Home / Romansa / Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan / Bab 4. Semakin penasaran.

Share

Bab 4. Semakin penasaran.

Author: Any Anthika
last update Last Updated: 2024-04-24 14:46:39

Mia sudah kembali lagi ke kamar tanpa membawa makanan apapun. Dia melihat suaminya telah selesai mandi dan sedang memilih ganti.

Dada pria itu terlihat bidang dengan kulit yang mulus dan bahu yang kekar. Otot dan perutnya juga terbentuk seperti sengaja dirawat dengan olahraga gym yang teratur.

Mia sering merasa aneh, kenapa suaminya yang katanya hanya seorang kuli serabutan bisa memiliki tubuh yang indah dan kulit semulus itu?

Dia menatap kulitnya dan membandingkan. Benar-benar kalah.

Gara menyadari jika Mia sedang memperhatikannya. Dia tersenyum kecil dan mendekati, “Belum puas? Kenapa tidak memegangnya saja? Ini milikmu.” Gara mengambil tangan Mia dan menaruh di perutnya.

"Eh!” Mia tersipu malu, segera menarik tangannya.

Gara tertawa kecil melihat wajah memerah istrinya lalu kembali pada pakaian yang sudah ditemukan.

Kaos putih yang telah pudar warnanya, dengan celana pendek hitam yang juga telah pudar. Cuci kering pakai, mungkin itu yang membuat pakaian Gara tampak pudar.

Mia juga merasa aneh, suaminya ini hanya punya beberapa pakaian saja. Dia sudah sering menyuruh Gara membeli pakaian, tapi Gara selalu menolak dengan alasan, “Uangnya untuk keperluan kamu saja.”

Meskipun hanya berpakaian apa adanya seperti itu, menurutnya, pria itu tetap terlihat tampan. Atau mungkin karena dia sudah mulai menyukai pria ini?

"Mana makanannya?” Gara bertanya saat menyadari Mia tidak membawa apapun ke kamar.

Mia tidak menjawab, dia hanya memasang wajah murung dan duduk ditepi tempat tidur.

Gara tersenyum, sudah bisa mengerti apa yang terjadi. “Apa kubilang tadi?”

Mia mendengus kesal, lalu menatap suaminya dengan perasaan sedih. “Kamu masih kuat kan, sampai besok pagi?”

Gara tertegun, mengulurkan tangannya untuk mengelus kepala istrinya. “Tentu saja, tapi bagaimana istriku ini? Kamu pasti belum makan, kan?”

Mia membalas dengan senyuman, “Aku kuat kok sampai besok, jangan khawatir.”

Gara merasa sedih, kemudian mengambil ponselnya dan mengulik sebentar.

“Aku memesan makanan, tunggu sebentar ya?”

Mia terkejut saat Gara mengulurkan uang padanya. “Eh, tidak usah. Untuk kamu berangkat kerja besok. Kalau tidak ada uang lagi bagaimana?”

“Masih ada, jangan khawatir.”

Dengan ragu-ragu Mia menerima uang itu.

Tanpa sengaja dia melihat ponsel yang sedang dipegang oleh suaminya.

Tunggu sebentar, ada yang mengganjal dalam pikirannya. “Gara, itu ponsel kamu?”

Gara mengangkat tangannya, memperhatikan ponsel miliknya.

“Iya, kenapa?”

Mia bukan perempuan yang terlalu bodoh, dia tahu jika ponsel itu adalah ponsel mewah pengeluaran terbaru.

“Ponselmu, kenapa sangat bagus? Kamu membelinya sendiri atau,’

Gara langsung sadar jika istrinya mulai mencurigainya, “Oh, ini pemberian bos. Apa kamu mau? Aku bisa meminta bos untuk membelikan kamu juga. Bos ku sangat baik.”

“Eh, tidak perlu. Tidak usah. Aku ke depan dulu ya?” Mia langsung membalikan badannya untuk keluar dari kamar.

Dia berjalan ke depan untuk menunggu pesanan makanan. Tapi dia masih memikirkan ponsel milik suaminya tadi.

Dia pernah melihat ponsel jenis itu di internal. Harganya saja bisa puluhan juta. Mustahil sekali jika bos Gara memberikan ponsel semahal itu dengan begitu mudah.

Dari mana ponsel itu? Atau jangan-jangan suaminya telah mencuri milik orang lain?

Mia mulai banyak pikiran.

Tidak lama menunggu, makanan pesanan datang. Mia melotot saat melihat bandrol makanan itu.

Kenapa sangat mahal? Makanan apa memangnya?

Setelah membayar, Mia cepat kembali ke kamar, dia takut ada yang melihat. Pasti hanya akan mendapatkan ocehan panjang lebar jika ibu atau kakaknya melihat dia membeli makanan online.

Untung tidak ada yang melihat.

Tapi Mia masih memikirkan harga makanan yang sudah dibawanya. Ini sangat pemborosan. Menurutnya, harga makanan ini bisa untuk membeli keperluan dapur selama beberapa hari.

Tiba di kamar, dia langsung bertanya pada Gara, “Memang, kamu pesan makanan apa? Kenapa begitu mahal?”

“Sesekali tidak masalah memanjakan lidah. Makanlah, jangan memikirkan harganya.” Gara tahu jika istrinya tidak pernah makan makanan enak di rumah ini. Malam ini dia sengaja memesan makanan enak.

Mia hanya mengangguk, membenarkan ucapan suaminya lalu duduk dan membuka bungkus makanan.

“Wah!” Dia terbelalak saat melihat Pizza dan Barbeque dalam kotak makanan. Seumur hidup, memegang makanan ini pun tidak pernah.

Mia tersenyum senang dan menikmatinya. Dia melupakan harga makanan ini.

“Ini benar-benar sangat enak. Jika ibu tau, pasti akan sangat marah.” Mia berkata sambil mengunyah.

Gara tertawa kecil, “Tidak ada yang melihat kan?”

Mia menggelengkan kepalanya.

“Kalau begitu, jangan dipikirkan. Makanlah dengan baik.” Gara menatap Mia yang sangat menikmati makanan itu. Ada rasa sedih dalam hatinya. Istrinya ini mungkin sudah cukup lama menderita. Suatu saat nanti dia berjanji akan membawanya keluar dan memberinya semua kebahagiaan.

"Kamu tidak mau?" Mia mendongak, menatap Gara yang memperhatikannya.

“Aku sudah makan dikerjaan. Makan saja, jika tidak habis bisa disimpan untuk besok pagi.”

Mia mengangguk, melanjutkan makannya.

Ponsel Gara berdering, pria itu berdiri mengangkat panggilan dan menjauh. Mia memperhatikan Gara. Sepertinya ada hal cukup serius yang dibicarakan oleh suaminya itu dengan si penelpon.

Mia kembali penuh pertanyaan. Setiap dirumah, ponsel Gara sering berbunyi dan dia akan mengangkat panggilan secara diam-diam.

Apa yang disembunyikan oleh suaminya?

Selama ini Mia memang tidak pernah bertanya mengenai latar belakang kehidupan Gara. Dia hanya mengetahui jika Gara hidup sebatang kara dan tidak memiliki pekerjaan yang jelas.

Mia tidak pernah memikirkan hal itu sebelum ini. Baginya, mendapatkan seorang suami saja sudah cukup.

Meskipun pada awal pernikahan, Mia sempat menangis semalaman memikirkan nasibnya yang malang. Menikah dengan Pria yang sama sekali belum dikenal. Padahal dia masih ingin mencari pekerjaan yang baik diluar sana. Kemudian menabung banyak uang untuk masa depannya. Lalu jatuh cinta pada seorang pria, berpacaran kemudian menikah dengan penuh cinta.

Nyatanya semua mimpinya harus terkubur karena desakan ibu yang terus memaksakan kehendaknya demi anak emasnya.

Meskipun ayahnya sempat mengatakan sesuatu yang baik, jika dia tidak akan salah dalam memilih suami. Gara adalah pria yang baik dan punya masa depan yang baik.

Saat itu, ibu membantah dengan keji, “Apanya yang baik? Pria itu hanya bekerja serabutan yang tidak jelas! Hanya akan menjadi beban keluarga! Sudah miskin, juga sebatang kara! Benar-benar tidak berguna.”

“Jika ibu punya pendapat seperti ini, kenapa masih memaksaku untuk menikah dengannya?” Mia menjawab.

“Karena kamu sudah tidak ada waktu lagi untuk memilih. Dinda akan segera menikah, jadi kamu harus duluan menikah. Jangan sampai membuat malu adikmu.”

Lagi-lagi, ibunya hanya memikirkan Dinda.

Mia hanya bisa menurut. Sampai dia menikah dengan Gara dan mulai saling menerima.

Pria ini sangat penyabar, begitu lembut dan memberi perhatian banyak pada dirinya. Mia semakin nyaman dan mulai menyukainya. Setiap hari dia akan merasa kesepian jika Gara pergi bekerja. Menjelang sore dia akan menunggu Gara pulang dengan gelisah.

Sampai saat ini Gara masih sangat tertutup sekali tentang latar belakang hidupnya, tapi Mia tidak ingin banyak bertanya. Dia khawatir membuat Gara tidak nyaman. Perlakuan ibu dan saudara-saudaranya pada Gara saja sudah membuat Mia sedih. Untung saja Gara masih tetap bertahan disisinya. Meskipun setiap hari hanya dihina dan direndahkan oleh keluarganya.

Tapi, semakin hari kenapa dia sangat penasaran dengan pria ini?

Dia melihat Gara sudah selesai dengan si penelpon. Gara kembali mendekatinya dan duduk di depannya.

Mia mendongak, menatap baik-baik Gara. Dia berdehem kecil. “Gara, aku ingin bertanya.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (10)
goodnovel comment avatar
Novita Sari
lanjut dong
goodnovel comment avatar
Athirah Nasir
lanjutkan ceritanya
goodnovel comment avatar
Tuty Choriha
cepetan sih lanjutannya,LG penasaran,
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 405. Akhirnya Mereka Sah Juga

    Tidak ada tetangga yang datang karena mereka sengaja, lamaran malam ini dengan sederhana saja. Tidak ada yang dibawa oleh Dodi karena memang mereka sudah berunding untuk tidak memaksakan diri dan tidak membawa apapun. Ini adalah pesan Gita, jadi Dodi datang hanya membawa ucapan niat dan cincin seberat 2 gram saja sebagai tanda pengikat antara mereka. Acara lamaran berlangsung sederhana namun penuh keseriusan dari kedua belah pihak. Pakde Gita tak banyak bicara, sebab di sini ia hanya menjadi saksi, bukan untuk dimintai pendapat. Sebelumnya, Bu Mila sudah berpesan demikian. Sebelum lamaran ini, Pakde sempat menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pernikahan Gita dengan Dodi. Alasannya, masa depan Dodi kurang cerah dan hanya akan membebani Gita, terlebih Gita kini sudah sukses. Pakde khawatir banyak orang berbiat buruk, lalu menjadikan alasan ingin menikahi Gita. Bu Mila menegaskan untuk tidak perlu ikut campur urusan mereka . Dodi memandang Heru dengan mata terbelalak, seperti kura

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 404. Memberi Solusi

    Sebagai orang tua, mereka hanya perlu menyetujui, memberi restu, dan dukungan. Meski tak suka, Pakde tak bisa berbuat apa-apa selain mengiyakan.Mungkin ia sadar bahwa selama ini ia tak pernah membantu atau ikut memberi makan Gita dan Anisa sejak mereka lahir, lalu mereka ditinggal orang tua mereka, dan kini telah tumbuh dewasa.Acara lamaran selesai, disambung dengan obrolan ringan, basa-basi sebelum waktunya pulang.Tidak ada yang istimewa di acara malam ini, tetapi bagi Gita dan Dodi, acara ini sangat spesial dan membekas di hati. Karena malam ini, mereka resmi menjadi sepasang tunangan dan berencana menikah bulan depan. Awalnya, ketika ditanya oleh Pak De kapan mereka akan menikah, Dodi masih ragu untuk menjawab. Bukan karena ragu, tetapi dia ingin benar-benar siap. Namun, Gita yang langsung menjawab, "Rencana kami adalah bulan depan, Pak De. Setelah bulan ini habis, kami akan berunding lagi untuk menentukan hari yang tepat."Dodi tidak bisa berkomentar karena takut Gita tersinggu

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 403. Benar-benar Datang Ke rumah

    Dodi menarik nafas resah. Tadinya, dia sudah cukup senang, khayalannya melambung tinggi, menikahi Gita dan hidup bahagia penuh cinta. Namun, setelah obrolan dengan ibunya, perasaannya berubah menjadi kacau.Jika nanti dia menikah, bagaimana mungkin dia bisa tinggal bersama Gita? Bagaimana dengan ibu dan dik-adiknya? Tapi jika dia mengajak Gita untuk tinggal bersamanya, tentu saja itu juga tidak mungkin. Dia tidak bisa membawa Gita untuk tinggal di pondok mereka dan mengurus keluarganya.Tiba-tiba, sebuah pesan singkat dari Gita masuk. "Dodi, sedang apa? Apa kamu sudah pulang kerja?""Iya, Gita. Aku sudah pulang dari tadi." Mulai hari ini dan seterusnya, Dodi memang sudah mau belajar untuk memanggil Gita dengan nama saja. Mereka sudah sepakat."Bisa gak nanti malam ke rumah? Ada hal yang ingin aku bicarakan."Karena Dodi juga ingin membicarakan suatu hal dengan Gita, dia pun setuju. "Iya, aku akan ke sana nanti malam."Gita tersenyum, selain memang ada sesuatu yang ingin dibicarakan se

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 402. Akan melamarnya l

    Yang di sana menutup mulutnya dengan satu tangan menahan agar tidak tertawa keras karena saking senangnya.Ya ampun… Ternyata Dodi romantis juga ya?Akhirnya sepanjang malam ini mereka sama-sama begadang, melanjutkan chat mesra dan rencana untuk kedepannya nanti. Sampai terlupa, ketiduran tanpa sengaja. Ponsel masing-masing terjatuh dari tangan dan paginya ponsel mereka sama-sama ngedrop!Dodi merasa sangat kesal karena tidak bisa mengirimi pesan atau melihat pesan chat dari Gita. Akhirnya berangkat kerja tanpa membawa ponsel.Gita juga demikian, terpaksa pergi mengajar meninggalkan ponselnya di rumah untuk dicas.Di tempat kerja, mereka tidak konsen.Saling memikirkan satu sama lain. Andai saja tadi ponsel bisa dibawa, setidaknya bisa berkirim chat, menanyakan kabar. Lagi ngapain? Udah makan belum?Duh, kasmaran!Sayangnya semalam lupa , seharusnya sambil di cas saja. Kan tidak sampai ngedrop?Saat Dodi pulang dari kerja, di jalan melihat kecelakaan. Sebuah mobil sedan menabrak seora

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 401. Kasmaran

    Anisa mengusir mereka dengan bercanda, "Sudah, jalan sana, nanti keburu magrib."Gita dan Dodi akhirnya berangkat menggunakan motor Anisa. Mereka berboncengan, menarik perhatian orang-orang di jalan karena penampilan mereka yang berbeda dari biasanya. Beberapa mencibir, tapi banyak juga yang memuji kecocokan mereka.Sesampainya di acara, suara musik orgen tunggal menyambut. Mereka disambut oleh tim penyambut tamu, dan beberapa orang langsung mengenali mereka, "Mbak Gita sama Mas Dodi? Wah, cocok banget!”Gita dan Dodi hanya tersenyum malu mendengar godaan-godaan itu. Setelah mengambil makanan, mereka duduk bersama dan menikmati hidangan. Sesekali mereka melirik satu sama lain dan tersenyum, tapi tidak bisa fokus karena hati mereka sama-sama berdebar.Setelah makan, Dodi mengajak Gita untuk memberikan amplop kepada pasangan pengantin. "Cepat menyusul kami ya!" ucap mempelai wanita, membuat Gita semakin tersipu."Kenapa semua orang berpikir kita pacaran?" tanya Gita saat mereka kembali

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 400. Ke Pesta Bersama

    Penjelasan Gita diterima, dan beberapa siswa bahkan membuka platform novel online untuk memeriksa kebenarannya. Mereka akhirnya paham bahwa kehidupan Gita dan Anisa telah berubah berkat kerja keras Gita.Sejak saat itu, tak ada lagi yang menuduh atau membicarakan Anisa dan keluarganya. Kabar tentang Gita yang menjadi penulis menyebar, dan kehidupan mereka menjadi lebih damai. Tidak ada lagi tuduhan atau hinaan dari Cindy dan teman-temannya.Hari itu, Gita merasa sangat lelah setelah seharian membersihkan rumah bersama Anisa. Malam harinya, ia mengalami sakit kepala yang parah. Anisa khawatir melihat suhu tubuh kakaknya yang sangat panas."Mbak Gita sakit, ya? Badannya panas sekali!" seru Anisa.Gita mengeluh, "Kepala Mbak sakit, tubuh juga rasanya ngilu-ngilu."Anisa segera memberi tahu Bu Mila, yang panik. "Tunggu sebentar, Anisa. Biar nenek menemui Mbak Nita.""Biar Anisa saja, Nek. Nenek tungguin Mbak Gita," ujar Anisa, langsung berlari ke rumah Nita. Mendengar kabar itu, Nita dan

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 399. Di Bully

    "Udah, jangan dilihat terus. Besok langsung dicoba aja," goda Nita, sambil tersenyum melihat Anisa yang terus memandangi motor barunya.Anisa tertawa kecil, benar-benar tidak menyangka dirinya bisa mendapatkan motor sebagus itu. Dia menoleh pada Gita, "Mbak Gita, terima kasih ya. Pasti mahal banget."Gita tersenyum dan menepuk tangan Anisa lembut, "Yang penting kamu senang, Anisa. Harga motor ini nggak ada apa-apanya dibanding kebahagiaan kamu.""Ya ampun, Mbak Gita! I love you deh!" Anisa memeluk kakaknya dengan rasa terima kasih."Makanya, jangan bandel. Kamu nggak kerja tapi dibeliin motor sama HP baru. Semangat belajar dan bantu-bantu di rumah, ya," Bu Mila mengingatkan."Siap, Nek! Anisa makin semangat," jawab Anisa riang, disambut tawa seluruh keluarga.Heru lalu berdiri, "Maaf, aku harus pulang. Toko nggak ada yang jaga lama-lama.""Aku juga pulang, nih," kata Nita sambil mengeluarkan kado kecil dari sakunya.Heru melihat kado itu dan tertawa, "Ya ampun, kado kamu kecil banget,

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 398. Kejutan

    Karena Anisa memang adik yang pengertian, meskipun hatinya sedikit terluka oleh ucapan kakaknya, dia tidak berani menjawab. Anisa mencoba mengerti, mungkin kakaknya sedang banyak pikiran atau lelah, jadi dia memilih untuk diam saja.Kemudian, Anisa beranjak dari kamar Gita untuk mencari neneknya, tetapi tidak menemukannya. Dia lalu pergi ke dapur dan membuka tudung saji. Ternyata tidak ada makanan apapun di meja. Bahkan di magic com pun tidak ada nasi. Anisa mendengus kesal, lalu kembali ke kamar Gita."Mbak, nenek nggak masak ya? Nenek pergi kemana?" tanya Anisa lagi.Kakaknya terlihat kesal, lalu melemparkan guling ke arah Anisa."Kamu itu manja banget sih! Kamu kan bisa masak sendiri, masak mie, ceplok telor, atau apa gitu. Nggak usah terus ngandelin nenek. Nenek lagi pergi ke rumah Bude dari tadi pagi, jadi nggak sempat masak. Kamu aja yang masak nasi, sana!” ujar kakaknya.Anisa merasa sedih melihat perubahan kakaknya yang tiba-tiba menjadi pemarah. Namun, dia tidak berani memban

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 397. Kenapa Kak Gita tiba-tiba berubah?

    “Ya Allah, ternyata ini pekerjaan Mbak Gita yang jarang diketahui orang. Pantas saja Mbak bisa membeli ini itu dan mengubah ekonomi keluarga. Aku benar-benar tidak menyangka kalau Mbak bisa sehebat ini.”Gita mengangguk kemudian tersenyum kecil sambil melanjutkan untuk memberitahu Dodi tentang aplikasi-aplikasi novel miliknya.“Mungkin beberapa orang di kampung banyak yang membicarakan aku, tapi aku tidak mau peduli. Karena mereka juga tidak tahu apa yang aku lakukan sebenarnya. Yang terpenting bagiku adalah aku mencari pekerjaan secara halal dan ini merupakan anugerah serta rezeki dari Allah yang diberikan padaku. Aku telah diberi jalan untuk bisa mengubah ekonomi keluargaku.”Dodi mendongak, "Mungkin sebagian orang membicarakan keluarga Mbak karena mereka tidak tahu yang sebenarnya. Tapi benar kata Mbak, tidak usah dipedulikan. Bukankah Mbak tidak merugikan siapa-siapa? Mbak menulis dengan ide sendiri tanpa mengganggu orang lain.""Itulah yang sering dikatakan oleh Mbak Nita. Makany

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status