Share

Bab 2

Auteur: Beatarisa
last update Dernière mise à jour: 2025-05-11 02:42:00

Malam yang ramai belum juga surut. Langit Levin masih ditaburi gemintang, namun hawa panas perdebatan yang membekas di rumah keluarga Lewis belum juga sirna. Di balik dinding rumah sederhana itu, ketegangan masih terasa, seolah sisa-sisa amarah masih bergelayut di udara.

Namun perhatian semua orang segera teralihkan oleh suara ketukan keras yang datang dari pintu depan.

Tok... Tok... Tok!

Gerald Lewis berdiri perlahan dari kursi ruang tamu, meletakkan koran yang sempat ia baca untuk meredam kepalanya yang berdenyut akibat keributan di dapur. Dengan langkah berat, ia menuju pintu. Wajahnya berusaha tetap tenang, walau napasnya mulai tak teratur.

Ketika daun pintu terbuka, tampak sosok pria besar berseragam hitam rapi berdiri di ambang. Dua pria lain berdiri di belakangnya, sama-sama berpakaian identik—formal, tajam, dan membawa aura kekuasaan.

"Selamat malam," ucap pria di depan, matanya tajam menembus suasana. "Apa benar ini rumah keluarga Lewis?"

Gerald mengangguk, dahi berkerut. “Benar, saya Gerald Lewis. Kepala keluarga di sini. Ada keperluan apa malam-malam begini ke rumah kami?”

“Kami adalah utusan dari keluarga Nubia,” jawab pria itu, suaranya dalam dan berat. “Kami datang untuk mencari menantu Anda, bernama Tommy Justine. Untuk menyampaikan rasa terima kasih karena beberapa hari lalu beliau telah menyelamatkan cucu keluarga kami dari upaya bunuh diri.”

Seketika ruang tamu itu membeku. Suara televisi yang menyala di sudut ruangan seperti lenyap ditelan ketegangan. Nathalia Lewis yang semula masih duduk sambil merapikan gulungan selimut, terdiam, mulutnya terbuka separuh. Tiffany langsung menoleh ke arah Tommy, matanya membulat. Sedangkan Tommy sendiri terlihat terkejut, bahkan seperti tidak paham dengan apa yang sedang terjadi.

“Nubia? Bukankah mereka keluarga terkaya nomor empat di tangga sosial Levin?” gumam Nathalia dengan nada tak percaya.

“Tommy?” tanya Tiffany pelan, mendekat. “Apa benar kamu menyelamatkan cucu dari keluarga Nubia?”

Tommy mengerutkan kening. “Nubia?” ulangnya pelan. “Aku... aku tidak tahu siapa dia. Tapi beberapa hari lalu, waktu aku pulang dari pasar, aku lihat seorang gadis berdiri di tengah rel kereta. Dia... sepertinya seumuran kita. Aku nggak sempat berpikir, aku langsung lari dan menariknya sebelum kereta datang. Mungkin jika terlambat satu detik saja, gadis itu sudah ada di surga.”

Tiffany menatapnya dengan campuran kagum dan bingung. “Kenapa kamu nggak bilang sebelumnya?”

Tommy menunduk, menggaruk belakang kepalanya. “Karena... aku takut kamu dan ibu marah padaku. Waktu itu beberapa telur belanjaan pecah. Aku melempar tas belanjaan dan langsung lari. Lalu aku bilang saja kalau aku jatuh terpeleset di pasar...”

“Jadi karena itu telurnya pecah?!” Nathalia langsung berseru. “Kamu memang sialan, Tommy! Kamu membohongi aku! Kamu pikir aku bodoh, hah?! Kenapa aku mendapatkan menantu tidak berguna dan selalu berbohong sepertimu? Apa kesalahanku di masa lalu, Tuhan?!”

“Ibu, tolong... berhentilah menyalahkan Tommy terus... Bagaimanapun juga dia telah menyelamatkan nyawa seseorang,” ujar Tiffany cepat, suaranya bergetar, matanya mulai memerah. “Itu jauh lebih penting daripada telur-telur itu.”

“TERUS SAJA MEMBELA PECUNDANG INI!” bentak Nathalia. “Sejak kamu menikah dengan pecundang ini, kamu berubah! Kamu sudah nggak sayang sama ibu lagi! Kamu nggak tahu, berapa banyak air mata yang ibu tumpahkan karena kamu selalu membela suamimu yang nggak berguna ini?!”

“Sudah cukup, Nathalia,” potong Gerald, kali ini suaranya lebih dalam dan berwibawa. Ia menatap istrinya tajam. “Kapan kalian bisa tenang dan bicara seperti manusia berakal? Sehari saja... sehari tanpa drama.”

“Berhenti menasihatiku! Kamu juga sama tidak bergunanya dengan Tommy! Bahkan kamu tidak bisa mendapatkan uang yang cukup untuk keluarga ini! Dan hanya sibuk dengan barang-barang sampahmu itu!”

“Hey! Berhenti mengatakan barang-barang antikku sebagai sampah! Mereka memiliki nilai sejarah yang tinggi. Di tangan orang yang tepat, itu bisa bernilai jutaan dolar!” balas Gerald, matanya membara.

“Berhentilah membual di depanku!” bentak Nathalia lagi, nyaris meludah karena emosi.

Suasana semakin panas, hingga bodyguard dari keluarga Nubia mengangkat tangannya dan berkata dengan nada tegas, “Maaf, kami tidak datang untuk mendengar pertengkaran internal keluarga Anda. Kami hanya ingin menyampaikan rasa terima kasih dari Tuan Nubia.”

Salah satu dari mereka maju dan meletakkan koper besar di meja ruang tamu. Bunyi ‘klik’ terdengar saat koper dibuka. Di dalamnya, tumpukan uang tunai yang tersusun rapi tampak berkilau di bawah lampu gantung.

“Ini adalah bentuk penghargaan dari Tuan Nubia kepada Tuan Tommy Justine,” ucapnya. “Sebagai ucapan terima kasih karena telah menyelamatkan Nona Angelina Nubia.”

Beberapa detik berlalu dalam diam. Bahkan suara detik jam dinding terasa begitu nyaring.

Lalu...

“TERIMA KASIH ATAS PENGHARGAANNYA!” Nathalia tiba-tiba melesat seperti dibakar antusiasme, memeluk koper itu seolah menemukan harta karun. “Kami sangat menghargai kemurahan hati keluarga Nubia. Tolong sampaikan rasa terima kasih kami kepada Tuan Nubia. Kami... sangat tersentuh... sangat!”

“Ibu...” Tiffany mendesah berat. “Ibu selalu saja materialistis.”

Tommy menghela napas. “Setidaknya, itu bisa sedikit meredakan emosi ibu,” gumamnya.

“Kamu tau kan, Tommy. Ibu sangat materialistis,” timpal Tiffany sambil menggeleng.

Gerald menatap koper itu tanpa ekspresi, lalu beralih pada Tommy. “Apa kamu ingat betul wajah gadis itu?”

Tommy mengangguk. “Rambut panjang, pakai gaun putih. Wajahnya pucat banget. Kenapa memangnya, Yah?”

Bodyguard yang sejak tadi diam akhirnya angkat bicara. “Tuan Tommy, Nona Angelina saat ini sedang dalam perawatan intensif. Secara psikologis, ia belum stabil. Namun sejak kejadian itu, dia terus menyebut satu hal... bahwa Anda adalah orang yang sangat baik.’”

Tommy tersenyum. “ Terimakasih”

“Setelah kejadian itu, aku memang sempat mengajaknya duduk di taman. Dia tampak sangat tertekan. Jadi aku ajak dia bicara... hanya itu,” ujar Tommy.

“Bukankah Nona Angelina baru saja kehilangan ibunya?” tanya Tommy. “Dan ayahnya dikenal sangat sibuk. Tidak heran kalau dia merasa benar-benar sendirian.”

Bodyguard mengangguk pelan. “Itu sebabnya keluarga Nubia sangat berterima kasih kepada anda.”

Setelah itu, ketiga pria berseragam itu membungkuk sopan dan berpamitan. Mereka keluar dengan langkah tenang, meninggalkan koper di atas meja dan keheningan yang lebih berat dari sebelumnya.

Gerald menutup pintu perlahan, lalu menoleh ke seluruh anggota keluarga yang masih tidak percaya mereka mendapat uang sepuluh juta dollar. Ini nominal yang sangat besar dan fantastis.

Bagi keluarga Lewis nominal ini sangat besar,tapi bagi keluarga kaya dengan aset milyaran dollar,uang ini hanya sekedar tip belaka.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Menantu Paling Luar Biasa   Bab 59

    Pagi itu, aroma sarapan yang disiapkan Tommy memenuhi seisi rumah. Tommy dengan cekatan menata piring-piring di meja makan ketika Sabrina muncul dari kamarnya. Ia sudah rapi dengan pakaian kerjanya, sebuah blazer abu-abu gelap yang dipadukan dengan blus sutra berwarna krem, dan celana bahan yang presisi. Namun, yang membuat Tommy mengerutkan kening adalah koper berukuran sedang yang ia seret di belakangnya. "Sabrina? Mau ke mana kamu? Kenapa bawa koper?" tanya Tommy, tangannya berhenti sejenak di atas tumpukan roti panggang. Sabrina tersenyum tipis. "Selamat pagi, Tom. Ya, aku rasa sudah cukup tinggal di sini." Ia menghela napas ringan. "Keluargaku sudah memesan sebuah kamar di Golden Gate Hotel. Dan mulai hari ini, aku akan tinggal di sana." Mendengar nama Golden Gate Hotel, Tommy mengangguk mengerti. Ia tahu, sebagai keluarga terkaya nomor tiga di Highland, harga sebuah kamar di hotel bintang lima itu bukanlah masalah bagi keluarga Sabrina. Tommy juga tahu sedikit banyak tentang

  • Menantu Paling Luar Biasa   Bab 58

    Deru mesin halus BMW Seri 3 memecah keheningan sore di Levin, sebuah kota kecil yang tenang di pinggiran. Jalanan yang tadinya lebar dan ramai di pusat kota kini berganti menjadi jalanan aspal yang lebih sempit, diapit oleh rumah-rumah dengan halaman berumput dan pagar kayu sederhana. Ini adalah dunia yang sangat berbeda dari lanskap beton dan kaca tempat penthouse Tommy berada. Namun, bagi Tommy, suasana ini membawa kedamaian yang aneh, rasa 'pulang' yang tulus. Ini adalah dunia Tiffany, istrinya. Ia membelokkan mobil hitam metalik itu ke halaman sebuah rumah yang rapi dan bersahaja. Cat putihnya sedikit mengelupas di beberapa bagian, tetapi taman di depannya dirawat dengan cermat, penuh dengan bunga-bunga mawar dan melati yang sedang mekar. Ini adalah rumah keluarga Tiffany, tempat istrinya tumbuh dewasa. Tommy mematikan mesin. Sejenak ia hanya duduk di sana, memandangi teras tempat ia sering duduk berbincang dengan ayah mertuanya. Ia tidak melakukan ini untuk pamer. Ia melakukan

  • Menantu Paling Luar Biasa   Bab 57

    Mentari pagi baru saja merangkak naik, memandikan kota dengan cahaya keemasannya. Di ruang makan sebuah penthouse mewah yang menghadap ke lanskap kota, Tommy menyeruput kopi paginya. Aroma kopi arabika yang kental berpadu dengan keheningan yang menenangkan. Di seberang meja, istrinya, Tiffany , tersenyum sambil mengagumi kunci mobil baru yang tergeletak di samping piringnya."Kau benar-benar melakukannya," ujar Tiffany, matanya berbinar. "BMW Seri 5 ini... seperti mimpi."Tommy tersenyum. "Hanya yang terbaik untukmu, sayang. Lagipula, pramuniaga di sana sangat profesional. Pengalaman yang menyenangkan.""Lalu, apa rencanamu hari ini? Bukankah kau bilang akan membelikan mobil untuk Ayah?""Benar," kata Tommy sambil meletakkan cangkirnya. "Aku akan kembali ke area showroom itu. Ada urusan yang belum selesai." Ada kilatan samar di matanya yang tidak bisa dibaca Tiffany, perpaduan antara geli dan sebuah prinsip yang tak tergoyahkan.Beberapa jam kemudian, Tommy tiba di kawasan otomotif pr

  • Menantu Paling Luar Biasa   Bab 56

    Suasana makan malam terasa hangat malam itu, jauh berbeda dari biasanya. Nathalia, yang biasanya menunjukkan sikap ketus dan tak jarang melontarkan sindiran, kini tampak jauh lebih melunak. Tommy tahu betul sifat mertuanya; Nathalia adalah tipe wanita yang materialistis, dan "sentuhan uang" yang diberikannya mampu meluluhkan kekerasannya."Apakah Sabrina belum kembali dari Jowstone Group?" tanya Gerald, memecah keheningan yang nyaman."Belum, Ayah," jawab Tiffany. "Sabrina bilang dia akan lembur di hari pertamanya bekerja. Katanya banyak tugas yang harus dibenahi. Karena dia cukup baru di perusahaan itu, dia harus lebih ekstra bekerja agar semuanya stabil di awal."Nathalia menghela napas. "Aku pikir dengan status dari keluarga kaya Sabrina di Highland, dia tidak akan bekerja keras sama sekali." Ada nada kejutan dalam suaranya.Tiffany tersenyum tipis. "Bukankah dari dulu memang Sabrina sangat mandiri, Bu? Dia hampir tidak pernah mengandalkan kemampuan keluarganya dan selalu fokus pad

  • Menantu Paling Luar Biasa   Bab 55

    Mobil BMW Seri 7 yang emblemnya sudah diganti menjadi Seri 5 itu melaju mulus memasuki pekarangan rumah yang tidak terlalu luas. Tiffany, dengan senyum merekah, memarkirkan mobil. Rona bahagia tak bisa disembunyikan dari wajahnya. Ia tak pernah menyangka, hadiah "kecil" yang ia berikan pada Tommy akan membawa dampak sebesar ini pada hubungan mereka, terutama pada pandangan keluarga terhadap Tommy.Suara deru mesin mobil yang asing segera menarik perhatian Nathalia dan Gerald. Mereka bergegas keluar, rasa penasaran tergambar jelas di wajah mereka. Siapa gerangan yang bertamu malam-malam begini? Mata mereka membulat saat melihat Tiffany yang turun dari kursi pengemudi BMW tersebut, diikuti Tommy yang tersenyum simpul."Ya ampun, Tiffany! Apa ini mobil barumu?!" seru Nathalia, suaranya dipenuhi rasa ingin tahu yang meluap-luap.Tiffany mengangguk, senyumnya semakin lebar. "Iya, Bu."Nathalia mendekat, matanya menelusuri setiap lekuk bodi mobil mewah itu. "Ya ampun... Jadi ini mobil direk

  • Menantu Paling Luar Biasa   Bab 54

    Tommy mematikan ponselnya dengan senyum tipis. Rencananya berjalan sempurna. Tiffany, yang awam soal kendaraan, pasti akan percaya bahwa BMW Seri 7 yang sudah disulapnya menjadi Seri 5 itu memang benar-benar Seri 5. Ia tahu Tiffany tak akan curiga, karena baginya, semua BMW terlihat mahal. Ia hanya ingin Tiffany merasa nyaman, bukan terbebani oleh harga sebuah mobil.Perjalanan Tommy terasa lebih ringan. Sebentar lagi, ia akan melihat ekspresi terkejut istrinya. Itu adalah hadiah kecil yang ia siapkan untuk sang istri yang selama ini selalu mendukungnya. Dalam hatinya, ia membayangkan bagaimana Tiffany akan merengek tentang betapa borosnya dia, tapi ia tahu itu hanya bentuk perhatian Tiffany.Setibanya di depan lobi Lewis Group, Tommy bersandar santai di pilar, sesekali menyeruput rokoknya. Tak lama, sosok Tiffany muncul dari pintu kaca, memancarkan aura profesionalisme yang selalu membuatnya bangga."Tom, apa kamu sudah memesan taksi untuk kita pulang?" t

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status