Share

Tamu yang Membawa Masa Lalu

Author: ArunaLys
last update Last Updated: 2025-08-09 21:00:03

Pagi itu, udara terasa lebih segar dari biasanya. Matahari baru saja merangkak naik, memantulkan cahaya keemasan yang masuk lewat jendela besar di ruang tamu. Aroma kopi dan wangi tumisan bawang dari dapur masih mengambang di udara. Sekar baru saja selesai membantu ibu mertuanya, Ibu Sri, menata piring-piring di meja makan ketika suara deru mobil terdengar memasuki halaman.

Ibu Sri langsung menegakkan tubuh, meletakkan sendok yang sedang ia pegang. Wajahnya berubah—ada senyum hangat, tapi juga gugup yang tipis seperti benang halus.

"Itu pasti mereka," gumamnya pelan, nyaris seperti bicara pada diri sendiri.

Sekar melirik penasaran. "Mereka, Bu? Siapa?"

Ibu Sri hanya tersenyum samar. "Nanti kamu tahu."

Suara pintu mobil terbuka. Dari balik tirai, Sekar melihat sepasang suami istri paruh baya turun, diikuti dua orang pemuda dan seorang perempuan muda yang sepertinya seusianya. Laki-laki itu tegap meski rambutnya sudah memutih sebagian, sementara istrinya berwajah teduh.

Pintu depan terb
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menantu On Air : Siaran Rahasia dari rumah mertua    "Dalam Diam, Cinta Berbisik”

    Arya berbaring membelakangi Sekar, napasnya teratur—terlalu teratur. Sekar tahu, suaminya tidak benar-benar tertidur. Itu hanyalah cara Arya menghindari tatapan, menghindari percakapan yang mungkin akan membuka kembali luka atau amarahnya.Sekar memandangi punggung lebar itu, hatinya terasa berat. Ia tahu Arya sedang berusaha terlihat kuat, tapi justru itulah yang membuatnya khawatir. Dalam diam, Sekar menatap lama, mencari celah untuk menembus benteng yang dibangun suaminya.Ia teringat, Arya paling mudah luluh jika ia bermanja. Saat Sekar memeluknya dari belakang, mengusap pelan dadanya, atau berbisik lembut di telinga—biasanya senyum itu akan kembali. Dan malam ini, meski suasana masih pekat oleh bayangan obrolan di ruang tamu, Sekar memutuskan untuk mencoba.Perlahan ia menyusup ke dalam selimut, mendekap

  • Menantu On Air : Siaran Rahasia dari rumah mertua    Malam di Antara Rahasia

    Obrolan di ruang tamu mulai terdengar aneh—terlalu banyak jeda, terlalu banyak senyum yang tidak sampai ke mata. Lampu gantung di tengah ruangan memancarkan cahaya kekuningan, membuat bayangan wajah setiap orang terlihat lebih dalam, seolah menyimpan rahasia.Pak Bowo, paman Arya, duduk bersandar dengan satu kaki disilangkan, tangannya memutar cangkir teh yang sudah dingin. Senyumnya tipis, tapi tatapannya menusuk ke arah Arya, seperti ingin menguji kesabaran.Arya menahan pandang, jemarinya mengetuk pelan sandaran kursi. Sekar bisa melihat rahang suaminya mengeras, urat di lehernya menegang.Pak Slamet, ayah mertua Sekar, mencoba memecah suasana. “Sudahlah, Bowo. Kita ngobrol hal yang ringan-ringan saja. Anak-anak ini kan baru pulang kerja.”“Tentu, Mas,&rdquo

  • Menantu On Air : Siaran Rahasia dari rumah mertua    Kedatangan yang Nggak Biasa

    Malam itu, rumah mertua Sekar dibungkus kehangatan semu. Lampu ruang tamu menyala temaram, meninggalkan sudut-sudut yang tenggelam dalam bayangan. Angin malam masuk lewat jendela yang sedikit terbuka, membawa aroma tanah basah setelah hujan sore tadi.Makan malam baru saja usai. Piring-piring sudah dibawa ke dapur, Ibu Sri sibuk merapikan meja, sementara anak-anak Pak Bowo bermain kartu di ruang keluarga. Sekar duduk di kursi rotan, menatap kosong ke arah cangkir tehnya yang tinggal separuh.Arya berdiri di dekat pintu, tatapannya mengikuti pamannya yang berjalan pelan menuju teras samping. Pak Bowo menoleh sebentar, memberikan senyum tipis—senyum yang bukan sekadar ajakan berbincang, tapi juga seperti sebuah undangan ke dunia yang berbeda.Arya mengangguk, lalu berjalan mengikutinya. Sekar sempat ingin bertanya, n

  • Menantu On Air : Siaran Rahasia dari rumah mertua    Tamu yang Membawa Masa Lalu

    Pagi itu, udara terasa lebih segar dari biasanya. Matahari baru saja merangkak naik, memantulkan cahaya keemasan yang masuk lewat jendela besar di ruang tamu. Aroma kopi dan wangi tumisan bawang dari dapur masih mengambang di udara. Sekar baru saja selesai membantu ibu mertuanya, Ibu Sri, menata piring-piring di meja makan ketika suara deru mobil terdengar memasuki halaman.Ibu Sri langsung menegakkan tubuh, meletakkan sendok yang sedang ia pegang. Wajahnya berubah—ada senyum hangat, tapi juga gugup yang tipis seperti benang halus."Itu pasti mereka," gumamnya pelan, nyaris seperti bicara pada diri sendiri.Sekar melirik penasaran. "Mereka, Bu? Siapa?"Ibu Sri hanya tersenyum samar. "Nanti kamu tahu."Suara pintu mobil terbuka. Dari balik tirai, Sekar melihat sepasang suami istri paruh baya turun, diikuti dua orang pemuda dan seorang perempuan muda yang sepertinya seusianya. Laki-laki itu tegap meski rambutnya sudah memutih sebagian, sementara istrinya berwajah teduh.Pintu depan terb

  • Menantu On Air : Siaran Rahasia dari rumah mertua    Jamuan untuk Satu Nama

    Pagi itu seharusnya biasa saja.Setelah sholat Subuh, Sekar seperti biasa akan menuju dapur untuk menyiapkan sarapan kesukaan suaminya, Arya—nasi goreng kampung dengan telur mata sapi setengah matang. Tapi pagi ini, ada yang berbeda. Sangat berbeda.Langkahnya terhenti di ambang pintu dapur.Matanya membulat, alisnya terangkat.“Lho… Ibu?”Di dapur, ibu mertuanya sudah lebih dulu berdiri tegak—bukan hanya dengan apron bermotif bunga kecil yang khas itu, tapi juga dengan segunung bahan makanan yang memenuhi meja. Ada ayam utuh, udang segar, aneka sayuran dari ladang, bahkan beberapa bumbu rempah yang biasanya hanya dipakai kalau ada acara khusus.Sekar menelan ludah.“Wah, ini sih bukan masak sarapan. Ini mau buka warung nasi padang apa gimana…”Ia mundur pelan, nyaris tanpa suara. Lalu buru-buru menuju kamar. Ada yang aneh. Sangat aneh. Dan ia tahu hanya satu orang yang bisa menjawab semua ini: suaminya.Arya masih mengenakan koko putihnya, dengan rambut setengah basah yang acak-acaka

  • Menantu On Air : Siaran Rahasia dari rumah mertua    The Ultimate Showdown : Rasa takut kehilangan dan keberanian

    Banyak ibu mertua merasa khawatir kehilangan peran dan pengaruhnya terhadap anak laki-lakinya setelah menikah. Hal ini bisa memicu persaingan tersembunyi dengan menantu untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari sang anak. Menantu pun merasa cemburu jika pasangannya terlalu dekat atau lebih memprioritaskan orang tuanya.“Hai… siapa di sana?”Suara Sekar terdengar lembut, seperti selimut tipis yang menenangkan malam. Tangannya menggenggam erat headset, dan matanya berbinar, penuh semangat. Ia tahu, setiap sambungan adalah cerita. Dan setiap cerita, selalu layak didengar.“Halo... aku Niko,” jawab suara laki-laki dari seberang. Suaranya pelan, tapi berat. Seperti seseorang yang menyimpan beban, namun tak ingin menjatuhkannya sembarangan.Sekar tersenyum, meski tahu lawan bicaranya tak bisa meli

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status