Share

Jangan ada yang melepas senjata apapun, dia milikku!

Semua pengawal kerajaan di istana terjaga begitu mendapat titah dari sang Kaisar termasuk dayang dari para selir dan Ibu Suri sendiri. Dalam sekejap istana ramai seperti ada perayaan besar hanya karena seorang penyihir kecil yang melarikan diri. Tak terkecuali Fen Lian yang baru saja memasuki alam mimpi setelah memasuki kediamannya.

Dia bergegas menghampiri Kaisar di pelataran istana utama, namun langkahnya terhenti karena Mei Ying lebih dulu menghadang jalannya.

“Kakak Lian, apa yang terjadi?” tanya gadis itu diliputi kekhawatiran.

Fen Lian menggelengkan kepala, “aku baru saja akan mencaritahu. Disini tidak aman, masuklah kedalam kamar, Mei Ying.”

“Tapi aku ingin tahu apa yang—apa mungkin penyihir itu melarikan diri??”

“Aku benar-benar tidak tahu,” Fen Lian mengedarkan pandangannya kesekeliling dan mendapati Mei Ying berjalan sendirian kearahnya, “dimana dayang Ahn? Kenapa kau datang kesini sendirian!?”

“Maksudku.. aku langsung keluar begitu saja setelah mendengar keributan kecil didepan kediaman panglima. Aku khawatir ayahku diracuni lagi.”

“Dimana Jenderal Lien Hua?”

“Dia akan segera bergabung dengan Kaisar setelah mengganti pakaiannya,” kemudian Mei Ying juga mengedarkan pandangannya ke sekeliling mereka, “apa kau tahu dimana Putra Mahkota berada?”

“Tenanglah, dia baik-baik saja. Akan kuantar kau kembali kedalam kamar, disini terlalu berbahaya.”

Fen Lian melepas baju hangatnya dan memakaikannya pada Mei Ying, kemudian mereka berjalan kearah istana Tenggara, tempat dimana Jenderal Lien Hua dan keluarganya tinggal.

Istana Tenggara dipenuhi oleh whisteria sebab Jian Yu, istri sang jenderal sangat menyukai bunga. Hampir delapan puluh persen istana itu dipenuhi berbagai jenis bunga yang menghiasi setiap sudut dengan delapan wangi berbeda. Jalan menuju kediaman Jenderal Lien Hua akan melewati balai yang biasa diadakan pertemuan kecil diantara para anggota keluarga. Dan langkah mereka terhenti begitu menyadari ada suara didalam sana.

Mei Ying yang segera mengenali suara itu segera membuka pintu balai lebar-lebar, tubuhnya nyaris terkena perangkap benang merah yang dipasang oleh Xiao Ji jika Fen Lian tidak sigap menahannya dari belakang.

Garis sihir tersebut mengenai lengan pakaian Mei Ying dan seketika jubah itu terbelah!

“Sungguh keterlaluan! Kau wanita biadab!” maki Mei Ying dengan napas terengah. Li Fu terkejut melihat kehadiran keduanya dan dengan segera ia mengerahkan tenaga dalam untuk menghilangkan perangkap sihir benang merah.

Dia mampu membuatnya putus, hanya saja tidak langsung melakukannya sebab khawatir Xiao Ji mencoba melarikan diri lagi.

“Sayang sekali kau tidak sempat menemui ajalmu,” Xiao Ji masih bisa tertawa meski tubuhnya sedang terluka, “kelihatannya memang kau masih diberikan kesempatan untuk hidup. Pergunakanlah sebaik-baiknya.”

Mei Ying dipenuhi amarah sekarang, dia hendak menghamburkan diri pada sang Putra Mahkota tetapi pria itu memberi isyarat agar ia tak mendekat.

“Kakak Li Fu, apa kamu baik-baik saja?”

Li Fu tak menjawab dan menggeser pandangannya pada Fen Lian yang masih terpaku ditempat, , “Fen Lian, bawa dia keluar sekarang. Aku harus mengurusnya sebelum dia menghilang lagi.”

“Mei Ying hampir saja terbunuh olehnya!” Fen Lian menatap Xiao Ji penuh kengerian.

“Itu karena dia masuk begitu saja dengan bodohnya, tidakkah kau melihat.. uhkk,” Xiao Ji terbatuk darah sebelum melanjutkan, “kalau aku sebenarnya berusaha mencelakai kakakmu, Pangeran Kedua?”

“Dia—dia berusaha mencelakai semua orang!“ teriak Fen Lian lagi.

“Mari kita lihat,” Li Fu memandang Xiao Ji yang tampaknya mencoba memulihkan diri, “sejauh apa dia bisa bertahan.”

“Aku akan memanggil bantuan, kau tidak boleh terluka Putra Mahkota!” Mei Ying segera menepis lengan Fen Lian yang berusaha membawanya keluar.

“Mei Ying, dia bisa mengatasinya. Ayo pergi!”

“Tidak! Apa yang kau lakukan? Kakak, biarkan aku bersamamu! Aku tidak bisa melihatmu terluka karena bajingan kecil ini! Lepaskan aku kakak Lian!” Mei Ying sangat memberontak sehingga Fen Lian perlu membekukan titik akupunturnya agar ia bisa diam. Bahkan pangeran itu membopong Mei Ying yang masih bisa berteriak meski tak dapat berbuat apapun. Suaranya yang melengking mengundang perhatian pengawal kerajaan dan mereka buru-buru membentuk formasi untuk melindungi Putra Mahkota begitu melihat Xiao Ji tak berdaya dibawah podium balai.

“Jangan ada yang melepas senjata apapun,” kata Li Fu memberi peringatan,”dia milikku sekarang. Aku sendiri yang akan memberinya pelajaran.”

Awalnya para pengawal itu menolak, tapi ketika Li Fu memberikan tatapan mematikan kearah mereka, semuanya terdiam.

“Pelajaran?” Xiao Ji mendenguskan tawa sebelum melanjutkan bicaranya, “apa aku harus lari ketakutan mendengarnya?”

Ingin sekali Li Fu menjahit mulut kecil didepannya, tapi ia tahan sedemikian rupa bersama dengan ditariknya lengan Xiao Ji hingga ia berdiri. Diseretnya ia kehadapan Yang Mulia Kaisar.

“Dimana kau menemukannya!?” tanya Wang Ju Long terkejut. Li Fu menahan amarahnya dengan gertakan geligi.

“Apa kau masih tetap menolak membuatnya menikah denganku?”

Wang Ju Long menghela napas, “Li Fu, itu—“

“Maka berikan aku kesempatan untuk tetap memanfaatkannya.”

Hasrat Putra Mahkota untuk membenahi hama didalam kerajaan nyaris tak terbendung lagi. Dia akan mengerahkan segala upaya untuk membuat mereka musnah dari kerajaan Xing Guan. Intinya, tidak ada yang bisa memenggal kepala Xiao Ji selain dirinya sendiri.

“Beri Xiao Ji waktu enam bulan untuk tetap hidup. Selama itu, aku akan mengusahakan yang terbaik untuk memusnahkan sekte Yue Yin dari kerajaan kita.”

                                                            **

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status