Share

Menantu Hina Jadi Nyonya
Menantu Hina Jadi Nyonya
Author: Pramesti GC

Do'a buruk

Author: Pramesti GC
last update Last Updated: 2022-05-17 21:08:54

"Jangan gemuk-gemuk Mega, lihat itu perut Mak Alika, baru juga melahirkan dua anak, perut sudah lebar seperti hamil lima bulan saja!"

Bu Siti menunjuk perut Mega menantunya, wanita yang sudah memberinya dua cucu perempuan nan cantik itu tertunduk, kembali melanjutkan tugasnya memarut kelapa.

"nggak besar itu bulek, namanya juga sudah melahirkan, nanti juga kecil sendiri."

Dewi keponakan Siti berusaha mencairkan suasana, sudah tabiat Siti memang, tak bisa mengukur lidah sendiri dan pandai sekali menaruh luka baru di hati menantunya.

"Kecil apa, anak ke dua saja sudah mau dua tahun, masak iya masih sebesar sak beras begitu!"

Mega tersenyum, meski saudara Siti yang lain melihatnya kasihan. "Ini mungkin masih ada calon bayinya Mak, mungkin bayi kembar lelaki."

Mega berucap mencoba menghibur diri nya sendiri, di tepuk-tepuk nya perut sendiri sambil mengurai senyum, menutupi rasa tersinggung nya atas ucapan ibu mertua.

"Heh, kayak mampu aja ngurus anak lagi! Suamimu itu cuma kuli bangunan, kerja di sawah, nggak usah lah gaya mau punya anak banyak! Jangan ya Allah, Kasih saja anak itu ke perut Siska anak perempuanku ya Allah!"

Mega terdiam, ia tak berniat membuat hati mertuanya memanas, ia hanya ingin mengobati rasa tersinggung nya sendiri, atas perilakuan ibu suaminya itu.

Siska, Kakak kandung Ridho, suami Mega memang belum juga memiliki keturunan, hampir tujuh tahun menikah Siska tak juga hamil. Mereka bilang Agus suami nya yang bermasalah dengan kesuburan.

"Biar anak Ridho, Alika dan Alina saja ya Allah, kasih anak ke Siska saja ya Allah, anakku itu sudah berlebih harta, hanya tinggal menunggu keturunan saja!"

Siti masih mengangkat tangannya, bahkan do'a itu tak berhenti terucap, hingga menutup rapat mulut keluarga yang lain, termasuk Mega menantunya. Sementara hati Mega serasa tercabik, punggungnya tak berhenti di belai kakak kandung Siti, Halimah.

"Bude do'akan Mega masih bisa hamil sekali lagi ya, nggak harus kembar juga tidak apa, semoga bisa punya satu lagi anak lelaki." 

"Iya ga, dua anak kurang ramai ya ga, Bulek do'a kan juga mega cepat hamil lagi, Siska juga segera hamil." Rut adik Siti ikut bicara.

Mega tersenyum merasa hatinya di lapangkan, meski ibu mertuanya masih terus mengangkat tangan, seolah menyumpahi dirinya tak bisa lagi memiliki keturunan lain.

"nggak, Semoga Siska saja yang hamil ya Allah!" Siti masih terus berdo'a.

"Do'a itu ya semua to bulek, do'a kok satu-satu!" Dewi melirik iba pada Istri adik sepupunya itu. ia tau betul bagaimana sakitnya menjadi menantu rasa anak tiri seperti Mega.

"Lha Siska anakku kok yang belum punya anak, ya tak do'a kan dulu. ngapain do'a kan anak orang!"

"Hust Siti orang tua itu dijaga ucapannya. Do'a bagus nanti juga baliknya bagus! Mega juga anakmu, jangan di beda-bedakan." Halimah sudah hilang sabar, rasanya kalimat adik iparnya itu sudah sangat keterlaluan.

"Bude, bulek, mbak Dewi, semuanya, Mega pamit pulang dulu sudah azan duhur, anak-anak belum makan juga." Mega beranjak dari tempat nya duduk, ia berpamitan pada empunya rumah dan segera pulang lewat pintu belakang, rumahnya dan rumah Halimah memang saling punggung.

Ia tak lagi mau mendengar belati dari mulut ibu mertuanya, Mega merasa lebih baik memang dia tak datang ke rumah Halimah lagi.

sampai di rumah Ridho suaminya sedang menyuapi Alina, ia terkejut melihat wajah merah sang istri. "kamu kenapa dek?"

"nggak apa-apa mas." Mega berjalan masuk ke dalam kamar.

"nggak apa-apa kok nangis begitu!" Ridho berjalan menyusul istrinya ke kamar.

"ini bukan nangis mas, ini kena uap air yang panas. Mega mau mandi dulu mas, mau sholat duhur,." Mega segera masuk ke kamar mandi, menghindar dari interogasi suaminya.

Tak lama setelah mega masuk ke kamar mandi, Dewi datang dari pintu belakang. " Asalamualaikum!"

"waalaikumsalam mbak Dewi to, ada apa mbak? Mega baru mandi mbak, ada perlu?" Ridho berdiri mendekati Dewi yang menaruh sesuatu di meja makannya.

"Nggak dho, ini ada soto buat anak-anak, Mega lupa bawa pulang tadi. Em dho, Istrimu baik-baik saja kan dho?"

Ridho terdiam, ia semakin merasa ada yang aneh. "Memangnya ada apa sih mbak?"

"Oh, Mega nggak cerita? Lah ya sudah, lupakan saja!"

"Lho mbak Dewi ini, aku jadi penasaran kalau begini. Ada apa memangnya? Apa karena Emak?"

Ridho sudah bisa menebak, memang ini bukan kali pertama dirinya mendengar ibunya menyakiti hati Mega.

"Biasa lah, Emakmu itu memang begitu." 

"Memang Emak bilang apa mbak?"

"Jangan tanya mbak dong Dho, Sudah ya, kerjaan mbak masih banyak, Emakmu juga baru saja pulang. bilang sama Mega, jangan di ambil hati ucapan tadi, nanti di tunggu datang lagi ke rumah Makku ya, cuma dia yang bisa bikin bumbu sedep buat nanti malam."

Dewi segera berlalu pergi, ia juga takut salah bicara jika di rumah Ridho lebih lama. Sementara Ridho hanya duduk di kursi makan, bertanya sendiri apa yang sudah terjadi pada Mega dan Ibu kandung nya.

"Dek, masih lama?" Ridho berjalan ke depan kamar mandi.

"Sebentar lagi mas, ada apa?"

"Mas keluar dulu ya, ke warung, anak-anak mas bawa."

"Ia Mas."

Mendengar jawaban Mega, Ridho segera membawa Alika dan Alina berjalan ke jalan rumah.

"Ayah, kita mau ke mana?" Alika bertanya, bocah empat tahun itu memang sudah begitu pandai bicara.

"Ke rumah Nenek, kita main di rumah nenek sebentar ya."

Ridho segera menggandeng Alika dan menggendong Alina berjalan ke rumah Siti, Emaknya. Rumahnya hanya berjarak satu rumah milik Dewi. Mereka memang masih satu keluarga, tinggal di tempat yang berdekatan, karena tanah tempat mereka membangun rumah adalah tanah peninggalan kakek Ridho dari sang Ayah.

makin melangkah masuk, suara Emak bercakap jelas terdengar dari ruang tengah.

"Mak nggak suka si Mega do'a punya anak lagi pak! Mak do'a kan saja dia nggak hamil lagi pak, Siska saja belum hamil, enak sekali dia brojol terus!"

"Do'a yo yang bagus to Mak, sama anak sendiri kok do'a begitu!" Harun Bapak Ridho mengingatkan.

"Anak menantu pak, bukan anak kandung, jadi ya terserah dan Mak mau do'a apa!"

Kalimat itu membuat hati Ridho ikut tercabik, Pantas saja jika istrinya pulang dengan wajah sembab, ia sendiri begitu terluka dengan kalimat Emak kandungnya, bagaimana dengan Mega yang jelas di bedakan oleh Emaknya.

"Mak, Jangan begitu dengan istriku, Ridho mohon Emak jaga ucapan juga." Ridho berjalan masuk, membuat Siti dan Harun terdiam karena terkejut.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fahmi
Jangan begitu dengan istriku
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menantu Hina Jadi Nyonya   Keputusan Ridho

    POV RidhoAkhirnya sepulang kerja aku bersama Nadila menemui Niko, anak lelakiku sedang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit saat aku datang. Pembantu Nadila yang menjaga nya selama Nadila kerja, anak itu begitu bahagia melihatku datang."Papa!" Ucapnya dengan senyum tanpa cahaya, wajahnya terlihat pucat."Hay ganteng, kenapa kok sakit."Niko diam, dia melirik ke arah Nadila dengan wajah ragu."Bicara saja, momi tidak akan marah." Ucap Nadila seolah memberikan izin pada anaknya.Niko melihat ke arahku dan memelukku erat, kini aku merasakan tubuhnya berguncang, dia menangis dalam dekapanku."Hey jagoan, kenapa menangis?""Papa nggak mau nikah sama mama ya?"Kalimat tanya itu langsung membuat lidahku kelu, dari mana dia dapatkan kata itu, apakah Nadila menceritakan semua masalah kami kepada Niko juga?Aku menatap manik mata anak lelakiku itu, ada luka dan kecewa di sana, sorot yang justeru menggoyahkan keputusanku dan membuatku berpikir ulang untuk mempertimbangkan juga hati Niko

  • Menantu Hina Jadi Nyonya   Pertemuan tak terduga

    Mas Ridho kesal padaku, hari ini kepergianku ke Jogja sukses membuatnya tak bicara padaku saat aku berpamitan. Bebrepa kali dia meminta aku meminjamkan mobilku padanya, namun aku terus beralasan banyak dan sekarang mobil ini aku bawa pergi ke Jogja, tentu saja itu membuat wajahnya masam seperti limau.Aku menitipkan anak-anak pada seorang wanita yang mbak Dewi cari untuk merawat Alina dan Alika selama aku pergi, jika pekerjaan ya baik dan bagus, mungkin aku akan memperkerjakan dia untuk terus membantuku merawat mereka.Perjalananku ke Jogja tak memakan banyak waktu, aku tiba di hotel tempat kami menginap sebelum siang. Sampai di sana beberapa orang sudah mengurus segala keperluanku. Hari ini acara syukuran syuting pertama, tentu saja kami semua sudah sangat siap menjalankan semua jadwal yang sudah di tentukan."Bu Mega mau makan dulu atau ke kamar?""Ke kamar saja, saya belum solat duhur, nanti saya menyusul ke ruang makan ya." Ucapku pada gadis manis bernama Kori, dia bertugas memban

  • Menantu Hina Jadi Nyonya   kejutan Mas!

    Hari yang di tunggu tiba, mobil yang aku impikan kini di antar hingga terparkir di depan rumah. Sebuah mobil sedan terbaru keluaran Henda dengan warna hitam klasik yang mewah. Mbak Siska berbisik bersama adik bapak yang lain, sementara emak terus menatap tak percaya ada mobil baru di depan rumah anak lelakinya."Wah Ridho, baru juga berapa hari kerja sudah bisa beli mobil." Sapaan lembut para tetangga sampai ke telingaku juga.Mas Ridho yang beli mobil ini? Dia saja makan ikut aku, bagaimana bisa beli mobil baru!Aku bicara saja dalam hati, masih baik tak aku umbar aibmu mas di depan semua warga dan keluarga besarmu. Bahkan mbak Siska yang sejak tadi hanya mengintip dari rumah Bapak, akhirnya keluar juga setelah mendengar komentar pujian untuk adiknya."Mas, tanda tangan dulu." Ucapku menarik tangan mas Ridho masuk ke dalam rumah."Berkas apa ini?""Serah terima mobil mas, kan tetap butuh tanda tangan suami untuk bisa di terima pengajuannya mas." Ucapku sambil memberikan dua map denga

  • Menantu Hina Jadi Nyonya   Sandiwaraku masih berlanjut

    Setelah pertemuan itu, Nadila mengajak paksa Niko pulang. Mas Ridho ingin melindungi anak lelakinya, tapi tak bisa berbuat banyak karena secara hukum Niko anak dari Nadila seorang."Bagaiaman ini bisa terjadi, bagaimana bisa kamu punya anak dari wanita lain Ridho!" Emak duduk bersandar pada dinding rumahnya, kami berkumpul di sini setelah Nadila pulang."Maafkan Ridho mak, Ridho tidak tau jika Nadila hamil dulu.""Terus apa yang kamu tau? Apa waktu kalian buat anak kamu juga nggak merasakan?"Mas Ridho terdiam, aku masih duduk di dekat pintu, mencari udara untuk membantuku bernapas sekarang."Bukan begitu mak, masalahnya saat itu kami sama-sama tidak bisa mengendalikan diri.""Otakmu itu yang tidak terkendali Ridho, bikin malu saja, mau di taruh mana wajah bapak ini!"Mas Ridho tak lagi menjawab, ia memilih diam dan menundukkan kepala, percuma juga ia menjelaskan pada bapak, hati lelaki paruh baya itu sedang terluka hebat."Sekarang bagaimana denganmu Mega, bapak sudah tidak bisa lagi

  • Menantu Hina Jadi Nyonya   Bapak yang Terkekut

    "Bagaimana bisa kamu jadi ibu yang baik Dila, sementara kamu tak bisa menjaga amarahmu sendiri!" Ucap mas Ridho dan membuat aku tersenyum lebar karena mendapat pembelaan."Bukan begitu mas, kamu salah paham!" Ucapnya mendekati mas Ridho yang berdiri di ambang pinti ruanh tengah."Berhenti kamu di situ, ingat batasanmu Dila di kantor memang aku bawahanmu, tapi di sini aku tuan rumah dan Mega adalah nyonya rumah ini."Wajah Nadila berubah dingin, ia menatapku tak suka lalu kembali melihat ke arah mas Ridho."Wanita ini yang kamu banggakan menajdi nyonya rumahmu mas?" Tanyanya menunjuk wajagku begitu dekat membuat Alika memelukku erat karena takut."Jangan membuat anakku takut!" Ucapku menurunkan tangannya dengan segera namun dengan cepat dia kembali menunjuk wajahku."Biar mbak bawa Alika dan Niko ke rumah mbak saja Ga, di sini nggak pantas di liha anak-anak." Ucap mbak Dewi mengajak Niko dan Alika keluar dari sisi pintu samping rumahku."Bawa saja gadis itu, tapi biarkan anakku di sini

  • Menantu Hina Jadi Nyonya   Nadila marah

    Saat sedang di dapur bersama mbak Dewi, suara Emak terdengar dari luar. Aku dan mbak Dewi bergegas keluar dan melihat emak sedang marahi Niko."Kamu anak siapa kok di sini!" Emak menarik tangan Niko keluar."Mak, lepaskan mak!" Aku memintanya, namun Emak seolah tal perduli."Lain kali tutup pintunya Mega, anak asing ini masuk begitu!" Ucapnya terlihat tak suka pada Niko."Ini tamu Mega mak, anak teman." Jawabku mencari alasan dan emak melepaskan tangan Niko."Yasudah, emak kira anak jahat mau nyelakai cucuku. Mana Alina, emak mau bawa ke rumah!"Dengan segera emak membaww Alina dan tanpa permisi keluar dari rumahku. Niko yang ketakutan memegang pergelangan tangannya yang merah."Maaf ya, Niko nggak apa-apa?"Dia menganggukan kepala dan aku segera mengajaknya berdiri. "Bagaimana kalau kita ke belakang, ada kolam ikan di sana, Niko bisa gambar di saung yang ada di belakang."Dia nampak.senang mendengar ideku. "Ayo bu Mega." Ucapnya tak sabar.Aku segera memgajaknya ke belakang dan duduk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status