Share

Rasa iri

Auteur: Watermelon
last update Dernière mise à jour: 2022-05-30 08:38:57

Baru saja Arman menginjakkan kakinya di kantor, Arman langsung mendapatkan sambutan hangat dan tepuk tangan meriah dari karyawan-karyawan di kantor. Arman mengernyitkan keningnya merasa bingung dengan situasi yang sedang ia alami sekarang. 

"Ada apa ini?" tanya Arman kepada semua karyawan yang terlihat sangat gembira.

"Selamat ya pak untuk kemenangan tender kemarin." ujar salah satu karyawan laki-laki.

Ah Arman ingat sekarang. Jadi karyawannya sudah pada mengetahui tentang tender yang dimenangkan perusahaan.

"Saya juga mengucapkan selamat untuk kalian, perusahaan kita bisa memenangkan tender juga karena usaha dan kerja keras kalian semua." ujar Arman dengan merendah. 

"Sama-sama pak, tapi pak Arman yang paling kerja keras untuk tender perusahaan." puji salah satu karyawan perempuan.

Memang benar Arman bekerja lebih keras untuk memenangkan tender ini. Ia bahkan harus beberapa hari lembur di kantor untuk mengecek seluruh persiapan untuk tender perusahaan. Tapi Arman bersyukur usahanya tidaklah sia-sia. Kerja kerasnya beberapa hari ini dan kekompakan seluruh karyawan bisa membuat perusahaan memenangkan tender besar ini. 

"Bagaimana kalau kita makan-makan sebagai perayaan atas kemenangan perusahaan?" usul salah satu karyawan yang dibalas antusias oleh karyawan lainnya.

"Boleh, saya yang akan traktir kalian. Tapi maaf saya tidak bisa ikut makan dengan kalian karena saya sudah ada janji dengan istri saya." ujar Arman yang mendapat senyuman jail dari karyawannya.

Arman memang berniat untuk mengajak Arnita makan malam diluar hari ini setelah ia mendapat kabar perusahaan memenangkan tender. Hitung-hitung bisa membuat mereka saling mengenal satu sama lain. Ia juga belum pernah mengajak Arnita makan malam diluar setelah menikah.

"Ah iya bapakkan sudah punya istri sekarang. Pasti pengen cepat-cepat pulang untuk ketemu istrinya." goda karyawan perempuan berambut sebahu.

"Namanya juga pengantin baru masih anget-angetnya." goda karyawan laki-laki yang langsung mendapat siulan.

"Ada apa ini? Kenapa malah membuat keributan disini? Bukannya kerja malah asyik ngerumpi!" sindir Dewa kepada semua karyawan.

Seketika semua karyawan diam tak berkutik saat Dewa memarahi mereka. 

"Cepat kembali bekerja!" bentak Dewa. Semua karyawan langsung membubarkan diri dan masuk ke dalam kubikelnya masing-masing.

Dewa melirik sekilas ke arah Arman sebelum melangkahkan kakinya kembali ke ruangannya. 

***

Brukk

"Baru pulang mas?" Mawar yang sedang bermalas-malasan diatas tempat tidur sedikit terkejut dengan kehadiran Dewa yang tiba-tiba datang dengan membanting pintu kamar dengan keras.

Dewa mengabaikan pertanyaan Mawar. Ia lebih memilih melepaskan jasnya dan mengendurkan dasi di lehernya yang seperti sedang mencekiknya. Suasana hati Dewa hari ini benar-benar sangat buruk. Seharian ia selalu mendengar semua karyawan memuji Arman adiknya yang telah berhasil memenangkan tender.

"Menurut gue kinerja pak Arman nggak perlu diragukan deh, udah keliatan kinerjanya tuh bagus banget daripada pak Dewa. Tapi kenapa malah yang jadi CEO pak Dewa ya?" 

"Yaelah pak Dewa cuman menang status anak pertama doang. Dia punya saham yang lebih besar di perusahaan daripada pak Arman."

"Bener, apalah daya saham bisa mengalahkan kinerja."

Begitulah paling tidak yang Dewa dengar dari karyawan yang membicarakannya dari diam-diam. Seharian Dewa mati-matian menahan emosinya. 

Mawar menarik lengan Dewa dengan kasar sampai Dewa membalikkan badannya menghadap Mawar.

"Mas kenapa sih? Aku tanya baik-baik loh." ujar Mawar ikut emosi karena sikap dingin Dewa kepadanya.

"Sudahlah jangan ganggu dulu. Aku lagi pusing ini!" Dewa menarik tangannya kasar dari cekalan Mawar. 

Mawar mendengus kesal dengan sikap suaminya yang melampiaskan amarahnya kepadanya. Selalu begitu, setiap ada masalah dikantor selalu dibawa pulang ke rumah.

"Besok aku mau pergi ke Bogor. Aku menginap selama tiga hari, kamu bisakan jagain Kenzo?" tanya Mawar.

Arman membalikkan badannya menatap istrinya. Arman memutar bola matanya dan berdecak kesal. 

"Kamu kalau mau pergi, pergi aja! Mana pernah kamu ngurusin Kenzo!" sindir Dewa dengan suara yang meninggi.

Mawar menatap Dewa dengan tajam. "Mas pikir aku nggak ngurusin Kenzo? Huh! Selama ini aku ya yang selalu datang mengambil rapor Kenzo! Mas yang nggak pernah merhatiin Kenzo!" 

"Nyesel aku nikahin kamu." ujar Dewa lirih yang masih dapat didengar oleh Mawar.

"Mas pikir aku nggak nyesel nikah sama mas? Selama ini mas itu nggak bisa diandelin. Bahkan mama selalu mempercayakan semua urusan perusahan kepada Arman daripada mas yang padahal pemimpin perusahaan." ujar Mawar mencurahkan semua rasa kesalnya selama ini. 

Perkataan Mawar membuat hati Dewa tertohok. Lagi-lagi nama Arman yang ia dengar. 

"Tutup mulut kamu!" tangan Dewa hampir melayangkan tamparan kepada Mawar sebelum pintu kamarnya diketuk.

***

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Menantu Termiskin   Kecemburuan Ibu Hamil

    "Nit?" Arman menyentuh bahu Arnita."Mas, mas kapan pulangnya?" tanya Arnita dengan bingung."Kamu dari tadi duduk di balkon nggak lihat saya masuk?" kini gantian Arman yang bingung.Sebab Arnita sudah duduk di balkon kamar cukup lama tapi tidak melihat mobil Arman masuk ke halaman. Arman juga tadi sempat memanggil Arnita saat masuk ke dalam kamar, tetapi Arnita tidak menjawabnya. Dan akhirnya Arman menemukan Arnita duduk termenung di balkon kamar."Kamu nggak papa? Apa yang kamu pikirkan sampai nggak denger saya panggil." tiba-tiba Arnita memeluk pinggang Arman sambil menyandarkan kepalanya di perut Arman."Kamu mikirin apa hmm?" tanya Arman lagi karena masih belum mendapat balasan dari Arnita."Tadi mbak Jenny datang ke rumah." gumam Arnita di perut Arman. Arnita tahu jika ucapannya pasti tidak akan terdengar jelas di telinga Arman."Hmm?" Arman bergumam mendengar ucapan Arnita yang kurang jelas.Arman menangkup wajah Arnita dan menjauhkannya dari perutnya. "Coba ulangi lagi tadi ng

  • Menantu Termiskin   Permintaan Gila

    Dewa merangkul pinggang Mawar sambil tersenyum lebar ke arah semua tamu. Dewa membawa Mawar semakin masuk ke dalam pesta. Mata Dewa menjelajahi setiap tamu yang datang ke pesta itu. Satu sudut bibirnya terangkat ketika melihat targetnya tertangkap oleh penglihatannya. Dewa menarik Mawar ke arah meja tersebut. Matanya tak lepas menatap laki-laki yang berdiri di kerumunan itu."Pak Dewa." sapa laki-laki paruh baya yang berada di kerumunan itu."Selamat malam pak Albert." Dewa balas menyapa pria paruh baya itu dengan ramah."Selamat malam pak Atlas." sapa Dewa dengan menekan nama laki-laki di depannya itu.Dewa merasakan atmosfer disekitarnya berubah menjadi canggung dan tegang. Ia menatap Atlas di depannya yang terlihat kikuk saat melihat kehadirannya."Selamat malam pak Dewa." balas Atlas.Beberapa kali Dewa menangkap tatapan Atlas yang mencuri lirik ke arah istrinya. Dewa menatap istri Atlas yang terlihat seperti tidak tahu apa-apa yang sudah diperbuat suaminya di belakangnya."Bagaim

  • Menantu Termiskin   Perasaan Arman

    Arnita menunggu Arman di meja makan. Kepalanya terus menatap ke arah pintu menunggu kedatangan Arman. Dua porsi sate yang tadi ia beli sudah disiapkan di piring. Karena Arman terlalu lama berada diluar, Arnita jadi berpikir untuk memanggil Arman untuk segera masuk ke dalam. Perutnya sudah lapar minta diisi."Mas Arman." panggil Arnita sambil kepalanya celingukan mencari keberadaan suaminya itu.Seketika Arnita sadar jika mobil suaminya yang tadi terparkir di halaman rumah sekarang sudah tidak ada lagi disana. Arnita terdiam berpikir apa yang sebenarnya sudah terjadi. Apa Arman pergi lagi setelah mengangkat telepon tadi? Sepertinya memang ada hal penting yang Arman lakukan saat ini.Dengan langkah lesu Arnita kembali melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Ia kembali membungkus sate milik Arman dan menyimpannya. Arnita kemudian menghabiskan seporsi sate ayam seorang diri di meja makan.Selesai makan Arnita menunggu Arman pulang di depan tv. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh mala

  • Menantu Termiskin   Panggilan Darurat

    Kandungan Arnita sudah memasuki bulan ketiga kehamilan. Tak terasa perut Arnita semakin membesar. Seperti menjadi kebiasaan baru Arman, setiap kali Arnita berada di dekatnya ia selalu mengelus perut istrinya itu. Hingga kadang Arnita kesal kepadanya karena risih dengan sikapnya itu.Hingga sampai sekarang Arman belum memberitahu mamanya tentang kehamilan Arnita. Tapi rencananya Arman akan memberitahu mamanya dalam waktu dekat. Ia akan membawa Arnita ke rumah.Arman menggeser layar tab nya. Keningnya berkerut melihat berita sebuah agensi model yang ia ketahui Jenny menjadi salah satu model disana itu sedang terjerat kasus penipuan. Arman membuka artikel berita tersebut dan mencari tahu kebenarannya. Ia tercengang jika agensi tersebut benar-benar melakukan tindakan penipuan. Bukan hanya menipu modelnya saja, tetapi juga menipu pengusaha lain yang menggunakan jasa modelling perusahaan tersebut. Kasus itu juga ikut menyeret para model di perusahaan tersebut dan Arman melihat nama Jenny ju

  • Menantu Termiskin   Perselingkuhan Mawar

    "Makasih ya Ar udah mau temani aku makan." ujar Jenny."Hmm." "Istri kamu nggak akan marah kan?" tanya Jenny hati-hati. Arman menggelengkan kepalanya."Oh iya untuk perpanjang kontrak yang kamu tawarkan sepertinya aku nggak bisa ambil." tangannya memainkan pisau dan garpu di atas steaknya.Arman mendongakkan sedikit kepalanya untuk menatap perempuan di depannya. "Kenapa?" "Emm, bukannya aku nggak tertarik mau ambil perpanjangan kontrak yang kamu tawarkan. Tapi aku mau mencoba untuk ekspor modelling yang beda dari sebelumnya.""Manajer aku bilang kalau ada salah satu merk fashion ternama di Indonesia yang nawarin kerja sama dengan aku. Aku harap kamu nggak tersinggung sama keputusan aku."Arman menganggukkan kepalanya pelan. Ia mengerti jika Jenny ingin mencoba dunia modelling lain yang ada di negara ini. Itu juga akan mempermudah karirnya di negara ini."Bagus kalau kamu mau ekspor dunia modelling disini." balas Arman.Jenny lega mendengar jawaban Arman yang mendukung keputusannya.

  • Menantu Termiskin   Perkara Susu

    Arman menyandarkan kepalanya ke bahu Arman. Kakinya diluruskan sampai ujung kakinya menyentuh batas ujung sofa yang ia duduki. Tangannya asik menggeser layar ponselnya. Disisi lain Arman terlihat sibuk dengan tab di tangannya. Ia tidak sama sekali tidak kelihatan pegal saat Arnita menyandarkan tubuhnya ke tubuh Arman. Arman melepas kacamata yang bertengger di hidungnya dan meletakkan tab di tangannya ke atas meja. Ia sedikit menggerakkan tubuhnya dengan pelan."Kamu sudah minum susu hamilnya?" tanya Arman."Belum." balas Arnita pelan seperti gumaman."Kenapa belum? Ayo minum susunya dulu." Arman mengambil ponsel yang ada di genggaman Arnita.Arnita sempat memasang wajah kesalnya saat Arman tiba-tiba mengambil ponselnya. Namun segera ia merubah raut wajahnya saat Arman menatapnya dengan tatapan tajam. "Jangan main ponsel terus. Ayo saya buatkan susu." Arman menggandeng lengan Arnita ke dapur. Ia menyuruh Arnita untuk duduk sambil menunggunya selesai membuatkan susu untuk Arnita."Mi

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status