"Tante dan Om ingin punya anak? Mau Wisnu kenalin sama sodara di Surabaya?"
"Hai anak udik. Maksudmu apa sih, gajelas banget, mau kenalin sama saudaramu yang pasti juga sesama orang udik kan? Cuih! Gak deh!""Tante bisa kan kalau ngomong yang agak sopan dikit dong. Meski udik, suamiku ini sarjana S1 sastra Inggris loh!" Sinta membanting sendok yang dipegangnya untuk menyendok bubur ayam sebagai sarapan paginya kali ini. "Iya tahu. Bangga banget sih kamu elah! Tapi apa maksudnya dikenalin sama saudaranya itu? Ga level kali ye? Yang ada ntar malah model orang yang ngrepepotin kaya Wisnu. Ogah!"Sinta mau belain lagi, tapi segera Wisnu memegang lengan istrinya sehingga Sinta paham, ga boleh marah-marah pagi gini. Wisnu lalu menjawab denganWuah klo diatas tempat tidur sih emang liar, lalu kemauan liar Sinta sih seperti apa? Kepoin ya.
"Tekad kuat disertai komitmen dan menginvestasikan waktu, untuk terus belajar, tak akan pernah sia-sia." by Wisnu. "Hah? Kemauan liar gimana sih, Yank? Maaf kok aku jadi curiga ya." Wisnu mengernyitkan keningnya. "Hahahaha kagak, Mas. Bukan apa-apa kok. Aih jangan curigaan deh. Maksud Sinta, ga ingin kerja di tempat dimana kemampuan Sinta ga diakui atau hanya dipandang karena Sinta anak dan cucu pemilik perusahaan. Rasanya hidup jadi terasa kurang hidup gitu!" "Ah gitu. That's my wife! Kamu dan keyakinan besar kamu, Sayang." "Iya Mas, aku mau kerja di tempat yang sama sekali baru dan ga mengistimewakan diriku, My Hubby. Aku ingin dipandang apa adanya diriku saja. Sinta dan segala kekurangannya juga kelebihannya tentunya." "Mungkin kamu bosan ya, hidup sebagai putri kaya yang tercukupi semua kebutuhannya dari lah
"Ora et Labora. Belajar sambil berdoa. Agar cita-cita tercapai dengan baik. Semangat!" by Wisnu. "Wallaikumsalam. Bapak ... Bapak ... Wisnu kangen, Pak!" Suara serak Wisnu menghiasi pagi yang dingin di kamar itu. "Bapak juga kangen, Le. (Nak) Kamu itu loh, nikah kok mendadak. Bapak jadi ga bisa ambil cuti kan, untuk ke Jakarta menghadiri pernikahanmu. Cuti klo di tempat kerja baptak harus mengajukan minimal dua-tiga minggu sebelumnya. " "Maafkan Wisnu, Pak. Sebenarnya mau Wisnu bukan begitu, nunggu sebulan gitu kek. Tetapi keluarga besar Wiguna itu sangat sibuk, Pak dan jadwal yang longgar kebetulan hanya hari itu. Jadi yah, mau gak mau, Pak." "Baiklah, sudah terlanjur sih ya. Selamat ya, sudah sah jadi suami. Kamu sudah betah tinggal di keluarga Pak Hendra mertuamu?" "Baru juga tiga hari, Pak, &
"Semangat upgrade diri dimulai dengan belajar apa saja dan dimana saja." by Wisnu. "Iya, maap Mbak, lupa." Wisnu jadi tergagap ketakutan. Dia segera aktifin mode senyap di hapenya. "Ya namanya juga lupa. Manusiawi kan? Jangan lantas mendramatisir keadaan lah!" Bukan Wisnu yang menjawab tapi Edi. Si keriting lantas berkacak pinggang dengan mata melotot penuh. Wisnu merasa syeram bukannya takut, kuatir dia klo mata bagus itu copot bagaimana? "Hai pemuda udik, dan Lo Edi. Kalian jangan remehin soal yang tampak kecil saja kayak gini ya. Namanya attitude di tempat kerja itu penting, satu pelajaran hidup maha dahsyat, karena menentukan kelangsungan dan keselamatan hidup Lo di tempat dimana Lo digaji. Mumpung si Wisnu masih gress, new, polos, culun... salahkah gue ngajari dia? SALAHHHH? MIKIR DONG! PINTARAN DIKITT
"Kadangkala masa lalu juga bisa mengganggu masa sekarang, jadi lupakanlah."by Wisnu "Kenapa sih, malah kesal gitu kelihatannya? Ini namanya takdir, Sin! Takdir mempertemukan kita lagi. Hahaha!" "Iya, takdir sial tahu gak? Ingat ya Kelv, aku itu udah nikah, kamu sendiri menghadiri pernikahanku kan?" Sinta menjawab tegas. "Elah, santuy aja, Cantik! Memangnya klo sudah nikah kenapa? Aku juga mau kali jadi kekasih simpananmu kok. Udah tren kali, nikahnya satu, simpanannya seribu!" Kelvin memandang Sinta dengan penuh kekaguman. "Iya, di mimpimu! Dah ah, aku pamit mau pulang." Sinta merapikan tas dan berkas-berkas pendaftaran tadi, lalu beranjak menuju mobilnya. Kelvin malah mengejarnya dan berjalan mendampingi Sinta. "Kenapa sih, buru-buru? Masih sore lho, &nbs
"Nekad, meski waktu sempit tenaga kurang, asal ada kemauan, niat, dan tekad untuk maju, maka teruslah bergerak meski hanya seinci." by Wisnu. Sinta meminumnya sampai habis dan perlahan nafasnya mulai teratur, juga isakan tangisnya makin jarang. Dia lalu naik duduk di samping suaminya dan memegang tangan pria itu. Bibir manisnya bergetar dan mulai bicara. "Sayang maafkan aku, aku sungguh gak bermaksud untuk melukai hatimu dan membuatmu cemburu. Sungguh ini semua tidak disengaja." Sinta memegang tangan suaminya. "Apa maksudnya tidak disengaja? Hmm bagaimana sih, aku ga paham?" "Gini Yank, tadi mobilku mogok tiba-tiba mungkin karena jarang dipakai dan jarang dicek service. Padahal tadi sudah sangat sore dan ga sengaja ketemu Kelvin. Dia menawari tumpangan pulang ke rumah. Begitu." Sinta menatap mata suaminya. "Enak dong, n
"Wanita itu tak pernah salah, katanya, satu-satunya kesalahan adalah dia tak menyadari kesalahannya." by Wisnu. Saat sedang fokus menghitung jumlah total hitungan di laporan keuangan yang sedang dipelajarainya, ada ketokan keras di pintu kamar. Tepatnya sih gedoran. "Wisnu! Kamu sudah tidur? Dasar pemalas! Sini kamu, bantu tante!" Wisnu otomatis berjingkat kaget sendiri. Pensil yang dia pegang sampai terlempar dua meter jauhnya. Wisnu mengelus dadanya sendiri. Dia heran dengan kelakuan tante Mirna dan mensyukuri punya istri sebaik Sinta. Tak terbayangkan seandainya berada di posisi seperti om Adi yang beristrikan tante Mirna, pastilah ngenes. "Iya Tante Mirna, Wisnu belum tidur kok, masih SIBUK belajar ini." Wisnu sengaja menekankan kata sibuk. "Ya elah, gaya amat kamu pakai belajar segala. Memangnya anak sekola
"Kadangkala tekanan hidup justru bukan melemahkan, tapi malah menguatkan jiwa manusia yang memahami cara menghadapinya." by Hendra. Tante Mirna dan Om Adi jadi kaget dan saling berpandangan. "Klo begini terus, suamiku dijahatin dan dihina mulu, Sinta ma suami mau pindah rumah saja, Pa!" Sinta memegang tangan papanya merajuk seperti biasa kelakuan anak bungsu. "Jangan begitu, Nak. Klo kau pergi tiap ada masalah, kau tak akan bertumbuh. Demikian juga suamimu. Hal seperti ini bukan apa-apa dibanding semua kepelikan masalah hidup berumah tangga yang pasti akan terjadi ke depannya nanti." Hendra berkata tegas sambil melirik Wisnu. "Iya Sayang, biarlah aku ga pa pa. Aku akan bertahan di sini denganmu apapun terjadi. Asal cintamu tak berubah. Fokus saja pada pernikahan kita, oke Sayang? " Wisnu ikut meredakan kemarahan istrinya dan merangkul pundak
"Kadangkala alam juga bisa mengetahui apa dan bagaimana kebenaran itu, meski tanpa ada saksi mata manusia." by Wisnu. "Awww!" "Aduh! Apa-apaan sih si Wisnu ini! Kurangajar! Tolong ... Tolong!" Suara mama Joyce cetar membahana di pagi yang dingin itu. Wisnu yang sedang fokus belajar untuk persiapan kuliah beberapa hari lagi jadi kaget. Ada apa ya? Dia berlari menuju kamar mama Joyce. Ada Om Adi yang juga berada di depan pintu kamar, dari nyonya kaya ratu rumah keluarga Wiguna ini. Dia nampak cemas juga dan mengetuk pintu kamar yang tertutup. "Mbak ... Mbak Joyce, kenapa? Ada apa?" tanyanya gugup. "Aduhhh, tolong dik Adi! Aku terpeleset di kamar mandi. Licin sekali deh. Wisnu nih gara-garanya! Aduh badanku sakit semua. Remuk nih badan bagusku, sialan bener nih menantu baru keluarga Wiguna itu!"