Share

Racun itu cukup untuk membungkam mulutmu, Yang Mulia!

Semestinya Wang Ju Long bisa tidur nyenyak.

Nyatanya ketika ia mengingat bahwa didalam istana terdapat seorang wanita dengan kekuatan sihir yang siapapun tak bisa menakarnya, ia bangkit dan mondar-mandir didalam kamar. Li Wei, sang istri, telah menaruh simpati karena suaminya itu terhitung cukup jarang khawatir terhadap sesuatu.

“Apa yang kau khawatirkan?” tanyanya. Wang Ju Long berbalik dan menghela napas.

“Apalagi? Aku berniat menelusuri penyebab mengapa gadis itu begitu mudahnya menerima nasib. Dia bahkan tak melawan sama sekali, apa ini masuk akal?”

Setengah cangkir teh dia habiskan sebelum bicara lagi, “bagaimana jika besok akan ada yang datang lagi ke istana? Atau dia sengaja menjadi umpan bagi yang lain? Seharusnya aku tidak mendengarkan Fen Lian untuk meminta overlord Zhao ikut campur, dia sama sekali tak bisa diajak kerjasama.”

“Kau tahu sendiri mengundang overlord tidak semudah yang kita kira. Dia bahkan hanya berinteraksi dengan orang-orang mungkin lima kali dalam satu tahun, tidak ada yang mengetahuinya dengan pasti. Atau.. bisa jadi dia belum menemukan sesuatu yang gawat disini. Kau harus percaya padanya, Yang Mulia.”

“Lantas apakah kita akan memicu sesuatu jika membunuh Xiao Ji?” Wang Ju Long memutar tubuh kearah Li Wei untuk meminta atensi lebih banyak, “kau ingat kejadian enam bulan yang lalu? Setengah warga kota terjangkit penyakit aneh yang kita tak tahu apa sebabnya. Bahkan peramu obat tingkat empat sekalipun tak dapat menyembuhkan mereka. Sekelompok orang datang begitu saja mengangkat penyakit itu dan membuat semua warga membayar dengan harga tinggi.”

Li Wei tentu ingat, karena salah satu pengidap sakit itu adalah salah satu pelayan setianya, Liu Fang. Dia harus membayar satu peti emas untuk membaut Liu Fang kembali pulih.

“Orang-orang ini telah sengaja membuat ulah demi kepentingan mereka sendiri dan kita seperti menuruti keinginan mereka begitu saja. Aku tak berniat membiarkan ini lebih jauh,” Wang Ju Long melayangkan pandangan pada tirai jendela yang tinggi,”kalau tidak, ini sama saja dengan mencoreng nama baikku sebagai seorang pemimpin.”

“Li Fu akan menggantikanmu satu tahun lagi. Kau bisa menyerahkan masalah ini padanya.”

Wang Ju Long kembali menghela napas, “justru ketika dia akan naik tahta semua masalah ini muncul. Aku tidak tahu pasti apakah mereka mengajukan protes ataukah hanya berusaha mencari gara-gara sebelum aku pensiun.”

“Dia baru saja tiba bersama Diwei tadi sore. Kuharap berita ini tidak akan mengacaukannya karena Li Fu butuh banyak waktu untuk menaikkan tingkat kebatinannya.”

“Dia nyaris naik ke level lima sebentar lagi, kalau Fen Lian tidak memberitahu masalah ini padanya.”

“Begitu Li Fu turun tangan, dia jarang memberi ampun. Kuharap dia mau berdiskusi denganmu kali ini.”

“Pada akhirnya kau memiliki ketakutan sama sepertiku bukan? Kematian Xiao Ji mungkin akan membawa keburukan lain yang bisa mengancam kita.”

Li Wei tersenyum, “kerajaan ini masih berdiri dengan kokoh karena seluruh anggota keluarga yang bahu-membahu diantara kita. Aku yakin kalian bisa menyelesaikannya.”

Sementara itu di ruangan lain yang tersekat pintu, seseorang mendengarkan mereka dengan seksama. Matanya berubah sekelam batu garnet dengan aura yang mematikan. Dengan qing gong-nya yang luar biasa, ia pergi tanpa mengundang curiga.

                                     **

Xiao Ji ingat, lima belas tahun yang lalu dia pernah terperangkap didalam goa yang penuh dengan kalajengking berbisa. Meski tersengat di bagian kakinya, ia berhasil keluar hidup-hidup dan membawa pulang batu giok pengendali angin sendirian. Tekadnya terlalu kuat akibat selalu diremehkan orang-orang disekitar yang mencemoohnya anak haram. Demi Xiao Chen, Xiao Ji bertahan hidup untuk dapat melewati masa-masa sulit. Dia boleh angkat dagu untuk itu. Namun demikian—dari semua perjuangannya selama enam belas tahun mempelajari k****u dan sihir— belum pernah Xiao Ji merasa setakut sekarang. Paras dingin yang ia tampilkan seharian ini didepan orang-orang hanyalah topeng untuk menyembunyikan ketakutannya.

Xiao Ji takut mati. Dia takut menjadi apa yang selama ini ia takutkan; arwah gentayangan. Yah, walaupun terdengar konyol tapi masih ada tanggungjawab yang masih ia harus tuntaskan sepenuhnya. Tak bisa terbayangkan olehnya jika Xiao Chen harus hidup sendirian tanpa satupun keluarga yang tinggal bersamanya. Berdasarkan apa yang ia pernah dengar, roh seseorang tidak bisa beristirahat dengan tenang jika masih memiliki suatu dendam atau kepentingan.

Semoga saja, itu tidak terjadi pada dirinya.

“Kalau kau ingin mengaku sekarang, aku bisa membantu meringankan hukumanmu.”

Xiao Ji terkejut oleh kehadiran seseorang yang tidak disadarinya. Kepalanya mendongak, dan seseorang dengan tinggi menjulang tampak berdiri menatapnya sedingin es. Pria itu mengenakan jubah sutera warna putih dengan sulur naga berserat emas dibagian dada kanannya. Lehernya seolah terdiri dari pilar-pilar kokoh yang menjenjang, dan semerbak harumnya campuran antara cendana dan citrus. Parasnya bagai giok yang terpahat sempurna dengan rahang tegas, jelas sekali bahwa struktur wajah itu adalah turunan dari sang Kaisar yang Agung.

“Yang Mulia Putra Mahkota, aku tak berminat membagi rahasiaku pada siapapun.” jawab Xiao Ji tanpa intonasi, menggerakkan kepala kearah bawah sebagai salam hormat. Sembari menundukkan pandangan ia bertanya dalam hati, bagaimana mungkin kedatangan Putra Mahkota itu tidak dapat dideteksi olehnya. Tingkat kebatinan Wang Li Fu, sang Putra Mahkota, berada pada tingkat keempat. Xiao Ji seharusnya masih bisa merasakan kehadiran seseorang dengan ilmu yang tak jauh berbeda dengan dirinya.

Kemudian ia teringat akan berita yang disampaikan orang-orang, bahwa Putra Mahkota sedang pergi bermeditasi guna meningkatkan aliran qi-nya bersama sang adik ke Gunung Qingcheng. Apakah mereka mendapat sesuatu disana?

 “Aku berjuang antara hidup dan mati hanya untuk menyingkirkan orang-orang seperti kalian,” satu tangannya terangkat dan Xiao Ji terpojok ke dinding seketika meski kulit mereka tidak bersentuhan, “apakah menurutmu aku akan mengampunimu?”

Meskipun dorongan tenaga dalam itu tidak melukai Xiao Ji dan hanya dimaksudkan untuk menggertak, tetapi dia enggan mengalah. Xiao Ji menggeser pandangan pada obor dan benda berapi itu melayang kearah Wang Li Fu.

Sekonyong-konyong Li Fu menangkis obor tersebut sebelum mengenai tubuhnya. Perhatian yang teralihkan itulah yang menjadi kesempatan Xiao Ji untuk kemudian dia menyerang lagi. Xiao Ji meraih semacam permata memanjang yang terpasang dirambutnya dan benda tersebut melayang tepat mengenai dada sang Putra Mahkota.

“Konde permata itu beracun,” katanya setelah Li Fu limbung sembari memegangi dadanya yang kesakitan, “aku mendapatkannya di suatu tempat yang mungkin kau senangi. Mau tebak dimana, Yang Mulia?”

Darah mengalir dari sudut bibir Li Fu dan ia menahan beban tubuhnya pada besi-besi pintu penjara.

“Rumah bordil.” rambutnya yang berkilauan mengurai sampai pinggang ketika ia berjalan mendekati sang Putra Mahkota. Dengan tatapan yang nanar kemudian Xiao Ji memandang mata sekelam garnet itu.

“Kau akan mengalami kelumpuhan selama tiga hari jika aliran qi-mu tidak dapat melawannya. Itu cukup untuk membungkam mulutmu, Yang Mulia.”

Senyum jahat Xiao Ji sudah mengembang tepat saat Li Fu mencabut konde itu. Tetapi diluar dugaan, pria itu melayangkan senyum dengan makna serupa ketika jemarinya menyentuh tengkuk Xiao Ji dan bibir mereka mendekat satu sama lain.

“Darahku sudah mengandung racun sekarang,” katanya menelanjangi setiap inchi paras Xiao Ji dengan matanya yang liar, “bagaimana kalau kita teracuni bersama? Kedengarannya menyenangkan bukan?”

Sebelum sempat Xiao Ji menghindar, titik akupunturnya sudah dibekukan pada bagian punggung dan Wang Li Fu mencium bibirnya!

                                      **

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status