Home / Romansa / Menantu Termiskin / Aku juga menantu mama!

Share

Aku juga menantu mama!

Author: Watermelon
last update Last Updated: 2022-05-30 08:37:42

Arnita yang sedang memejamkan matanya terkejut mendengar suara dobrakan pintu yang dipaksa dibuka dari luar. Terlihat Mawar berjalan cepat menghampiri brankar Cintya dengan wajah panik yang sedikit berlebihan.

"Mama kenapa kok bisa masuk rumah sakit?" tanya Mawar dengan suara yang mendayu-dayu.

"Overdosis obat tidur." balas Cintya.

"Aku bawakan mama lasagna kesukaan mama." Mawar menunjukkan paper bag di tangannya.

"Mama tadi sudah makan masakan rumah sakit mbak, lasagnanya mungkin bisa dimakan mama nanti karena takutnya mama kekenyangan." ujar Arnita sambil tersenyum tipis.

Mawar memutar bola matanya malas mendengar ceramah Arnita yang membuat telinganya pengang. 

"Mama masih lapar, biar lasagnanya mama makan." Cintya meraih paper bag ditangan Mawar dan mulai memakan lasagna yang Mawar bawakan. 

Mawar menatap Arnita dengan tersenyum puas karena ibu mertuanya memihaknya daripada Arnita. Sedangkan Arnita tetap menunjukkan senyum tipisnya meski pendapatnya tidak didengar oleh ibu mertuanya. 

Sejak pagi Arnita yang menemani Cintya di rumah sakit. Sedangkan Arman harus pergi ke kantor karena meeting penting dan Imel harus mengantar anak-anaknya ke sekolah. Mawar bahkan baru menampakkan dirinya hari ini. Padahal Arman sudah memberitahu keadaan Cintya sedari kemarin, entah kemana saja kakak iparnya itu.

"Mama mau aku bantu mandi atau mau bilas air hangat saja?" tanya Arnita.

"Saya bisa mandi sendiri, saya cuman overdosis obat bukannya lumpuh." sarkas Cintya.

Arnita hanya diam tidak memasukkan kalimat ibu mertuanya kedalam hati. Ia hanya bisa berharap jika suatu hari nanti ibu mertuanya bisa menganggapnya sebagai seorang menantu seperti menantunya yang lain. 

Arnita terus mengamati setiap gerakan ibu mertuanya yang berjalan pelan ke arah kamar mandi. Saat Arnita ingin membantunya, Cintya malah menolaknya dan mengibaskan tangannya seperti menyuruh Arnita untuk tidak mendekatinya. 

"Kamu pulang saja biar saya yang jaga mama." ujar Mawar tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya.

"Tapi mbak…." Mawar mengangkat jari telunjuknya menyuruh Arnita untuk diam dan tidak banyak bicara.

"Kamu dengarkan apa yang saya bilang, mendingan kamu pulang bantuin bi Ira bersih-bersih rumah daripada disini cuman leyeh-leyeh." ujar Mawar dengan nada sinisnya.

Arnita memilih mengalah, ia tidak ingin terjadi keributan karena ia tahu ini di rumah sakit. Arnita mengambil tas nya dan berpamitan kepada ibu mertuanya setelah ibu mertuanya menyelesaikan mandinya. Saat melewati lorong rumah sakit Arnita tidak sengaja bertemu Arman yang sepertinya baru ingin menuju ruangan ibu mamanya.

"Mau kemana?" tanya Arman begitu ia sudah berdiri dihadapan Arnita.

"Mau pulang, sudah ada mbak Mawar yang jagain mama." ujar Arnita.

"Tunggu disini sebentar, saya masuk ke ruangan mama sebentar setelah itu kita pulang bareng." Arman melangkahkan kakinya masuk ke lorong ruangan mamanya.

Sesuai perintah Arman, Arnita menunggu Arman di tempatnya tadi bertemu Arman. Sekitar lima belas menit Arman kembali menghampirinya setelah dari ruang inap mamanya. 

"Mbak Mawar bilang sesuatu sama kamu?" tanya Arman begitu mereka sudah berada di dalam mobil.

Arnita yang sedari tadi sibuk memainkan ponselnya mengalihkan tatapannya ke arah Arman. Ia sedikit terkejut mendengar Arman tiba-tiba bertanya mengenai mbak Mawar. 

"Kenapa memangnya?" tanya Arnita bertanya balik.

"Enggak papa cuman tanya aja. Mbak Mawar nggak bilang sesuatu yang aneh-aneh kan?" mobil mereka berhenti tepat di lampu merah. Arman menatap Arnita dengan pandangan menyelidik.

"Mbak Mawar nggak bilang apa-apa." Arnita gugup ditatap sangat intens oleh Arman.

Arman memandang Arnita dengan pandangan tidak percaya. Ia sangat tahu betul bagaimana sikap kakak iparnya itu. Tapi Arman tidak ingin memaksa Arnita untuk mengatakan yang sebenarnya, takutnya Arnita malah tidak nyaman dengannya.

"Kata dokter besok mama sudah boleh pulang." ujar Arman memberitahu.

Arnita ikut senang mendengar perkataan Arman. Bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman. 

"Tetap seperti ini jangan berubah. Maaf jika sudah membuatmu harus merasakan semua rasa sakit yang keluargaku berikan." Arman memandang Arnita dengan tatapan bersalah. Ia sudah melibatkan perempuan sebaik Arnita dalam keluarganya yang sangat membenci Arnita.

Mobil mereka kini sudah terparkir rapi di halaman rumah sejak tiga menit yang lalu. Tapi mereka masih terdiam di dalam mobil tanpa ada yang mau keluar.

Arnita terdiam cukup lama, ia tidak tahu bagaimana harus merespon ucapan Arman karena ia sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya ia rasakan. Sedih mungkin, ia selalu merasa sedih saat keluarga Arman selalu merendahkannya. Terasingkan, ia juga merasakannya saat keluarga Arman seperti tidak memperdulikannya dan menganggapnya layaknya orang asing. Tapi tanpa ia sadari ia juga mulai merasa nyaman dengan Arman dan mulai terbiasa dengan sikap keluarga Arman kepadanya. Secara perlahan Arnita mulai menerima takdir yang harus ia jalani. Ia hanya butuh sedikit bersabar dan selalu berusaha untuk merubah kehidupannya menjadi lebih baik.

"Saya akan mencoba membuka hati saya untuk kamu, dan saya harap kamu juga bisa melakukan sebaliknya." ujar Arman yang membuat Arnita membeku di tempatnya.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menantu Termiskin   Kecemburuan Ibu Hamil

    "Nit?" Arman menyentuh bahu Arnita."Mas, mas kapan pulangnya?" tanya Arnita dengan bingung."Kamu dari tadi duduk di balkon nggak lihat saya masuk?" kini gantian Arman yang bingung.Sebab Arnita sudah duduk di balkon kamar cukup lama tapi tidak melihat mobil Arman masuk ke halaman. Arman juga tadi sempat memanggil Arnita saat masuk ke dalam kamar, tetapi Arnita tidak menjawabnya. Dan akhirnya Arman menemukan Arnita duduk termenung di balkon kamar."Kamu nggak papa? Apa yang kamu pikirkan sampai nggak denger saya panggil." tiba-tiba Arnita memeluk pinggang Arman sambil menyandarkan kepalanya di perut Arman."Kamu mikirin apa hmm?" tanya Arman lagi karena masih belum mendapat balasan dari Arnita."Tadi mbak Jenny datang ke rumah." gumam Arnita di perut Arman. Arnita tahu jika ucapannya pasti tidak akan terdengar jelas di telinga Arman."Hmm?" Arman bergumam mendengar ucapan Arnita yang kurang jelas.Arman menangkup wajah Arnita dan menjauhkannya dari perutnya. "Coba ulangi lagi tadi ng

  • Menantu Termiskin   Permintaan Gila

    Dewa merangkul pinggang Mawar sambil tersenyum lebar ke arah semua tamu. Dewa membawa Mawar semakin masuk ke dalam pesta. Mata Dewa menjelajahi setiap tamu yang datang ke pesta itu. Satu sudut bibirnya terangkat ketika melihat targetnya tertangkap oleh penglihatannya. Dewa menarik Mawar ke arah meja tersebut. Matanya tak lepas menatap laki-laki yang berdiri di kerumunan itu."Pak Dewa." sapa laki-laki paruh baya yang berada di kerumunan itu."Selamat malam pak Albert." Dewa balas menyapa pria paruh baya itu dengan ramah."Selamat malam pak Atlas." sapa Dewa dengan menekan nama laki-laki di depannya itu.Dewa merasakan atmosfer disekitarnya berubah menjadi canggung dan tegang. Ia menatap Atlas di depannya yang terlihat kikuk saat melihat kehadirannya."Selamat malam pak Dewa." balas Atlas.Beberapa kali Dewa menangkap tatapan Atlas yang mencuri lirik ke arah istrinya. Dewa menatap istri Atlas yang terlihat seperti tidak tahu apa-apa yang sudah diperbuat suaminya di belakangnya."Bagaim

  • Menantu Termiskin   Perasaan Arman

    Arnita menunggu Arman di meja makan. Kepalanya terus menatap ke arah pintu menunggu kedatangan Arman. Dua porsi sate yang tadi ia beli sudah disiapkan di piring. Karena Arman terlalu lama berada diluar, Arnita jadi berpikir untuk memanggil Arman untuk segera masuk ke dalam. Perutnya sudah lapar minta diisi."Mas Arman." panggil Arnita sambil kepalanya celingukan mencari keberadaan suaminya itu.Seketika Arnita sadar jika mobil suaminya yang tadi terparkir di halaman rumah sekarang sudah tidak ada lagi disana. Arnita terdiam berpikir apa yang sebenarnya sudah terjadi. Apa Arman pergi lagi setelah mengangkat telepon tadi? Sepertinya memang ada hal penting yang Arman lakukan saat ini.Dengan langkah lesu Arnita kembali melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Ia kembali membungkus sate milik Arman dan menyimpannya. Arnita kemudian menghabiskan seporsi sate ayam seorang diri di meja makan.Selesai makan Arnita menunggu Arman pulang di depan tv. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh mala

  • Menantu Termiskin   Panggilan Darurat

    Kandungan Arnita sudah memasuki bulan ketiga kehamilan. Tak terasa perut Arnita semakin membesar. Seperti menjadi kebiasaan baru Arman, setiap kali Arnita berada di dekatnya ia selalu mengelus perut istrinya itu. Hingga kadang Arnita kesal kepadanya karena risih dengan sikapnya itu.Hingga sampai sekarang Arman belum memberitahu mamanya tentang kehamilan Arnita. Tapi rencananya Arman akan memberitahu mamanya dalam waktu dekat. Ia akan membawa Arnita ke rumah.Arman menggeser layar tab nya. Keningnya berkerut melihat berita sebuah agensi model yang ia ketahui Jenny menjadi salah satu model disana itu sedang terjerat kasus penipuan. Arman membuka artikel berita tersebut dan mencari tahu kebenarannya. Ia tercengang jika agensi tersebut benar-benar melakukan tindakan penipuan. Bukan hanya menipu modelnya saja, tetapi juga menipu pengusaha lain yang menggunakan jasa modelling perusahaan tersebut. Kasus itu juga ikut menyeret para model di perusahaan tersebut dan Arman melihat nama Jenny ju

  • Menantu Termiskin   Perselingkuhan Mawar

    "Makasih ya Ar udah mau temani aku makan." ujar Jenny."Hmm." "Istri kamu nggak akan marah kan?" tanya Jenny hati-hati. Arman menggelengkan kepalanya."Oh iya untuk perpanjang kontrak yang kamu tawarkan sepertinya aku nggak bisa ambil." tangannya memainkan pisau dan garpu di atas steaknya.Arman mendongakkan sedikit kepalanya untuk menatap perempuan di depannya. "Kenapa?" "Emm, bukannya aku nggak tertarik mau ambil perpanjangan kontrak yang kamu tawarkan. Tapi aku mau mencoba untuk ekspor modelling yang beda dari sebelumnya.""Manajer aku bilang kalau ada salah satu merk fashion ternama di Indonesia yang nawarin kerja sama dengan aku. Aku harap kamu nggak tersinggung sama keputusan aku."Arman menganggukkan kepalanya pelan. Ia mengerti jika Jenny ingin mencoba dunia modelling lain yang ada di negara ini. Itu juga akan mempermudah karirnya di negara ini."Bagus kalau kamu mau ekspor dunia modelling disini." balas Arman.Jenny lega mendengar jawaban Arman yang mendukung keputusannya.

  • Menantu Termiskin   Perkara Susu

    Arman menyandarkan kepalanya ke bahu Arman. Kakinya diluruskan sampai ujung kakinya menyentuh batas ujung sofa yang ia duduki. Tangannya asik menggeser layar ponselnya. Disisi lain Arman terlihat sibuk dengan tab di tangannya. Ia tidak sama sekali tidak kelihatan pegal saat Arnita menyandarkan tubuhnya ke tubuh Arman. Arman melepas kacamata yang bertengger di hidungnya dan meletakkan tab di tangannya ke atas meja. Ia sedikit menggerakkan tubuhnya dengan pelan."Kamu sudah minum susu hamilnya?" tanya Arman."Belum." balas Arnita pelan seperti gumaman."Kenapa belum? Ayo minum susunya dulu." Arman mengambil ponsel yang ada di genggaman Arnita.Arnita sempat memasang wajah kesalnya saat Arman tiba-tiba mengambil ponselnya. Namun segera ia merubah raut wajahnya saat Arman menatapnya dengan tatapan tajam. "Jangan main ponsel terus. Ayo saya buatkan susu." Arman menggandeng lengan Arnita ke dapur. Ia menyuruh Arnita untuk duduk sambil menunggunya selesai membuatkan susu untuk Arnita."Mi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status