Beranda / Romansa / Menantu Termiskin / Gagal honeymoon

Share

Gagal honeymoon

Penulis: Watermelon
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-30 08:36:58

Semalam sebelum tidur Arnita menyempatkan diri mengemasi pakaian-pakaian yang akan mereka bawa selama berada di Bali nantinya. Semalam juga Arnita dan Arman sudah mengambil keputusan jika mereka akan tetap pergi ke Bali. Lagian Arman juga sudah terlanjur mengambil cuti dari kantor dan juga merasa tidak enak jika tidak memakai pemberian mas Rehan dan mbak Imel. 

"Udah semuanya? Nggak ada yang ketinggalan?" tanya Arman memastikan.

"Udah semua mas." balas Arnita yakin. Tentu saja ia yakin karena ia sudah mengecek semua barang bawaan beberapa kali karena takut ada yang ketinggalan. 

Jadwal pesawat mereka pukul delapan pagi jadi mereka akan berangkat dari rumah satu jam sebelum take off. Jarak bandara dari rumah tidak terlalu jauh, mungkin butuh waktu dua puluh lima menit untuk sampai. Dan untungnya ini hari minggu jalanan pagi ini tidak terlalu macet seperti hari biasa. 

Tok….tok 

"Den Arman!" 

Suara panggilan bi Ira membuat perhatian Arnita dan Arman yang sedang menyiapkan koper teralihkan. Suara bi Ira terdengar seperti sedang panik. Jadilah Arman buru-buru membuka pintu kamar. Dan benar saja wajah bi Ira terlihat sangat panik seperti baru saja terjadi sesuatu yang besar.

"Ada apa bi?" tanya Arman.

"Itu den, nyonya besar pingsan di kamarnya." ujar bi Ira dalam sekali tarikan nafas.

Setelah mendengar itu Arman langsung berlari ke kamar mamanya yang berada di lantai satu. Arman sangat panik karena dirumah ini cuman ada tiga pembantu, dirinya, dan Arnita. Sedangkan Dewa pastinya sudah berada di kantor dan Mawar ia tidak tahu kemana kakak iparnya itu. 

"Ma, mama." Arman menepuk pelan pipi mamanya tetapi tidak mendapat respon sama sekali dari mamanya.

Arnita langsung ikut berjongkok di samping Arman begitu masuk kedalam kamar ibu mertuanya. Arnita mengusap-usap telapak tangan ibu mertuanya berusaha membangunkan ibu mertuanya.

"Kita bawa mama ke rumah sakit sekarang." Arman langsung menggendong tubuh mamanya setelah berusaha membangunkan mamanya dengan segala cara namun tetap tidak berhasil juga.

Arnita yang dengan sigap mengikuti suaminya dari belakang.

"Bi Ira tolong jaga rumah sebentar ya bi. Nanti saya kabari tentang keadaan mama." ujar Arnita pada bi Ira.

"Baik non, tolong kabari bibi segera ya non tentang kondisi nyonya besar." Arnita menganggukkan kepalanya dengan cepat. 

Dalam sekejap Arnita dan Arman melupakan rencana mereka untuk bulan madu ke Bali setelah melihat kondisi Cintya yang tidak sadarkan diri. 

"Tunggu disini sebentar, saya mau telepon mbak Imel sama mas Dewa." Arman menyuruh Arnita untuk tetap berada di depan ruangan Cintya sampai ia selesai memberi kabar kakak-kakaknya tentang kondisi mamanya. 

Arnita menganggukkan kepalanya patuh. Arnita kemudian teringat jika ia juga harus memberitahu orang rumah tentang kondisi ibu mertuanya sekarang. Pasti orang dirumah juga khawatir dengan kondisi ibu mertuanya saat ini. Arnita segera menelpon bi Ira dan menceritakan kondisi ibu mertuanya yang harus dirawat dirumah sakit untuk beberapa hari.

Setelah memberitahu kabar tentang mamanya, Arman kembali menghampiri Arnita. 

"Maaf kita harus membatalkan rencana bulan madunya. Padahal saya tahu kamu sangat ingin pergi ke Bali." ujar Arman dengan wajah menyesal karena sudah menghancurkan impian Arnita untuk pergi ke Bali. Arman tahu Arnita sangat ingin pergi ke Bali karena sebelumnya perempuan itu belum pernah pergi kesana. 

"Nggak papa mas, kita bisa pergi lain kali. Kondisi mama yang terpenting saat ini." ujar Arnita dengan senyum tulusnya.

"Apa kondisi mama sangat buruk sampai harus dirawat inap selama beberapa hari di rumah sakit?" tanya Arnita dengan nada khawatir.

Arman menganggukkan kepalanya, "Kata dokter memang lebih baik untuk beberapa hari ini mama dirawat inap di rumah sakit. Mama terlalu banyak mengkonsumsi obat tidur hingga melebihi dosis."

"Saya bahkan tidak tahu sejak kapan mama mulai mengonsumsi obat tidur. Mama juga tidak pernah cerita kalau dia kesulitan dalam tidurnya." Arman mengurut pangkal hidungnya. Ia kecewa pada dirinya sendiri karena sebagai anak ia tidak mengetahui masalah yang dihadapi oleh mamanya.

"Gimana keadaan mama?" tanya Imel dengan wajah khawatir dan suara yang ngos-ngosan karena habis berlari. 

"Kata dokter mama butuh istirahat, dokter juga nyaranin mama untuk olahraga yoga supaya pelan-pelan bisa menghilangkan penyakit insomnia nya." jelas Arman.

"Kalau gitu nanti mbak cariin instruktur yoga buat mama." ujar Imel memberi solusi.

"Mama udah bangun." ujar Rehan yang membuat semua orang langsung menatap jendela ruang inap Cintya.

Satu persatu semua orang masuk kedalam ruang inap dan mendekati brankar Cintya. 

"Mama ada yang sakit? Ada keluhan? Mau aku panggilkan dokter?" tanya Imel dengan sederet pertanyaan.

Cintya menggelengkan kepalanya. 

"Mama mau minum dulu?" Arnita mengulurkan segelas air putih ke arah ibu mertuanya.

Cintya terlihat menatap enggan air putih yang di ulurkan Arnita. Imel langsung mengambil alih air putih di tangan Arnita dan memberikannya kepada Cintya. Tentu saja Cintya menerima air putih yang Imel berikan. 

"Kamu ajak Arman cari makan, kalian pasti belum sarapan dari tadi pagi kan?" bisik Imel ke Arnita.

Arnita menganggukkan kepalanya. Ia memandang suaminya yang pasti juga sedang kelaparan tapi tak dirasakan karena terlalu mengkhawatirkan kondisi ibu mertuanya.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menantu Termiskin   Kecemburuan Ibu Hamil

    "Nit?" Arman menyentuh bahu Arnita."Mas, mas kapan pulangnya?" tanya Arnita dengan bingung."Kamu dari tadi duduk di balkon nggak lihat saya masuk?" kini gantian Arman yang bingung.Sebab Arnita sudah duduk di balkon kamar cukup lama tapi tidak melihat mobil Arman masuk ke halaman. Arman juga tadi sempat memanggil Arnita saat masuk ke dalam kamar, tetapi Arnita tidak menjawabnya. Dan akhirnya Arman menemukan Arnita duduk termenung di balkon kamar."Kamu nggak papa? Apa yang kamu pikirkan sampai nggak denger saya panggil." tiba-tiba Arnita memeluk pinggang Arman sambil menyandarkan kepalanya di perut Arman."Kamu mikirin apa hmm?" tanya Arman lagi karena masih belum mendapat balasan dari Arnita."Tadi mbak Jenny datang ke rumah." gumam Arnita di perut Arman. Arnita tahu jika ucapannya pasti tidak akan terdengar jelas di telinga Arman."Hmm?" Arman bergumam mendengar ucapan Arnita yang kurang jelas.Arman menangkup wajah Arnita dan menjauhkannya dari perutnya. "Coba ulangi lagi tadi ng

  • Menantu Termiskin   Permintaan Gila

    Dewa merangkul pinggang Mawar sambil tersenyum lebar ke arah semua tamu. Dewa membawa Mawar semakin masuk ke dalam pesta. Mata Dewa menjelajahi setiap tamu yang datang ke pesta itu. Satu sudut bibirnya terangkat ketika melihat targetnya tertangkap oleh penglihatannya. Dewa menarik Mawar ke arah meja tersebut. Matanya tak lepas menatap laki-laki yang berdiri di kerumunan itu."Pak Dewa." sapa laki-laki paruh baya yang berada di kerumunan itu."Selamat malam pak Albert." Dewa balas menyapa pria paruh baya itu dengan ramah."Selamat malam pak Atlas." sapa Dewa dengan menekan nama laki-laki di depannya itu.Dewa merasakan atmosfer disekitarnya berubah menjadi canggung dan tegang. Ia menatap Atlas di depannya yang terlihat kikuk saat melihat kehadirannya."Selamat malam pak Dewa." balas Atlas.Beberapa kali Dewa menangkap tatapan Atlas yang mencuri lirik ke arah istrinya. Dewa menatap istri Atlas yang terlihat seperti tidak tahu apa-apa yang sudah diperbuat suaminya di belakangnya."Bagaim

  • Menantu Termiskin   Perasaan Arman

    Arnita menunggu Arman di meja makan. Kepalanya terus menatap ke arah pintu menunggu kedatangan Arman. Dua porsi sate yang tadi ia beli sudah disiapkan di piring. Karena Arman terlalu lama berada diluar, Arnita jadi berpikir untuk memanggil Arman untuk segera masuk ke dalam. Perutnya sudah lapar minta diisi."Mas Arman." panggil Arnita sambil kepalanya celingukan mencari keberadaan suaminya itu.Seketika Arnita sadar jika mobil suaminya yang tadi terparkir di halaman rumah sekarang sudah tidak ada lagi disana. Arnita terdiam berpikir apa yang sebenarnya sudah terjadi. Apa Arman pergi lagi setelah mengangkat telepon tadi? Sepertinya memang ada hal penting yang Arman lakukan saat ini.Dengan langkah lesu Arnita kembali melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Ia kembali membungkus sate milik Arman dan menyimpannya. Arnita kemudian menghabiskan seporsi sate ayam seorang diri di meja makan.Selesai makan Arnita menunggu Arman pulang di depan tv. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh mala

  • Menantu Termiskin   Panggilan Darurat

    Kandungan Arnita sudah memasuki bulan ketiga kehamilan. Tak terasa perut Arnita semakin membesar. Seperti menjadi kebiasaan baru Arman, setiap kali Arnita berada di dekatnya ia selalu mengelus perut istrinya itu. Hingga kadang Arnita kesal kepadanya karena risih dengan sikapnya itu.Hingga sampai sekarang Arman belum memberitahu mamanya tentang kehamilan Arnita. Tapi rencananya Arman akan memberitahu mamanya dalam waktu dekat. Ia akan membawa Arnita ke rumah.Arman menggeser layar tab nya. Keningnya berkerut melihat berita sebuah agensi model yang ia ketahui Jenny menjadi salah satu model disana itu sedang terjerat kasus penipuan. Arman membuka artikel berita tersebut dan mencari tahu kebenarannya. Ia tercengang jika agensi tersebut benar-benar melakukan tindakan penipuan. Bukan hanya menipu modelnya saja, tetapi juga menipu pengusaha lain yang menggunakan jasa modelling perusahaan tersebut. Kasus itu juga ikut menyeret para model di perusahaan tersebut dan Arman melihat nama Jenny ju

  • Menantu Termiskin   Perselingkuhan Mawar

    "Makasih ya Ar udah mau temani aku makan." ujar Jenny."Hmm." "Istri kamu nggak akan marah kan?" tanya Jenny hati-hati. Arman menggelengkan kepalanya."Oh iya untuk perpanjang kontrak yang kamu tawarkan sepertinya aku nggak bisa ambil." tangannya memainkan pisau dan garpu di atas steaknya.Arman mendongakkan sedikit kepalanya untuk menatap perempuan di depannya. "Kenapa?" "Emm, bukannya aku nggak tertarik mau ambil perpanjangan kontrak yang kamu tawarkan. Tapi aku mau mencoba untuk ekspor modelling yang beda dari sebelumnya.""Manajer aku bilang kalau ada salah satu merk fashion ternama di Indonesia yang nawarin kerja sama dengan aku. Aku harap kamu nggak tersinggung sama keputusan aku."Arman menganggukkan kepalanya pelan. Ia mengerti jika Jenny ingin mencoba dunia modelling lain yang ada di negara ini. Itu juga akan mempermudah karirnya di negara ini."Bagus kalau kamu mau ekspor dunia modelling disini." balas Arman.Jenny lega mendengar jawaban Arman yang mendukung keputusannya.

  • Menantu Termiskin   Perkara Susu

    Arman menyandarkan kepalanya ke bahu Arman. Kakinya diluruskan sampai ujung kakinya menyentuh batas ujung sofa yang ia duduki. Tangannya asik menggeser layar ponselnya. Disisi lain Arman terlihat sibuk dengan tab di tangannya. Ia tidak sama sekali tidak kelihatan pegal saat Arnita menyandarkan tubuhnya ke tubuh Arman. Arman melepas kacamata yang bertengger di hidungnya dan meletakkan tab di tangannya ke atas meja. Ia sedikit menggerakkan tubuhnya dengan pelan."Kamu sudah minum susu hamilnya?" tanya Arman."Belum." balas Arnita pelan seperti gumaman."Kenapa belum? Ayo minum susunya dulu." Arman mengambil ponsel yang ada di genggaman Arnita.Arnita sempat memasang wajah kesalnya saat Arman tiba-tiba mengambil ponselnya. Namun segera ia merubah raut wajahnya saat Arman menatapnya dengan tatapan tajam. "Jangan main ponsel terus. Ayo saya buatkan susu." Arman menggandeng lengan Arnita ke dapur. Ia menyuruh Arnita untuk duduk sambil menunggunya selesai membuatkan susu untuk Arnita."Mi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status