Share

Mix and Match

Citra

Menjadi orang kaya mendadak ternyata tidak menyenangkan, walau aku diperbolehkan membeli apapun yang kumau, bisa memasak menu apapun dengan bahan-bahan mahal sepuas hati, bermalas-malasan tanpa harus bekerja keras untuk membayar hutang, tetap saja rasanya tidak sehebat itu.

Maksudku, yaa...memang menyenangkan bisa melakukan hal-hal yang tak bisa kulakukan dulu. Tetapi saat ini aku merasa sangat kelelahan untuk menyesuaikan gaya hidupku dengan gaya hidup Raka. Seperti makan malam mewah semalam, aku tidak menyangka tak pakai perhiasan pun menjadi satu masalah yang besar.

Terus terang aku tersinggung dengan ucapannya, rasa sedihku bertambah saat wanita bernama Cindy itu datang dan mengajakku bicara. Aku tahu dia ingin membuatku merasa makin down dan makin minder, ia berhasil melakukan itu padaku.

“Jadi semalam bagaimana? Kulihat muka Raka asem, pasti kamu mengacau, kan?” Maureen mencegat langkahku di tangga, ia mengenakan piyama satin dengan rambut dicepol, segelas cokelat panas di tangannya. Sepertinya ia baru dari dapur.

“Biasa saja, kami memang pulang cepat semalam.”

“Raka malu dengan penampilanmu, kan?”

Kugigit bibir, menolak untuk menjawab dan memilih untuk menggeser langkahku supaya bisa turun ke dapur tanpa dihalangi Maureen. Namun gadis itu tetap mengejarku,

“Iya kan? Sudah kubilang dari awal, kamu enggak cocok jadi istrinya tetapi Raka tetap memaksa. Bodoh banget dia.”

Kuremas tanganku gusar, ingin meladeni omongan Maureen namun aku tahu tak akan memberikanku keuntungan apapun. Rasanya ingin mengatakan jika pernikahan ini untuk membuat dia cemburu, namun bisa-bisa Raka marah padaku dan ia lebih murka dari semalam.

“Kenapa sih kamu enggak sadar diri? Kamu ngincar hartanya Raka kan? Kamu pake pelet apaan, hah?!” Maureen menarik bahuku, membuatku meringis kesakitan. Kutatap dia dengan tajam, ucapannya terlalu berlebihan.

“Dunia sudah modern dan kamu masih berpikir terbelakang seperti di zaman purba. Siapa yang masih pakai pelet zaman sekarang? Mungkin aku memang bukan dari keluarga kaya, tapi aku tidak sebodoh itu sampai harus pakai pelet untuk menikah. Apa jangan-jangan kamu sendiri yang pakai pelet?”

Byur!

Sial!

Maureen menyiramkan cokelat panasnya kepadaku dan membuat bagian dada dan perutku rasanya terbakar. Cepat-cepat kukibaskan pakaianku supaya tidak menempel ke kulit yang membuatnya melepuh. Maureen sendiri melihatku kepanasan malah tersenyum sinis, menyebalkan!

“Jangan asal tuduh ya! Aku bukan orang jelek kayak kamu, yang harus pakai pelet segala. Semua lelaki itu suka padaku. Jadi jangan samakan aku dengan kamu.”

“Tapi Raka akhirnya menikah denganku, bukan denganmu yang katanya disukai semua lelaki.”

Aha, savage.

Tak tahu kenapa aku malah mengatakan hal seperti itu, padahal aku tahu jika Raka yang notabene suamiku itu menyukai Maureen.

Gadis bule itu memelototkan mata, ingin menyiramku lagi tapi dia ingat jika cangkirnya sudah kosong.

“Jangan merasa jadi ratu kamu! Suatu saat akan kupastikan jika Raka bakal buang kamu ke luar sana. Kembali ke kubangan lumpur di mana kamu seharusnya tinggal!” ancamnya tanpa ragu.

Kepalang tanggung, aku meladeni ucapan Maureen dan membalasnya dengan seringai di bibir. Semoga terlihat cukup badass dan bisa membuatnya sedikit gentar.

“Coba saja kalau kamu bisa.”

Gila, gila! Aku malah menantang Maureen. Apakah ini tak apa?

Aku bukannya kepedean atau apa, hanya saja tekanan dan rasa marah dalam dadaku membuat instingku aktif untuk membela diri. Akhirnya aku malah menantangnya untuk mencoba menghasut Raka untuk menceraikan diriku.

Entahlah benar atau tidak, tapi yang kulakukan ini bisa saja berujung buruk padaku karena aku akan didepak keluar. Tetapi setidaknya Raka mungkin akan senang karena Maureen terlihat cemburu dan bisa jadi ia nantinya mau dinikahi oleh Raka.

Jika mereka menikah, aku tetap akan mendapatkan tambahan uang dari Raka seperti yang telah ia janjikan di awal pernikahan. Jadi intinya apapun yang terjadi sebenarnya aku ini diuntungkan, betulkah?

***

Setelah sedikit insiden di tangga, aku melanjutkan niat awalku untuk pergi ke dapur dan membuat sarapan. Moodku untuk memasak hilang, dan sebagai gantinya aku hanya menyantap semangkuk sereal di meja dapur, Risa memperhatikanku dari dekat lemari es.

“Kenapa?” tanyaku, pelayan yang masih muda itu menggeleng sambil tersenyum,

“Enggak, tumben bu cuma makan sereal aja? Ibu mau saya panggangin roti?”

“Enggak usah, makasih. Aku memang lagi enggak semangat makan...”

“Dan pakaian ibu kotor,”

“Iya, tadi Maureen enggak sengaja tumpahin cokelatnya di tangga...kena bajuku jadinya begini.”

Risa mengangkat alis, kurasa ia tahu apa yang terjadi karena tadi Maureen berteriak kencang sekali.

“Hai, selamat pagi!!” sapa sebuah suara, Lee Dong Wook kw itu kembali lagi.

“Mau bertemu Maureen? Biar aku panggilkan.” Aku beringsut dari kursi dapur, berniat untuk segera mencari Maureen, tetapi Jonas mencegahku.

“Aku mau bertemu kamu, ini soal perjamuan kemarin. Kamu pasti sedih banget kan?”

“Perjamuan? Dari mana kamu tahu?”

“Tau lah, aku ada di sana kok. Cuma sengaja enggak nemuin kamu berdua sama Raka. Dia juga ngomelin kamu kan? kenapa?”

“Bukan urusanmu.” Kuabaikan Jonas, kembali kusantap serealku sebelum semuanya jadi mengembang dan lembek. Tapi tetap saja rasanya jadi tak enak, mungkin karena perasaanku saja.

“Soal penampilanmu, kan? Ayolah, biar kuajarkan banyak hal sama kamu.”

“Maksudmu apa?”

“Ikut aja denganku. Kamu pengen buktiin kalo Maureen salah tentang kamu dan Raka, kan?”

“Da-darimana kamu tau itu semua?” aku sekarang merasa agak ngeri. Jonas malah tertawa dan menarik tanganku keluar dari dapur.

Aku ingin menolak, namun aku tidak bisa dan terus terang aku merasa penasaran. Apa yang mau dia ajarkan padaku?

***

Rupanya Jonas mengajakku ke sebuah butik, bangunannya mewah dan terdiri dari dua lantai. Lantai bawah untuk pengunjung biasa dan lantai dua untuk para pengunjung eksklusif saja. Jonas berada di lantai dua bersamaku.

Seorang wanita dengan sanggul tinggi memperhatikan aku dari ujung kaki ke ujung kepala, tampilannya sangat berkelas dan membuatku jadi benar-benar minder. Butik ini sama saja menegangkan seperti di restoran mewah kemarin.

“Jonas, aku mau pulang saja...:

“Jangan, tunggu sebentar. Kamu bakalan suka sama yang bakal kamu pelajari di sini.”

“Jadi kamu si bebek buruk rupa yang ingin berubah jadi angsa jelita?” celetuk wanita bersanggul itu, membuatku jadi bertambah minder.

Aku memang tidak secantik dan seelegan Maureen, tapi disebut bebek buruk rupa agaknya sedikit berlebihan sih. Wanita itu lantas mendekatiku dan mengamati wajahku dari jarak yang benar-benar dekat, bahkan dia seolah akan menciumku.

“Kamu itu sebenarnya ada bakat cantik, sudah cantik tapi kucel banget mukanya, kurang perawatan!”

“Kamu enggak suka perawatan? Kamu suka panas-panasan tanpa pake sunblock? Ckk ckk sudah kuduga. Sunblock itu penting sayangku, supaya mukamu enggak rusak kayak begini!” ia meraih sebotol sunblock dan melemparkannya padaku.

“Ambillah itu, pakai tiap mau keluar rumah. Anggap saja itu hadiah untuk pelanggan spesial hari ini. Ahh Jonas sayangku, dia harus aku apakan?”

“Tolong ajari dia berbusana yang elegan dan berkelas, aku cuma merasa sayang jika ada potensi yang tidak bisa terpancar karena kurangnya perhatian.”

Aku cuma diam saja mendengarkan percakapan mereka, siapa yang potensinya belum terpancar? Aku? Karena mukaku yang kusam dan tak tahu cara berpakaian kelas atas?

Jonas menghampiriku dan berbisik pelan,

“Jangan marah ya Citra, aku ingin membuat kamu jadi sosok yang baru...seorang wanita kelas atas yang bisa bikin siapapun bertekuk lutut kepadamu. Kamu itu cantik seperti mutiara yang langka, hanya saja kamu membutuhkan sedikit bantuan untuk memolesnya, sehingga kecantikanmu itu bisa terpancar dengan nyata.”

Aku, mutiara yang langka katanya..ha-ha.

Sudahlah, mau pulang dan menyerah pun sudah tak berguna. Lebih baik kunikmati saja semua sekalian, apalagi semua ini gratis kudapatkan. Kapan lagi bisa belajar berbusana dan tata krama orang kaya jika tidak sekarang?

***

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dadang Btj
mana sambungan cerita nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status