Soal 'juragan' atau bos, Wisnu mempunyai Hendra Wiguna sebagai bosnya. Mengesampingkannya sebagai bos di pekerjaan, hubungan mereka di rumah sebagai menantu dan mertua masih terus mencari cara untuk menjaga 'klik' keharmonisannya.
Seperti hari ini, saat pulang kantor sore hari, Wisnu mendapat tumpangan untuk pulang ke rumah oleh papa Hendra. Ojolnya dibatalkan, dan hanya mengantar Wisnu sampai ke tempat yang posisinya agak jauh dari kantor, untuk kemudian bergabung dengan mobil Hendra. "Masuk, Wisnu!" perintah Hendra kepada menantunya ini untuk masuk ke dalam mobil. "Baiklah, Pa." Wisnu menuruti apa kata papa mertuanya. "Ada apa, Papa Hendra ... ga biasanya pulang mengajak saya? Ada yang perlu dibantu, Pa?"Edi sih curigaan deh hehe. Kuy kebet terus bagaimana Wisnu akan belajar attitude bisnis. Upgrade terus....
"Pekerja keras dan cerdas tanpa kompromi, kurangi istirahat, perbanyak usaha dan doa. Maka keberhasilan niscaya menghampirimu." by Darmanto. Saat itu sore menjelang magrib dan Wisnu sedang diajak makan mertuanya. Mereka makin akrab, meski Hendra masih sedikit menjaga jarak. "Iya, selain pakar ilmu attitude, dia juga menerapkan itu ke bisnisnya dan berhasil! Dia Pak Arto itu sahabat karib bapakku." Hendra menjelaskan. "Oiya Pa? Keren banget deh. Mereka berdua sama hebatnya dengan cara unik masing-masing ya, Pa?" "Ya mereka punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Soal bisnis, bapakku Pak Darmanto tentu juaranya. Dan tentang akhlak, attitude, Pak Arto tentu yang jauh lebih okey!" Wajah Hendra sangat ceria saat menceritakan tentang bapaknya. "Papa sangat bangga sama Kakek Darmanto ya?" Wisnu merasa terpes
"Musuh terbesar dari semua manusia adalah dirinya sendiri yang selalu pandai beralibi." by Wisnu. "Memangnya kenapa, apa sebabnya Wisnu belum 100% diterima keluarga ini, ya Kek?" "Bukan bermaksud menakutimu, Wisnu. Tetapi kau memang datang ke keluarga ini dengan tanpa modal yang cukup." "Maksudnya gimana tuh, Kek?" "Ya maksudnya, kamu itu derajatnya, katanya tak sama dengan keluarga Wiguna. Entah berapa derajat yang sesuai hihihi." "Hehehe 360 derajat kali ya, Kek? Kan paling gede tuh muter full. Hehehehe." "Oh iya, iya kali. Muter berarti bulat kan. Eh ngomong-omong omongan kita ga jelas dari tadi ya, apa tujuan dan maksudnya. Iya sih aku yang memulai, Wis. Maafkanlah! Hahaha!" "Nah, kakek yang memulai dan aku yang girang mengembangkannya ga jelas arah. Maafkan Wi
"Hinaan itu menunjukkan kekerdilan jiwa si pelontar hinaan, bahwa dirinya sebenarnya tak lebih baik." by Wisnu "Yah ... Gitu deh, Di. Hihihi." Sinta malah ngikik belum menjawab jelas. "Apaan, Nek? Malah bikin aku kepo dah?" Didi mendesak Sinta menjelaskan apa maksudnya. Kriwil dan Wisnu jelas beda kan? "Huahaha itu loh ssst ... Gawat klo kedengeran para misua ... eh suami. Soal kedigdayaan mereka di atas ranjang hehehe!" "Astaga!" Didi menutup mulutnya. "Gimana, hot gak Mas Kriwilmu?" Sinta kepo juga soal mantan cowok yang pernah ditaksirnya dahulu. "Ih kepo aja kamu. Ya jelas dong. Super hot, sehari bisa lima kali hehe." Didi cekikikan membuat para bapak menoleh curiga. "Keren! Klo yayankku, ga sebanyak itu sih, paling tiga kali sehari. Itu juga
"Kebodohan bukanlah dinilai orang lain, tetapi sebenarnya bisa dirasa diri sendiri, malangnya ga banyak orang yang mengakui punya 'rasa'itu." by WisnuAda keuntungan tersendiri, Wisnu mempunyai 'jaminan' keselamatan jiwa, alat mata-mata, dan budak gratisan.Dia adalah om Adi yang beberapa waktu lalu telah ketahuan berselingkuh di tempat umum, dan untungnya Wisnu sempat mengabadikannya ke dalam ponselnya.Ada foto dan video sebagai bukti valid yang bisa mendikte gerakan Omnya itu agar bisa mencegah, tidak ikutan membully dirinya.Bahkan Wisnu bisa tahu trik jahat baru yang akan dilakukan tante Mirna atau mama Joyce untuk menjegalnya dan mengusirnya dari rumah Wiguna.Ya, semua berkat mata-mata gratisan Wisnu yaitu om Adi! Gratis, hanya ditukar dengan ancaman penyebaran dan pemberitahuan bukti selingkuh si om kepada istrinya.Seperti har
"Kadangkala susah dimengerti, melihat mudah dan mempraktekkan sesuatu yang tampak mudah tetapi ternyata susah." by Wisnu. "Hahaha, ah suamiku penakut nih. Padahal kakek mah bisa menunggu kali, sampai kita selesai iya-iya hehehe. Ya udah sana. Aku tunggu ya, Sayang? Cepetan jangan lama-lama. Dosa loh bikin kangen istri." Sinta mengedipkan matanya genit. Sinta hari ini hanya memakai celana hot pants setengah paha warna pink tipis dan kaos u can see hitam dengan panjangnya yang juga pendek sekali. Sesekali akan kelihatan pusarnya, yang indah, saat dia memanjangkan badan, membersihkan tempat yang lebih tinggi. Hal itu membuat Wisnu jadi makin pusing, rasanya ingin menerkam saja. Wisnu segera keluar kamar, lalu berjalan cepat menuju kamar kakek. Kalau lama-lama di hadapan bidadarinya, dia makin ga kuat meninggalkan keindahan yang menggoda
"Konsisten, kerja keras dan daya tahan dalam kamus hidup manusia itu memang benar adanya dan harus dijaga demi kesuksesan." by Wisnu. "Baiklah kalau itu maumu. Kau memang keras kepala kayak mamamu almarhumah, Sin. Kalau kamu butuh bantuan, bilang aja ya?" "Makasih, Papa Sayang!" "Oh iya, dulu mama Sinta seperti apa sih, Pa?" Sinta memandangi papanya dengan penuh sayang. "Mamanya Sinta dan Bari, mama Anggi, wanita yang sangat baik. Dia cinta sejati papa. Dia sabar, ramah, penuh welas asih tapi juga kalau punya mau harus dia lakukan persis kamu. Beda jauh sama mama Joyce yang santai hehe." "Semoga Mama Anggi damai di sisi Allah Swt ya, Pa?" "Aamiin, Nak." *** Mungkin memang benar bahwa Wisnu tidaklah bodoh, dan dia terus berusaha mengupgrade diri sehingga bisa setidaknya mendekati sesosok menantu ideal keluarga
"Tugas adalah salah satu kewajiban yang harus dilakukan, dan itu tak hanya sekedar dilakukan begitu saja tapi juga semestinya dihayati." by Hendra. Hendra diam-diam mengamati kinerja dan sikap Wisnu selama di rumahnya maupun di kantor. Dia masih merasa belum puas, banyak sekali kekurangan seorang menantu bernama Wisnu. Tetapi Hendra juga sedikit demi sedikit mulai menyukainya. Itu bisa dijelaskan sebagai berikut, karena Hendra melihat dengan mata kepalanya sendiri, bahwa bapaknya, Pak Darmanto bisa sampai lepas tertawa lebar karena omongan dan tingkah Wisnu. Bagi Hendra, itu membuat hatinya bahagia, dia sudah begitu lama sangat merindukan sesosok bapak dengan sikap hangat yang dulu ditemuinya saat masih kecil. Berkat Wisnu, bapaknya kini bisa kelihatan ceria, manusiawi dan lebih sehat, tidak murung lagi. Ba
"Gagal sekali tidak akan membuatmu jatuh, tapi tetap terus meratapi nasib saat jatuh itulah kegagalanmu sesungguhnya." by Hendra."Please jangan batalkan, Mister Gregh. Saya memang tak berpengalaman dan ini pertama kalinya saya pergi menemui klien. Mohon pertimbangkan lagi.""Tidak. Maaf keputusan saya sudah bulat. Bye!"Tinggal Wisnu yang hanya lemas tak berdaya. Tender pertamanya gagal total! Sungguh ini adalah bencana terdahsyat dalam kehidupannya sebagai menantu terpilih keluarga Wiguna.Wisnu rasanya tak berani membayangkan. Bagaimana dia bisa menghadapi kemarahan papanya juga keluarga lain nanti? Dengan pikiran kacau balau Wisnu pulang. Dia tak tahu lagi mesti bersikap bagaimana. Batinnya terus merutuki diri sendiri. Menyalahkan dan terus menyalahkan tanpa ampun lagi. 'Wisnu kamu oon! Kam