Beranda / Urban / Menantu Tak Ternilai / Berani Menyentuh Akan Kuhabisi!

Share

Berani Menyentuh Akan Kuhabisi!

Penulis: Falisha Ashia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-29 16:28:08

Seorang general manager, sekaligus orang yang cukup dihormati oleh seantero kota, membungkukkan badannya di hadapan seorang Bastian?

Siapa sebenarnya pria itu.

“Kamu tidak perlu minta maaf. Ini bukan salahmu!” ucap Bastian.

Lantas Larry langsung berdiri dengan tegak sembari berkata, “Terima kasih banyak, Pak Bastian.”

Kemudian Larry menoleh ke arah petugas keamanan dan juga Tommy. Tatapannya begitu tajam sehingga kedua pria itu takut untuk menatap balik.

“Apa yang kalian lakukan kepada, Pak Basian? Berani-beraninya kamu memukul Pak Bastian!” geram Larry.

Bastian sebenarnya juga bingung dengan sikap yang ditunjukkan oleh general manager Red Light Club. Sebab, dia tidak tahu kalau klub malam itu adalah miliknya.

Daftar nama perusahaan yang menjadi bagian Big Dom corp. belum dia baca.

“Pak Larry, kami berdua hanya menjalankan peraturan saja. Orang yang nggak punya member dilarang masuk,” terang Tommy, membela diri.

Plaak!

Larry, tanpa aba-aba sebelumnya, langsung meninju pipi kiri Tommy di titik yang sama dengan serangan yang dia terima dari Bastian.

“Kamu tahu dia itu siapa? Dia itu —"

Bastian memegang pundak Larry seraya berkata, “Ada hal-hal penting yang seharusnya tidak kamu katakan di sini.”

Larry langsung menutup mulutnya. Hampir saja dia membocorkan siapa Bastian sesungguhnya.

“Baik, Pak Bastian!” ucap Larry, begitu sopan.

Sekujur tubuh Tommy dan petugas keamanan itu, banjir oleh peluh. Mereka tidak tahu siapa Bastian sesungguhnya. Namun mereka menyadari kalau Bastian bukan orang sembarangan.

“Apa kamu bisa membawaku ke dalam? Soalnya dua orang itu melarangku masuk ke dalam. Padahal aku sudah mengatakan kalau istriku sedang bersama dengan beberapa pria di dalam. Aku khawatir dia kenapa-kenapa,” kata Bastian.

“Tentu saja bisa, Pak Bastian,” jawab Larry.

Kemudian Larry menoleh ke arah kedua anak buahnya yang sudah kurang ajar kepada Bastian.

“Kalian benar-benar kurang ajar!” geram Larry. Lalu, pria itu memanggil petugas keamanan yang lain melalui HT.

3 orang petugas keamanan yang ada di dalam klub dan 2 orang petugas keamanan yang menjaga area luar klub, datang dengan sangat cepat.

“Habisi dua orang ini.Setelah itu bawa dia ke perkebunan anggur. Suruh dia menjadi petani di sana!” seru Larry.

Kelima orang penjaga keamanan itu terkejut mendengarnya. Mereka semua mengenal kedua orang itu.

“Tapi Pak —"

“Ikuti perintahku atau kalian semua aku pecat!” ancam Larry.

Mau tidak mau, kelima petugas keamanan itu menjalankan perintah dari sang general manager.

“Pak Larry, maafkan aku. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi,” ucap Tommy.

Kemudian pria itu menoleh ke arah Bastian. Lalu, dia berkata, “Bastian, maafkan aku. Kita ini teman, bukan? Kamu yang mengatakannya tadi.”

“Cih!” Bastian meludah ke depan Tommy. “sejak kapan aku punya teman sepertimu?”

Baru saja Tommy akan mengatakan sesuatu, wajah dan perutnya sudah diserang oleh petugas keamanan klub.

Pukulan yang disarangkan kepada pria itu, datang dengan bertubi-tubi. Satu detik dia mendapat 5 serangan.

Pria itu pun terkapar.

“Mari, Pak Bastian, saya antar ke dalam!” ucap Larry dengan suara yang begitu ramah.

Bastan mengangguk. Dia kemudian menoleh ke arah temannya yang sedang dipukuli, lalu berkata, “Aku harap suatu saat nanti kamu nggak lagi menganggap remeh dan menyakiti hati orang lain.”

Kemudian pria itu pun berjalan masuk ke dalam klub alam yang tampak begitu mewah dengan dominasi warna hitam dan merah.

“Larry. Kamu mengenalku?” tanya Bastian.

“Tentu. Anda adalah pemilik Red Light Club yang baru. Mana mungkin aku tidak mengenal Anda,” jawab Larry.

Bastian tercengang. Tentu ini sangat mengejutkan baginya. Namun kemudian dia langsung teringat dengan email mengenai surat ahli waris itu. Bastian pun akhirnya sadar kalau dia bukanlah Bastian yang dulu.

“Istriku dibawa oleh James Warren untuk membicarakan bisnis dengan salah satu investor. Cepat cari di mana ruangan mereka!” seru Bastian.

Larry menganggukkan kepalanya. Kemudian dia pun langsung menghubungi anak buahnya untuk mencari keberadaan James Warren.

Hanya butuh kurang dari 1 menit, hingga posisi James dapat ditemui.

“James Warren berada di ruang karaoke nomor 12, Pak,” terang salah satu anak buah Larry.

“Istri Bapak ada di ruang karaoke nomor 12. Mari saya tunjukkan jalannya!” seru Larry.

Mereka berdua langsung bergegas menuju ke ruangan karaoke tersebut.

Bastian berjalan dengan mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat hingga urat-uratnya timbul.

“Jika terjadi apa-apa dengan Alexa, aku nggak akan memaafkanmu!” gumam Bastian.

Kini mereka sudah berada di depan ruang karaoke di mana Alexandra berada.

“Apa yang harus kita lakukan, Pak Bastian? Kita langsung masuk saja dan menghajar orang-orang yang mengganggu istri Pak Bastian, atau bagaimana?” tanya Larry yang tidak mau asal membuat keputusan.

Bastian tahu istrinya sedang membicarakan tentang kerjasama perusahaan dengan seseorang yang akan menjadi investor. Dia tidak boleh gegabah. Jika dia memutuskan masuk dan ternyata di dalam sedang benar-benar membicarakan bisnis, istrinya pasti akan marah. Dan kerjasama itu pasti gagal.

“Apa di dalam ada CCTV?” tanya Bastian.

“Sejujurnya, di setiap ruangan ada kamera tersembunyi yang dilengkapi dengan teknologi infrared. Namun hanya pemilik Red Light Club saja yang bisa mengaksesnya,” terang Larry.

Bastian mengangkat kedua alisnya.

“Ah, maafkan aku, Pak Bastian.” Larry sadar kalau orang yang sedang berbicara dengannya adalah pemilik Red Light Club.

Larry kemudian langsung mengakses portal keamanan klub malam via ponselnya. Lalu dia masuk ke fitur kamera pengawas 4.

“Silakan diisi PIN-nya, Pak.” Larry berkata sambil menyerahkan ponselnya.

“Kode PIN? Aku tidak tahu kodenya,” kata Bastian.

Larry langsung menunduk lemas. Lalu, dia berkata “Kalau gitu kita nggak bisa mengakses kamera pengawas.”

Bastian kemudian langsung mengambil ponselnya dan membuka email tentang daftar perusahaan yang kini dia miliki.

Setelah beberapa saat mencari, akhirnya dia menemukan nama Red Light Club.

Bastian melewati mengenai detail perusahaan dan langsung mencari sebuah kode rahasia atau PIN yang tertera di sana.

“Ah, ini dia.” Bastian akhirnya menemukan keterangan kode rahasia di sana.

Bastian memasukkan kode rahasia itu kepada akses PIN yang dibutuhkan untuk membuka kamera pengintai.

Akses diterima

Bastian langsung bisa melihat jelas bagaimana keadaan di dalam ruangan.

Di dalam ruangan terdapat 3 orang. Alexa duduk diapit oleh James dan seorang pria tua berperut buncit. Ada 4 orang yang berdiri di pojok ruangan yang merupakan pengawal si pria tua.

Bastian naik pitam ketika melihat istrinya terus dipaksa oleh James untuk meminum alkohol padahal posisinya sudah mabuk.

“Ayo, satu gelas lagi, Alexa! Pak Michael sudah mengangkat gelasnya. Kalau dia kecewa dan marah, kesepakatan perusahaanmu dengan pak Michael akan gagal!” paksa James.

“Baiklah!” Alexa pun meminum satu sloki lagi.

James dan Michael bersorak untuk Alexa.

Tiga detik kemudian, Alexa pun akhirnya jatuh di pelukan James dan tidak sadarkan diri.

“Dia sudah mabuk berat, Pak Michael. Bapak bisa menikmatinya sekaran,” kata James, tersenyum lebar. “walau dia sudah punya suami, tapi aku jamin kalau dia belum tersentuh.”

“Hahaha … senang menjalin kerjasama denganmu, James. Secepatnya, aku akan menyuruh asistenku untuk mengirim uang ke perusahaanmu,” ucap Michael.

Bastian tidak bisa menahan lagi, ketika dia melihat Michael memeluk Alexa.

“Kamu diam di sini. Jangan bocorkan identitasku kepada siapapun!” seru Bastian.

“Baik!” ucap Larry.

Bastian kemudian menendang pintu ruang karaoke itu dengan sangat keras.

Semua orang yang ada di sana terperanjat. Michael yang baru akan menyentuh bibir Alexa, nyaris melompat mendengar pintu didobrak.

“Lepaskan istriku!” pekik Bastian.

James langsung berdiri. Dia tidak bisa membiarkan membiarkan kerjasama dengan Michael gagal karena kedatangan Bastian.

“Bastian! Kami sedang membicarakan tentang kerjasama perusahaan. Mau ngapain kamu masuk?”

“Bajingan! Berani-beraninya kamu menjual istriku untuk keuntunganmu!” pekik Bastian.

Plaak!

Tanpa ampun, sebuah pukulan mendarat di wajah James dengan sangat keras hingga membuat James jatuh ke sofa.

“Beraninya kamu memukulku!” geram James.

Bastian tidak peduli. Dia pun menoleh ke arah pria tua yang mengenakan setelan jas berwarna hitam yang masih saja memeluk tubuh istrinya.

“Tua banngka! Lepaskan istriku!” pekik Bastian.

“Hahaha ... mungkin kamu bisa memukul James. Tapi kamu nggak mungkin bisa memukulku, Menantu Sampah!” ucap Michael begitu percaya diri karena dia membawa pengawal.

“Kenapa aku nggak bisa memukulmu? Sangat mudah bagiku untuk melakukan itu,” geram Bastian.

Michael mengangkat tangan kirinya dan menggerakkan telapak tangannya, menyuruh Bastian untuk maju.

“Sini maju! Aku akan melihat kemampuanmu untuk melewati anak buahku sambil menikmati tubuh istrimu ini. Sayang sekali, wanita secantik ini tapi masih suci. Mungkin memang kesuciannya itu ditakdirkan untukku,” kata Michael, tersenyum lebar.

“Jika kamu berani melakukan itu, akan kubunuh, kau!” pekik Bastian.

Kemudian pria itu pun bergerak untuk menyerang Michael. Namun, sebuah tendangan mendarat di perutnya hingga membuat dia terpental.

“Sebelum menyentuh Bos Michael, lewati kami dulu!” ucap seorang pria berwajah kotak dengan rahang yang tampak kokoh.

Setelah itu, 4 orang pengawal Michael menyerang Bastian.

Tanpa diduga, Bastian yang menguasai beberapa ilmu beladiri yang dipelajari semenjak kecil ketika dia berada di panti asuhan, mampu menghindari semua serangan yang dilancarkan kepadanya.

Bastian bergerak bagaikan ular. Meliuk-liuk untuk menghindari serangan lawan.

Entah bagaimana caranya Bastian menyentuh para pengawal Michael karena sedari tadi hanya terlihat serangan dari keempat pria itu. Namun kini, keempat anak buah Michael telah tumbang.

Bastian dengan napas tersengal berkata, “Kamu lihat! Sekarang, kamu yang akan kuhabisi!”

Michael tercengang melihat keempat anak buahnya tumbang dengan begitu mudah.

Bastian melangkahkan kakinya. Namun tiba-tiba, tubuhnya tidak bisa bergerak. Sebuah kuncian mengikat tubuhnya dari belakang.

“Berpikir menang, memang membuat seseorang menjadi lemah!” ucap seorang pria berbadan tinggi besar yang sedang mengunci Bastian dengan teknik anaconda.

“Brengsek!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menantu Tak Ternilai   Kondisi Bastian Membaik

    Alexa masih menunggu kabar dari dokter atas kondisi Bastian sambil mondar-mandir di depan ruang rawat inap.Setidaknya Alexa menjadi sedikit merasa lega karena dokter tidak membawa Bastian ke ruang operasi atau ke ruangan yang memiliki perlengkapan medis lebih lengkap. Jadi bisa dikatakan dokter masih sanggup untuk menghadapi muntah darah Bastian walau tanpa menggunakan peralatan yang lengkap.Master Lee dengan diikuti oleh Davis dan Charlie, berjalan cepat."Bagaimana kondisi Bastian?" tanya Master Lee dengan suara yang terengah-engah dan raut wajah yang cemas.Alexa menghentikan langkahnya yang sedang mondar-mandir itu dan langsung mengembalikan badannya ke arah sumber suara yang ada di belakangnya."Master Lee, kamu sudah datang," kata Alexa. "Bastian saat ini sedang ditangani oleh dokter dan dokter belum keluar untuk memberitahu hasilnya."Master Lee menarik napas dalam-dalam. Lalu dia berkata, "Semoga tidak terjadi sesuatu hal yang membahayakan."Charlie menimpali, "Tapi jika mel

  • Menantu Tak Ternilai   Dendam Kian Memuncak

    Darah yang keluar dari dalam mulut Bastian bagaikan mata air yang menyembur begitu deras.Alexa begitu panik melihat Bastian yang terus memuntahkan darah. Dia pun langsung menekan tombol merah untuk memanggil perawat dan dokter."Bastian … kamu kenapa, Bas?" Alexa begitu panik. "ya ampun … sayang. Bertahan."Alexa menyeka darah yang terus mengalir dengan menggunakan tisu. Dia tidak berani menghalangi darah yang keluar karena dia khawatir akan terjadi masalah yang serius jika dia melakukannya.Tidak lama kemudian seorang perawat dan dokter masuk ke dalam ruangan. Mereka sudah bersiap dengan membawa peralatan medis.Maklum saja, Bastian saat ini menempati ruang VVIP, jadi dokter dan para perawat sudah siap sedia 24 jam nonstop. Bahkan bisa diibaratkan, setiap detik mereka hanya menatap lampu emergency agar bisa siap siaga ketika lampu itu menyala."Dok, tolong Bastian!" ucap Alexa sembari memegang dokter pria.Dokter itu menganggukkan kepalanya. Lalu dia bertanya, "Apa yang terjadi, Nyo

  • Menantu Tak Ternilai   Bastian Sadar

    Semua keluarga dan juga teman Hans tergeletak dengan bersimbah darah. Mereka semua langsung mati seketika karena peluru yang bersarang di tubuhnya tidak satu, dua saja. Ada lebih dari 5 peluru yang bersarang di bagian-bagian vital tubuh keluarga dan teman Hans.Tidak ada kesempatan untuk hidup.Kemudian seorang pria yang berpakaian hitam juga namun lebih berkelas dan mewah, berjalan masuk ke dalam rumah. Dia tersenyum melihat ke sekeliling ruangan di mana mayat-mayat bergelimpangan dengan darah yang menggenang."Ambil foto mereka!" seru Patrick.Setelah itu dia menyeringai dan secara perlahan tertawa dengan keras, seolah dia menunjukkan siapa yang berkuasa."Orang yang sudah berani melawanku maka aku akan membawanya menuju ke mereka lebih cepat."Patrick kembali tertawa dengan sangat keras. Dia sangat bahagia bisa membantai seluruh keluarga Hans.Kaki tangan Patrick dengan cekatan mengambil foto keluarga Hans yang sudah tidak bernyawa itu. Bahkan dia mengambil gambar dengan sangat jel

  • Menantu Tak Ternilai   Keluarga Hans Dibantai

    Mendapatkan lampu hijau dari Sintia membuat Davis menjadi sangat bersemangat. Dia pun kemudian menarik kepala Sintia agar semakin dekat dengannya. Lalu … dia menyentuh bibir Sintia dengan bibirnya.Kejadian itu berlangsung dengan cepat karena Sintia langsung menarik kembali kepalanya.Saat Davis terkejut, Sintia buru-buru menjelaskan, "Tahan dulu, dong! Kamu boleh memegangku setelah kamu memberitahukan kepadaku yang sebenarnya mengenai latar belakang kak Bastian."Davis pun menganggukan kepalanya dengan mimik wajah yang lega. Pasalnya sebelum Sintia menjelaskan, dia sudah berpikir jika Sintia menolak apa yang dia lakukan dan marah."Baiklah kalau begitu, aku akan mengatakan yang sebenarnya kepadamu," kata Davis.Sintia tersenyum. Dia sangat tidak sabar untuk mengetahui kebenaran dari latar belakang Bastian sesungguhnya.Sejak awal dia curiga jika ada setia memiliki latar belakang berbeda dibanding dengan yang ditampilkannya sekarang ini. Banyak kejanggalan yang ditunjukkan oleh Bastia

  • Menantu Tak Ternilai   Sudah Dalam Genggaman

    Sintia kini duduk di samping Davis dengan kaki kiri yang diangkat menyilang ke atas kaki kanannya.Dengan apa yang dilakukannya ini membuat Sintia terlihat sangat menggoda. Davis pun semakin tidak karuan, dia tidak bisa mengontrol hasratnya yang kian menggelora."Apa wine itu akan tetap di sana saja?" tanya Sintia memecah keheningan."Oh … i-iya … maaf Nona," kata Davis dengan suara bergetar sambil mengambil botol wine dengan tangan yang gemetaran.Sintia tersenyum melihat sikap Davis yang dinilainya sangat lucu.Ternyata sikapnya Davis ini bukan hanya membuat Sintia tersenyum saja, namun juga membuat Sintia dapat melepaskan kegugupan yang ada di dalam dirinya.Kini Sintia bahkan merasa ingin menggoda Davis. Dia pun sengaja mengulurkan tangannya untuk menyentuh punggung tangan Davis yang sedang mengangkat botol wine."Sini biar aku bantu!" ucap Sintia sambil tersenyum.Sontak saja hal ini membuat Davis semakin gemetaran tubuhnya. Disentuh oleh seorang wanita yang sangat cantik adalah

  • Menantu Tak Ternilai   Pilihan Bernard Untuk Bergerak

    Setelah mendengar tawaran dari Sintia yang mengajak minum di kamarnya membuat Davis terkejut. Siapa yang tidak terkejut ketika mendengar ada seorang wanita cantik mengajak minum di kamar hanya berdua saja.Davis sadar jika dia menerima tawaran itu maka kesempatan untuk melakukan sesuatu yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, akan terbuka lebar."Apa kamu serius, Nona? Apa nggak lebih baik kita minum di restoran saja?" tanya Davis.Sintia menggelengkan kepalanya sembari berkata, "Nggak. Kalau kita minum di restoran dan aku mabuk, nanti kamu malah menggendongku ke kamar. Aku nggak mau merepotkanmu."Davis masih tampak bingung. Di dalam pikirannya kini bermain-main sesuatu yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya."Tapi —""Nggak ada tapi-tapian! Kalau kamu mau menemaniku, aku akan menyampaikan kepada kakakku betapa baiknya kamu. Tapi kalau kamu nggak mau, ya sudah, nggak apa-apa," kata Sintia, memotong perkataan Davis.Sebenarnya hati Sintia berdetak dengan sangat keras ketika dia m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status