Home / Urban / Menantu Pahlawan Negara / Bab 1155 Tidak Ada Hubungannya dengan Ayahku

Share

Bab 1155 Tidak Ada Hubungannya dengan Ayahku

Author: Sarjana
"Kemarilah."

Ardika kembali mengucapkan satu kata itu tanpa ekspresi.

Sambil menahan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya, Gulko kembali berguling ke hadapan Ardika.

Kali ini, tanpa isyarat dari Ardika, dia segera bangkit dan menyodorkan wajahnya.

"Plak!"

Begitu tamparan Ardika mendarat di wajahnya, tubuh Gulko kembali terpental.

"Kemarilah ...."

Koridor UGD rumah sakit dipenuhi manusia.

Namun, saat ini suasana sangat hening.

Hanya satu kata "kemarilah" yang keluar dari mulut Ardika lagi dan lagi, serta suara tubuh Gulko menghantam lantai lagi dan lagi yang terdengar.

Adegan yang sama seakan-akan terus diulang tanpa henti.

Namun, semua orang tahu jelas bahwa Gulko benar-benar kooperatif dalam menerima pukulan dari Ardika.

Setelah beberapa kali terpental, Gulko sudah babak belur, dia bahkan sudah tidak mampu merangkak lagi.

Saat ini, Ardika baru berjalan menghampirinya perlahan-lahan, lalu mengalihkan pandangan ke arahnya.

"Bukankah kamu sudah dipecat dari jabatanmu sebagai pena
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2395 Pak Jidon

    "Tin ... tin ...."Saat ini, konvoi yang dipimpin oleh Jidon juga sudah berhasil mengejar Jesika dan yang lainnya, mobil mereka sudah sejajar. Pada saat bersamaan, mereka juga menurunkan jendela mobil dan membunyikan klakson. Selain itu, seorang pria berjenggot yang duduk di kursi penumpang samping pengemudi juga mengisyaratkan Jesika untuk menurunkan jendela mobil."Nona Jesika, ikuti kami. Kalau kami menyuruhmu berhenti, kamu harus berhenti."Pria yang duduk di kursi penumpang samping pengemudi itu bersiul sambil tertawa main-main pada Jesika.Melirik mobil-mobil berwarna hitam itu telah mengepung mobilnya, Jesika tidak punya pilihan lain selain mengikuti instruksi pria itu.Setelah mobil melaju sejauh ratusan meter, konvoi tersebut belok ke sebelah kanan, menuju ke sebuah tanah kosong di pinggir jalan."Bam ... bam ...."Mobil-mobil berwarna hitam lainnya juga melaju ke tanah kosong tersebut. Setelah mobil berhenti, satu per satu dari pintu mobil-mobil tersebut pun terbuka.Tak lama

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2394 Dipaksa Berhenti

    Walaupun Jesika tidak tahu Yanti sedang mengirimkan pesan kepada siapa, tetapi samar-samar dia sudah bisa menebak sesuatu.Sementara itu, meskipun jarak di mana dirinya sekarang dengan lokasi janji temu dengan Ardika sudah sangat dekat, tetapi tetap saja waktu janji temu belum tiba.Karena itulah, dia meletakkan ponselnya di sisi yang tak terlihat oleh Yanti, lalu diam-diam menghubungi nomor Ardika. Namun, tanpa menunggu Ardika menjawab panggilan teleponnya, dia langsung mengakhiri panggilan telepon tersebut.Dengan begitu, tidak akan terdengar suara. Selain itu, dia yakin dengan kekompakan antara dirinya dengan Ardika, Ardika pasti sudah mengerti maksudnya."Brum ...."Tepat pada saat Jesika telah menghubungi Ardika beberapa kali secara beruntun dan baru saja menyimpan kembali ponselnya, tiba-tiba terdengar suara deru mesin mobil yang keras dari arah belakangnya.Melalui kaca spion mobilnya, Jesika melihat ada sekitar sepuluh buah mobil berwarna hitam yang tengah mengejar mobil BMW X7

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2393 Bukti Kesetiaan

    "Tadi aku hanya terburu-buru ingin menengahi pertengkaran antara kamu dengan Pak Muktar, nggak memperhatikan perasaanmu.""Sekarang aku minta maaf padamu.""Tolong turunkan pistolmu, ya. Bagaimanapun juga, kalian adalah rekan. Kalau ada masalah, bisa dibicarakan secara baik-baik."Melihat sikap Jesika ini, Muktar yang juga adalah orang cerdas juga sudah memahami sesuatu. Dia juga ikut menimpali. "Yanti, karena Nona sudah berbicara begitu, maka aku minta maaf padamu. Aku memang mengandalkan senioritasku.""Nona benar, kita adalah rekan.""Di saat genting seperti ini, kita harus bersatu, membantu memikirkan cara untuk membuktikan Nyonya nggak bersalah dan menghancurkan rencana jahat Alendo dan yang lainnya.""Kalau di saat seperti ini kita malah terlibat konflik internal terlebih dulu, bukankah akan menjadi bahan tertawaan orang lain?"Jesika juga mengangguk."Baiklah, karena kalian sudah meminta maaf, maka aku nggak akan mempermasalahkan hal yang sudah berlalu lagi!"Melihat dua orang i

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2392 Berpura-Pura

    Pertengkaran di dalam BMW X7 itu makin lama, makin sengit. Situasi di dalam mobil pun kian memanas."Menampar mati aku dengan satu tamparan?"Yanti mencibir. Kemudian, dia langsung menoleh, mengangkat lengannya dan membidik Muktar dengan pistolnya. Lalu, dia berkata dengan nada bicara arogan, "Eh, Muktar si tua bangka, coba saja kalau kamu berani menyentuhku!""Di zaman sekarang ini, apa kamu pikir kekuatan individual masih segala-galanya?""Percaya atau nggak, aku akan langsung menembak mati kamu dengan satu tembakan!"Saking kesalnya, janggut Muktar sampai bergetar dengan kencang.Dalam ruang sekecil ini, dia tidak takut pada senjata api dalam genggaman Yanti.Namun, dia tidak menyangka wanita ini malah berani membidiknya dengan senjata api!Bahkan Jesika juga sudah tidak tahan menyaksikan pemandangan itu lagi. Secara naluriah, dia ingin menghentikan mobilnya. Namun, karena takut kalau dia menginjak rem terlalu mendadak, Yanti akan refleks menembak. Dia hanya bisa memperlambat laju m

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2391 Alendo

    "Yanti, kamu sendiri juga tahu jelas selama ini pihak Alendo dan Nona sekeluarga nggak cocok. Sekarang dia sudah menemukan kesalahan Nyonya, tentu saja dia nggak akan memedulikan hubungan kekeluargaan. Dia hanya ingin menyingkirkan Nyonya!""Sekarang Nyonya sedang dikurung, aksesnya dengan dunia luar terputus. Menghadapi Alendo, dia sama sekali nggak berdaya untuk melakukan serangan balik.""Selain itu, kalau ingin membersihkan nama Nyonya dan agar Nona sekeluarga tetap bisa bertahan di Keluarga Siantar, hanya bisa mengandalkan kekuatan Nona.""Jadi Nona pergi ke ibu kota provinsi untuk mencari Tuan Ardika, aku sangat setuju.""Walau sebelumnya Tuan Ardika pernah memukulku, aku nggak memendam kebencian terhadapnya, karena orang ini adalah orang yang berkemampuan, orang yang bisa membantu Nona sekeluarga menghadapi kesulitan saat ini.""Apa kamu nggak lihat Nyonya selalu memujinya dan sudah menganggapnya sebagai menantu?"Awalnya Jesika sama sekali tidak bersuara.Namun saat ini, begitu

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2390 Pertengkaran

    "Lagi pula, sekarang Nyonya dan Nona sudah dicurigai dan dimasukkan dalam daftar orang yang harus diperiksa. Dalam situasi berbahaya seperti ini, keselamatannya saja harus bergantung pada bawahan seperti kita.""Aku berbicara seperti ini juga demi kebaikannya!"Sangat jelas, Yanti ini sudah terbiasa arogan. Dia bahkan sudah tidak menganggap serius Muktar, yang merupakan ahli bela diri yang telah dipekerjakan oleh generasi tua Keluarga Siantar."Yanti, kamu masih tahu kamu adalah bawahan?"Muktar tidak berencana untuk mengalah, dia berkata dengan dingin, "Apa kamu sudah lupa instruksi dari Nyonya saat kita meninggalkan Kediaman Keluarga Siantar?""Dia meminta kita untuk mendengarkan Nona! Apa pun instruksi Nona, hanya perlu kita jalani saja!""Tapi apa? Kamu malah langsung menuntut Nona untuk mendengarkanmu?""Menurutku, kamu sudah melupakan identitasmu sendiri. Itulah sebabnya kamu searogan ini, bahkan berani menindas majikan!""Jangan lupa, sejak kamu masih kecil, Nyonya yang membesar

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2389 Masalah Keluarga Siantar

    "Aku baik-baik saja."Ardika melambaikan tangannya. Saat dia mengeluarkan ponselnya yang sudah sedari tadi bergetar tanpa henti itu dan melihatnya sekilas, ekspresinya sedikit berubah."Tangani sisanya, aku pergi dulu."Selesai berbicara, dia menghubungi Levin dan berkata, "Cepat kirim mobil ke sini untuk menjemputku."...Pada saat bersamaan.Sebuah BMW X7 berwarna biru mengkilap tengah melaju dengan cepat di jalan tol dari Kota Banyuli menuju ke ibu kota provinsi.Kursi pengemudi ditempati oleh seorang wanita cantik yang terlihat cakap dalam balutan setelan formal.Wanita ini tidak lain adalah Jesika yang bergegas berangkat dari Kota Banyuli menuju ke ibu kota provinsi untuk bertemu dengan Ardika. Saat ini, jarak antara di mana dirinya berada saat ini dengan lokasi janji temu dengan Ardika sudah kurang dari sepuluh kilometer.Dengan mengenakan masker, pandangan Jesika terpaku pada arah di depannya, fokus mengemudikan mobilnya.Kedua tangannya menggenggam kemudinya dengan erat, hingga

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2388 Peluru Batu Kerikil

    Dalam sekejap mata saja, beberapa suara bagaikan ledakan menyelimuti udara di antara kedua orang itu, batu-batu mulai beterbangan ke segala arah.Sebelum mengenai Ardika, tiga buah peluru itu sudah meledak.Dekho menyaksikan pemandangan itu dengan sangat jelas. Pupil matanya sudah mengecil dengan signifikan, raut wajahnya juga sudah berubah drastis.Dia jelas tidak menyangka dalam genggaman Ardika, batu-batu kerikil tersebut bisa mengeluarkan kekuatan yang bahkan lebih dahsyat dibandingkan peluru. Ya, hanya dengan batu-batu kerikil tersebut, lawannya bisa menangani serangan darinya dengan mudah.Tidak hanya itu saja, berbeda seperti sebelumnya yang terkesan pasif dan hanya bisa menghindar, sekarang kemampuan Ardika tampaknya sudah setara dengannya.Lawannya ini menggunakan tangan sebagai pistol!"Bagaimana? Masih mau coba lagi kekuatan 'pistolku' ini?"Dengan seulas senyum tipis menghiasi wajahnya, batu-batu kerikil dalam genggamannya itu melesat keluar dari telapak tangannya, menembus

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2387 Keahlian Menembak Seperti Dewa

    Selain itu, saat proses ini berlangsung, tubuhnya yang menerjang ke depan sama sekali tidak berhenti."Bam ...."Dia sedikit memiringkan muncung senapannya, lalu mengangkat lengannya dan menembak lagi.Rentetan peluru kembali melesat ke sisi kiri tubuh Ardika bagaikan sekelompok lebah beracun.Saat ini, posisi sisi depan, sisi kanan dan sisi kiri Ardika sudah terkunci oleh peluru.Dalam situasi seperti ini, selain melangkah mundur, Ardika tidak punya cara lain untuk menghindar lagi.Namun, bagaimana mungkin kecepatan manusia lebih cepat dibandingkan peluru?Jadi, sesungguhnya Ardika sama sekali tidak punya jalan keluar lagi.Dia benar-benar seperti sudah dikepung oleh musuh dari segala arah, tidak bisa melarikan diri lagi!Bisa memanfaatkan sebuah senapan biasa hingga mencapai level seperti ini, sudah cukup untuk membuktikan betapa menakutkannya Dekho ini.Tentu saja Ardika juga tahu jelas saat ini dirinya tengah menghadapi situasi berbahaya seperti apa. Saat berhadapan dengan senjata

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status