menaiki anak tangga. Pedra yang kesal ingin segera menyusulnya.

"Sudahlah, Pedra. Biarkan dia pergi. Kita nikmati saja dulu perhiasan indah ini, barulah setelah itu kita rampas semua kartu black gold gadis sombong itu. Mengerti?" ucap Nyonya Devardo sambil memilin semua perhiasan yang ada di kotak kayu milik Isabell tadi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 65 - Akhir Hidup Nyonya Devardo [END]

    Ombak berdeburan saling berkejaran di tepi laut Karibia. Angin bertiup cukup kencang sore itu. Menyibak nyiur yang melambai-lambai di tepi pantai. Tubuh tinggi kekar itu sedang berdiri di tepi pantai. Memandangi sang surya yang hampir saja terbenam. Wajahnya tampak bersedih dengan bibirnya yang bergetar-getar seolah ingin mengatakan sesuatu. Namun tampak ada keraguan dari pendar matanya.Dua tahun sudah berlalu pasca Nyonya Devardo kabur dari rumah sakit. Namun sampai saat ini wanita tua itu tak juga diketahui dimana ribanya. Entah dimana ibu tirinya itu. Fernando sangat risau memikirkannya."Hubby, apa yang sedang kau lihat? Ayo kita pulang. Bayimu terus menendang-nendang sedari tadi. Sepertinya dia mulai bosan berada di sini."Seorang wanita dengan dress selutut motif bunga datang menghampirinya. Perut wanita itu tampak membuncit di balik dress tipisnya. Tangan kanannya menenteng sepatunya, sementara wajahnya tampak menatap heran pada pria di hadapannya itu."Oh, ya? Apakah bayiku s

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 64 - Memori

    "Paman Nigel, jangan seperti itu. Aku tak enak hati melihatnya," ucap Fernando dengan tatapannya pada pria di hadapannya saat ini.Sementara Isabell dan Tuan Alfredo hanya terdiam melihatnya. Sebenarnya Vanessa sudah sangat keterlaluan, namun melihat Nigel tampak sangat memohon akhirnya Isabell tak tega pula. Dia pun meminta Fernando untuk mencabut tuntutannya akan Vanessa."Apa kau yakin, Isabell?" tanya Fernando pada Isabell. Dia tidak yakin jika Vanessa takkan mengulangi perbuatannya lagi. Namun Isabell terus meyakinkan dirinya."Aku akan membawa Vanessa kembali ke Spanyol setelah ia keluar dari penjara. Dia takkan lagi mengusik kalian. Aku janji." Nigel berkata dengan tatapan bersungguh kali ini. Dia tahu jika Vanessa memang bersalah dan tak seharusnya puterinya itu terus terobsebi pada Fernando.Mendengar ucapan tulus Nigel, akhirnya Fernando pun mengikuti permintaan Isabell. Dia mencabut tuntutannya pada Vanessa.Nigel sangat bersyukur dan berterimakasih pada Fernando dan Isabel

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 63 - Mengingat Segalanya

    Damian sedang mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Kemana kaburnya ibu tirinya itu membawa Isabell? Hatinya tak bisa tenang. Sepasang matanya memindai setiap jalan yang ia lewati guna menemukan mobil CRV putih yang tadi dikemudikan oleh Nyonya Devardo.Sampai tiba di sebuah tikungan jalan. Sepasang matanya menangkap sebuah kerumunan orang di tepi jalan itu. Sepertinya telah terjadi kecelakaan tunggal, pikirnya. Namun sepertinya ia mengenal mobil yang sedang dikerumuni oleh sekumpulan orang itu. Ya, itu mobil CRV putih yang sedang dicarinya.Apa yang terjadi? Dengan perasaan cemas luar biasa Damian segera menepi. Dia lantas keluar dari mobilnya, berlari menuju kerumunan di sana. Sepasang matanya terbelalak melihat Isabell yang masih berada di dalam mobil.Dengan dibantu beberapa orang, Damian segera mengeluarkan Isabell dari mobil. Sementara Nyonya Devardo dikeluarkan juga dari sana oleh beberapa orang pria yang membantu Damian."Isabell!" Dengan perasaan panik Damian berusah

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 62 - Fakta Mengejutkan

    Mobil yang dikemudikan oleh David segera menepi agak jauh dari mobil Vanessa dan Fernando. Nyonya Devardo yang memintanya untuk menepi agak jauh dari mereka. Dia melihat Fernando yang sedang berseteru dengan Vanessa, sementara Isabell tampak sedang berjalan menuju mobilnya. Ini sangat bagus, bibir merah cabai wanita tua itu tersenyum miring.Leonard dan David segera keluar dari mobil. Mereka langsung menghampiri Isabell yang sedang berjalan seorang diri. Leonard dan David sangat lega telah menemukan Isabell. Mereka pun membujuk wanita itu untuk ikut bersama mereka kembali ke kota New York.Isabell yang sedang dilema hanya mengangguk pada dua pria di hadapannya itu. Dia menoleh sesaat pada Fernando dan Vanessa yang tampak sedang bertengkar. Isabell mengusap pipi basahnya. Sepertinya Vanessa memang lebih pantas untuk Fernando.Karena dirinya tak bisa mengingat apa pun tentang Fernando. Dia hanya jatuh cinta pada pria yang mengaku suaminya itu. Sementara dirinya juga tak tahu seperti apa

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 61 - Tamparan Keras Isabell

    Di jalan yang sama dengan jalan yang dilalui oleh mobil Vanessa. Terlihat mobil CRV putih yang sedang melaju dengan kecepatan standar. Di dalam mobil itu tampak David dan Nyonya Devardo yang sedang duduk pada bangku depan. Sementara di bangku belakang terlihat Leonard yang sedang duduk sembari melipat kedua tangannya di bawah dada.Sebenarnya Leonard tidak setuju dengan cara David yang mau saja mengikuti rencana Nyonya Devardo. Dia yakin masalah besar pasti akan segera terjadi. Wanita tua itu sedang kabur dari rumah sakit jiwa. Bisa saja Nyonya Devardo memiliki misi khusus untuk Isabell dan Damian. Lantas, bagaimana jika wanita tua itu hanya sedang memanfaatkan mereka saja.Tapi sial! David malah mau saja bekerjasama dengan wanita gila itu. Leonard sudah menasehatinya dan mengajaknya untuk kembali saja ke kota New York. Namun rekannya itu malah menolak. Bahkan David mengatakan jika dirinya tak akan kembali ke New York tanpa Senorita. Benar-benar menyebalkan! Leonard sangat kesal pada

  • Menantu Bungsu Nyonya Devardo   Chapter 60 - Kelicikan Vanessa

    Mobil Lamborghini Huracan merah yang dikemudikan oleh Fernando tampak menepi di pelataran sebuah hotel. Marvolo Hotel, tempat dimana ia akan menemui seorang Clien asal Inggris. Setelah melepaskan lingkaran seat belt dari tubuhnya, Fernando menoleh pada arloji mahal yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Rupanya sudah pukul lima sore. Hh, pasti Clien itu sudah bosan menunggu, pikirnya sembari menggelengkan kepala.Noah yang sudah berdiri di depan pelataran hotel segera menghampiri mobil Fernando. Pria itu lantas membukakan pintu mobil sport milik bosnya itu. Langkah panjang Fernando segera keluar dari pintu mobil. Noah agak membungkukkan tubuhnya pada pria itu."Silakan, Bos. Mr. Anthony sudah menunggu," ucap Noah.Fernando hanya mengangguk. Dia lantas berjalan sembari merapikan kancing jasnya. Noah dan beberapa pengawal mengapit langkah pria itu memasuki lobi hotel.Dua orang pria asal Inggris sedang berdiri di samping meja VVIP yang berada di balroom hotel. Mereka melempar sen

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status