Di sebuah hotel mewah di pusat kota Levin… Tommy tertidur lelap di atas ranjang empuk suite presiden. Ranjang itu terlalu besar, terlalu hangat, dan terlalu asing. Dalam tidurnya yang gelisah, ia seperti terjebak dalam mimpi aneh—mimpi yang menekan dadanya, menyesakkan, seolah ada beban tak kasatmata yang menghimpit dari segala arah. Tiba-tiba— “Huh!” Ia terbangun dengan napas memburu, peluh dingin membasahi pelipisnya. Ruangan itu sunyi… terlalu sunyi. Namun, matanya langsung membelalak. Di ujung ruangan, seorang pria paruh baya bersetelan jas abu gelap duduk anggun di kursi berlapis kulit. Wajahnya tenang, bersih, dan menyiratkan wibawa. Di belakangnya berdiri dua pria kekar bersetelan hitam, diam bagai bayangan kelam—pengawal pribadi, jelas bukan orang sembarangan. “Siapa… siapa kalian?” suara Tommy serak, penuh waspada. Matanya bergerak cepat, mencari ponsel, pintu, atau benda apapun yang bisa digunakan untuk bertahan. Pria itu tersenyum tipis, menundukkan kepala dengan si
Huling Na-update : 2025-05-16 Magbasa pa