Share

Bab 5. Malam Pertama

"Cinta bukan hanya sekedar penyatuan dua hati, tetapi nyatanya adalah penggabungan semangat dua keluarga." by Sinta

"Brukkk. Augghh!" 

Suara berdebum  mengagetkan kedua insan di malam pertamanya itu.  

Sinta kaget dan terbangun, dia melihat suaminya sudah terduduk sambil meringis. Sinta dengan terburu-buru menghampiri suaminya, tapi karena nyawanya belum berkumpul karena baru bangun, dia ikut terjatuh.

Brukk. 

"Aww astaga!" jerit lirih Sinta bersamaan dengan Wisnu yang tertimpa tubuh istrinya. 

Sinta mengusap matanya dan memandang suaminya. Wisnu yang ikut kaget karena benda hangat empuk wangi yang menimpanya tiba-tiba lalu juga memandangi istrinya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya penganten baru itu berbarengan satu sama lain.

Mereka berpandangan lagi. Lalu merasa mereka sangat lucu dengan kondisi saling berpelukan, dan linu tubuh terbentur lantai yang dingin, di tengah malam pula!

"Hahahahaha!"

Setelah puas tertawa, mereka bangkit dari lantai lalu saling memandang mesra. 

"Mas Wisnu mau ngapain sih, mandi ya?" Sinta mencowel hidung hidung suaminya gemas. 

"Iya, Sayang. Abisan badan aku terasa lengket semua nih, habis angkat angkat barang dan kemudian mengurusi papamu."

"Kenapa Mas harus  mengurusi papa juga, sih?" 

"Iya, tadi gantiin bajunya, terus sebelumnya aku juga mandiin pake waslap aja,  juga sedikit sabun dan bedak talk agar wangi dan nggak bau.  Mama yang menyuruhku, Sayang."

"Betul-betul keterlaluan tuh! Itu kan sebenarnya tugas mama sebagai istrinya, bukannya nyuruh manantu gitu."

"Ga papa, Sin. Besok pagi aku juga disuruh untuk membuat sup anti pengar untuk papamu, biar ga pusing.  Kali ini yang menyuruh Tante Mirna."

"Ah lagi-lagi tante bikin ulah. Ya udah deh, besok Sinta temenin, Sayang, buat supnya. Tadi aku juga sudah bikinkan teh jahe kok, tapi Papa belum sadar juga."

"Ya udah, aku mandi dulu ya, Sayang. Nanti kita terusin tadi yang uhui enak ... aduh! Kok nyubit sih, hahaha.  Mau ikutan mandi juga?" Wisnu mengerling nakal.

"Enggak ah, abisan dingin banget. Brrr!" Sinta menggigil.

"Sabar, Istriku. Nanti segera aku hangatkan tubuhmu, ya. Hehehe."

"Nakal ah! Ya udah, sana nanti tambah dingin lho."

Wisnu lalu segera mandi dengan kilat, memakai air dingin, yang penting badannya tidak bau keringat dan juga tidak lengket lagi. Dia jadi menggigil karena udara malam memang mulai terasa dingin. Wisnu pun  lupa menyalakan tombol hangat krannya. Dia menepuk jidat sendiri karena merasa masih  katrok. 

Setelah berganti pakaian piyama baru, Wisnu segera menghampiri istrinya, yang tampak memandangnya sambil senyum-senyum sendiri sambil menyibak rok baju tidurnya. 

Bagi Wisnu itu godaan kuat yang sangat mengundang hasrat kelelakiannya. Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, dia segera terjun bebas ke arah badan istrinya yang sudah siap 100% untuk menampung segala keganasan perjaka lugu ini. Werrrrr!

Wisnu sore sudah mencicil mencumbui istrinya,  tetapi dimulai dan berakhir dengan cepat akibat gangguan tak terduga. Tapi kali ini dia siap melakukannya dengan penuh fokus dan perlahan.  Menikmati setiap detik tanpa jeda.

Wisnu merasa benar-benar terbuai kenikmatan, setiap lekuk liku kulit Sinta terasa sangat harum dan mengandung candu dahsyat. Wisnu  mencium bibir Sinta dengan sepenuh hati dan jiwa. 

Sepasang manusia di malam  pertamanya yang pada mulanya bergerak pelan dan tenang. Kini menjadi semakin cepat, memburu, intens. Nafas mereka pun sukses berubah jadi saling berkejaran dan juga tubuh yang makin memanas. 

Pada akhirnya benda menegang di bagian bawah tubuh Wisnu mampu juga menembus segel suci Sinta yang terjaga utuh selama ini. 

"Kau sangat wangi dan rapat, Sayang. Sampai tiga kali ni baru bisa nembus. Kuat sekali segelmu hehe. Gadis jagoan gitu loh ya... Ohhh, enak sekali rasamu, Sayang. Aku boleh masuk lagi kan?" Wisnu merancau tak jelas, berusaha menyeimbangkan dengan hasrat menggebunya sebagai perjaka yang pertama kali merasakan surga dunia.

"Boleh, Mas. Biar Sinta juga ga kesakitan lagi. Tadi yang pertama sakit lama-lama kok enak eh. Ayo cepat, Mas. Sinta dah mulai dapat lagi nih. Cepettttan! Ohhh!"

"Iya Sin, mungkin yang pertama kan kayak mendobrak pintu terkunci jadi luka deh hehe. Lama-lama nagihin ya. Cusss Wisnu datang!"

Mereka lalu meneruskan ronde entah ke berapa, ga sempat ngitung. Sampe tubuh jangkung Wisnu akhirnya melemas di atas tubuh istrinya. Legaaa tapi capek. Sprei, bantal, guling juga pakaian mereka sudah tak karuan dan terlempar kemana-mana. Maklum selain inj pengalaman pertama, kedua insan ini juga agak lincah gayanya sebagai sesama jagoan karate. 

 Mereka lalu tertidur kelelahan sambil berangkulan mesra di bawah selimut, tanpa sempat berniat memakai pakaian dulu. 

***

Baru terlelap beberapa jam, sudah ada gedoran pintu yang membahana di pintu kamar penganten baru itu lagi. Ya ampun kasian!

"Wisnu ... Wisnu! Kau cepetan bikinin sup untuk papa mertuamu! Udah dibilangin jangan sampai keduluan yang mabuk bangun dulu! Dasar lelet!" Terdengar suara cempreng memekakkan telinga di pagi yang baru jam empat subuh ini. 

Wisnu serta merta terbangun, kaget, tersadar dan lalu lari menuju pintu mau membukanya, rasanya ga sopan tidak menjawab suruhan tante Mirna.  Tapi dia merasa aneh kok dingin banget, setelah melihat bawah, astagfirullahalladzim! Ternyata masih belum pakai baju. Pantesan aja terasa semriwing. Wisnu ngikik sendiri pelan.

"Wisnu! Kau belum bangun ya? Bangunnnn!" Astaga ternyata tante Mirna masih di depan pintu. 

"Ii ... iya Tante, Wisnu sudah bangun kok! Nanti segera ke dapur." Wisnu otomatis menutupi juniornya yang memang tiba-tiba bangun di pagi hari itu. Bagaimana tidak, di depannya ada tubuh istrinya yang berselimut tapi tak sempurna? Bagian dada dan pahanya tersingkap manis sementara si pemilik masih terlelap. 

'Astaga! Oh otakku!' Wisnu cepat-cepat menyahut bajunya dan pergi ke kamar mandi untuk bebersih dan ganti baju setelah sebelumnya dia  memperbaiki selimut istrinya.

Wisnu lalu berkejaran  dengan waktu, memotong bahan-bahan sup, membuat bumbu dan merebus air. Saat sudah siap supnya hanya menunggu agak dingin, ada Bari kakaknya Sinta, berjalan melintasi dapur. 

"Kak Bari, selamat pagi," sapa Wisnu ramah.

"Huum!"jawab Bari sambil meliriknya sekilas. Bari termasuk orang apa adanya, juga oportunis akut, apa yang dipikirnya tak bermanfaat untuk hidupnya dia akan abai. Wisnu jadi termasuk 'tak bermanfaat' baginya. 

Wisnu cuma senyum saja mendapat perlakuan dingin, segera dia mengambil mangkuk dan mengambil sup beserta sendoknya. Lalu segera menuju kamar papa Hendra. 

"Permisi, Pa, Ma, Wisnu mau mengantar sup anti pengarnya." Wisnu mengetuk dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya memegang mangkuk sup.

"Iya, masuk!" Suara lelaki tua menyahutnya. 

Wisnu membuka pintu dan mendapati papa sendirian tanpa ada mama. Wisnu segera menghampirinya dan berniat meletakkan sup di nakas dekat tempat tidur, saat Hendra membuka mata.

"Kamu bisa menyuapi aku? Aku masih mual dan pusing untuk duduk."

"Bisa, Pa." Wisnu lalu menyendok sup, meniup sedikit lalu mendekatkannya ke mulut papa yang masih tiduran. 

"Ini supnya, Pa. Tolong buka mulutnya ya?" Wisnu lembut berkata.

Hendra membuka mulut dan perlahan memakan sup hangat yang harumnya enak itu. Perutnya yang kelaparan dan kosong sejak semalam, akibat terkuras karena muntah jadi lega. 

"Enak gak, Pa?" 

"Huum lumayan." Hendra tak hendak menyenangkan hati menantunya semudah itu meski sumpah, sesungguhnya itu sup terenak yang pernah dimakannya! 

Setelah sup habis semangkuk, Wisnu memberikan juga teh jahe yang sudah dipanaskannya lagi. Papa Hendra lalu juga meminum obat pereda sakit kepala dengan bantuan menantunya itu. 

"Wisnu, boleh aku tanya sesuatu?" tanya Hendra dengan pandangan sedikit meremehkan ke arah menantunya. 

"Ya tentu saja boleh kok, Pa?" Wisnu jadi deg-degan juga. Kenapa ya, papa Hendra mau tanya apa sih. 

***

NOTES : 

Wisnu berhasil melalui malam pertamanya, berhasilkah dia memenangkan hati keluarga Sinta?

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Jhon Hanafi
bayar hahahhha
goodnovel comment avatar
Hanik Husna
ini novel apa ya?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status