Bab 2
Ku urungkan niatku untuk kembali lagi kedalam acara ulang tahun Mamah karena percuma saja ada tidaknya aku disana tidak terlihat oleh mereka.
"Aisyah. Kenapa kamu malah diluar? dari tadi Mas mencari keberadaanmu," ungkap Mas Indra yang muncul dari dalam.
"Iya Mas habis ngasih kue buat security didepan," ujarku beralasan. Karena aku tidak mau mengadu apa yang barusan Mamah lakukan padaku. Dimata Mas Indra Mamahnya adalah wanita terbaiknya.
"Ayo kita masuk!" ajak Mas Indra tangannya menggenggam erat telapak tanganku.
Akupun mengikuti permintaannya.Mamah yang melihat kami berjalan menghampiri lalu menggandeng tanganku.
"Indra, Aisyah. Ayo kita foto keluarga!" ucapnya yang berpura-pura baik didepan Mas Indra.
"Awas kamu Aisyah kalau sampai ngadu ke Indra," bisik Mamah ditelingaku.
Mereka akan bersikap baik didepanku kalau ada Mas Indra, maka dari itu semuanya terlihat baik-baik saja.
****
Pagi ini aku membantu Mas Indra packing pakaiannya yang akan di bawa keluar kota, dia mendapatkan tugas satu minggu untuk mengawasi proyek pembangunan disana. Untung saja kali ini cuma satu minggu biasanya dia bertugas keluar kota hingga berbulan-bulan. Mungkin perusahaan masih memakluminya karena kita pengantin baru. Tapi aku merasa khawatir Mas Indra tidak dirumah pasti Mamah dan Ipar-iparku semakin semena-mena padaku.
"Sayang Mas berangkat dulu ya," pamit Mas Indra sambil bibir manisnya mendarat dikeningku.
"Iya Mas hati-hati dijalan, jangan lupa jalan pulang!" candaku sembari mencium punggung telapak tangannya.
"Gak lah. Kan Mas sudah punya istri yang cantik," balasnya menggodaku.
Aku hanya tersenyum tersipu malu. Kamipun keluar dari kamar tak lupa Mas Indra berpamitan pada Mamahnya. Aku mengantarnya sampai pintu depan rumah hingga ia pergi melajukan mobilnya.
Saat aku kembali masuk kedalam rumah kudapati Mamah sedang mengobrol dengan seseorang didalam teleponnya.
[Hallo Sherly apa kabar kamu?]
[Jadi kamu sudah pulang ke Indonesia? Mau berkunjung kerumah Mamah? tapi Indra sedang tidak ada dirumah dia sedang bertugas keluar kota. Mamah tunggu yah!] ungkap Mamah pada seseorang yang sedang berbicara dengannya didalam telepon.
Siapa wanita yang disebut Mamah dengan nama Sherly? kenapa dia tanya tentang Mas Indra segala? aku jadi penasaran dengan siapa Mamah tadi berbicara. Entahlah aku berjalan menuju kamarku lebih baik aku mengurung diri melanjutkan menulis Novel yang baru aku realis, lagipula semua pekerjaan rumah sudah aku selesaikan lebih awal.
Kebiasaanku kalau sudah asyik menulis bisa menghabiskan waktu berjam-jam didalam kamar. Mungkin mereka yang tidak tahu berpikir aku adalah pengangguran yang bermalas-malasan.
Tok..Tok..
Terdengar ketukan pintu dari luar kamarku."Aisyah. Bikinkan minum buat tamu Mamah sekarang! Bi Ratih lagi keluar soalnya ke Supermarket," perintah Mamah.
"Iya Mah," akupun beranjak ke dapur untuk membuatkan minum.
Saat aku kembali keruang tamu dengan membawa dua cangkir teh hangat dan sepiring kue kulihat ada sosok wanita cantik duduk dihadapan Mamah. Terlihat sekali dari penampilan dan gaya bicaranya dia wanita berpendidikan.
"Terimakasih banyak loh Sherly masih ingat sama Mamah dan bawakan Mamah oleh-oleh dari luar negeri," ucap Mamah pada wanita itu.
"Aku akan selalu ingat Mamah, walaupun gagal menjadi menantu Mamah," jawabnya sambil tersenyum.
Aku yang sedang meletakkan minuman di meja tak sengaja mendengar obrolan mereka. Memangnya dengan siapa dia gagal menikah?
"Sherly. Perkenalkan dia Aisyah istri Indra," ujar Mamah memperkenalkanku. Akupun memberikan salam kepada wanita itu.
"Oh maaf aku kira Asisten Rumah Tangga baru Mamah. Ko bisa selera Mas Indra kampungan begini Mah setelah putus dariku?," ungkapnya menghina.
"Entahlah Mamah juga heran dengan Indra. Dia rela melepaskanmu gara-gara kamu melanjutkan kuliah diluar negeri dan malah lebih memilih menikahi dia yang dari kampung. Coba saja kalau kamu yang menjadi menantu Mamah pasti gak memalukan seperti dia,"
"Maaf Mba yang cantik kenapa Mas Indra lebih memilih saya dibandingkan Mba berarti saya lebih baik di mata Mas Indra," Aku yang tak tahan dengan penghinaan mereka akhirnya buka suara.
"Jadi menurutmu aku lebih buruk dibandingkan kamu? gak sopan kamu berbicara denganku," dia yang duduk seketika berdiri marah kepadaku.
"Itu kan menurut penilaian Mba sendiri bukan penilaianku," jawabku dengan santai.
"Aisyah Diam! sekarang kamu sudah berani menjawab ya," bentak Mamah padaku.
"Aku hanya berbicara apa adanya Mah sesuai kenyataan, seharusnya kalian semua bisa menerima keadaan ini kalau aku sudah menjadi istri Mas Indra dan Menantu Mamah,"
Kulihat wajah Sherly merah memendam perasaan marah padaku. Aku berlalu tak menghiraukannya sudah cukup aku dihina oleh Mamah Mertua dan Iparku ini ditambah satu lagi mantan Mas Indra. Aku tidak mau ditindas terus menerus, akan aku lawan mereka.
Bab 3Kulihat dari balik pintu kamar ternyata Sherly masih disana dia belum juga beranjak pergi. Dia masih belum terima dengan ucapan yang aku katakan tadi padanya."Mah. Kurang ajar banget istri Mas Indra berani-beraninya dia melawanku. Pokoknya Sherly gak terima," ungkapnya sembari kakinya dihentakan ke lantai.Aku tertawa geli melihatnya ternyata mantan Mas Indra masih kekanak-kanakan pantas saja Mas Indra tidak tahan dengannya."Tenang saja Sherly, Mamah akan tetap berpihak padamu walaupun dia istri Indra. Tapi Mamah lebih setuju kalau kalian bersatu kembali," ungkap Mamah membelanya.Mendengar ucapan Mamah, Sherly menjadi sedikit lebih tenang ia baru bisa kembali duduk menikmati teh hangat yang aku buat. Doyan juga dia dengan minuman yang kubuat. Kalau saja aku tau tamu yang datang adalah mantan Mas Indra yang super nyebelin, sudah aku kasih obat penguras perut itu di teh yang kusuguhkan biyar dia tahu rasa bolak balik kamar mandi. Kali ini aku harus lebih waspada karena bisa saj
Bab 4[Assalamuallaikum Aisyah.] sapa Mas Indra dari dalam telepon. [Waallaikumsalam Mas.] jawabku. [Bagaimana keadaanmu sayang? ditinggal Mas dua hari baik-baik saja kan atau sudah kangen?] ledek Mas Indra. [Alhamdulillah baik Mas. Ya kangen banget lah Mas biasa ada yang mencium kening ku setiap pagi, ini dari kemarin kening dianggurin] ungkapku. [Bisa saja kamu menggoda Mas, Aisyah.]Aku sengaja tidak menceritakan apa yang dilakukan Mamahnya terhadapku setiap hari selama tidak ada Mas Indra, karena pasti Mas Indra sulit mempercayainya. Biarkan dia melihatnya sendiri suatu saat nanti sikap Mamah dan saudara-saudaranya kepadaku tanpa harus aku mengadu. [Oya tadi Mamah telepon katanya kamu gak mau makan bersama Mamah dan yang lainnya. Malah kamu lebih memilih delivery order makanan sendiri. Memangnya kenapa Aisyah?] tanya Mas Indra. Aku yang mendengar pertanyaan Mas Indra sontak terkejut, bisa-bisanya Mamah mengadu ke Mas Indra dengan membalikkan fakta yang sebenarnya. Padahal ak
Bab 5Mereka semua mengelilingiku dengan tatapan penuh kecurigaan. Aku merasa seperti tersangka yang tertangkap basah menggelapkan uang suamiku sendiri padahal aku belanja sebanyak ini semua dari hasil kerja kerasku sendiri. "Jawab Aisyah! dari mana kamu bisa mendapatkan uang untuk belanja sebanyak itu?" Mamah kembali mendesakku. "Jangan-jangan dia mencuri Mah! coba Mamah dan Sizi cek uang atau perhiasan kalian! takutnya dicuri sama Aisyah terus uangnya buat shopping," tuduh Mba Rara. "Jaga mulut kamu ya Mba! aku memang berasal dari keluarga miskin tapi aku gak sehina itu. Aku belanja sebanyak ini murni dari hasil kerja kerasku sendiri, jadi silahkan kalian cek apakah ada barang kalian yang hilang dirumah ini!" bantahku. Mamahpun termakan tuduhan Mba Rara, beliau langsung berjalan menuju kamarnya untuk mengecek apakah ada barang berharganya atau uang yang hilang karena dicuri. Cukup lama Mamah menggeledah isi kamarnya sendiri dibantu dengan Mba Kiki. Begitu pula Sizi ia juga menge
Bab 6[Anak-anak Mamah besok jangan lupa ya ada arisan keluarga di rumah tante Yuyun.] pesan masuk dari Mamah di grup WA keluarga Mas Indra. [Oke Mah. Dresscode warna apa Mah?] balasan dari Mba Kiki. [Dresscode warna merah] balasan dari Mamah. Terlihat di layar ponsel, Mba Rara juga sedang mengetik untuk memulai bergabung percakapan. [Kalau gak punya baju warna merah bagaimana Mah?] tanya Mba Rara yang sepertinya sengaja memancing perkara. [Ya harus beli dong sayang jangan kaya orang susah! kamu kan banyak uang Rara. Anak dan menantu Mamah harus kompak loh!][Rara sih banyak Mah bahkan baju Merah tak terhitung, itu si Aisyah barangkali gak punya. Dia kan baru pindah kesini pasti gak bawa baju banyak dari kampung.] ungkap Mba Rara. Sudah kutebak dia sengaja memancing perkara denganku dengan membuat pertanyaan lalu mengetag namaku di grup, padahal aku sengaja menjadi silent rider karena malas sekali rasanya berada di grup yang unfaedah menurutku. [Nanti kalau Mba Aisyah gak punya
Bab 7"Aisyah cepetan keluar kita mau berangkat!" teriak Mamah dari luar"Iya Mah" jawabku. Lihat saja bagaimana reaksi mereka setelah melihat aku keluar dari kamar. Aku sudah siap untuk menyesuaikan diri dengan mereka sesuai permintaan Mamah. Kutenteng tas bermerk seharga sekian juta ditangan sebelah kiriku, dengan memakai sepatu sedikit berhak sekitar 5 cm mencoba berjalan anggun agar terlihat feminim. Gagang pintu kamar kubuka dengan pelan, suara langkah kaki sepatuku membuat semua orang yang sedang menunggu di ruang keluarga, seketika menoleh kearah dari mana suara itu berasal? "Mba Aisyah?" ucap Sizi yang seketika berdiri dari tempatnya duduk, mulutnya menganga seakan tak percaya apa yang dilihatnya didepan mata. "Apa benar itu Aisyah?" ujar Mba Kiki yang ikut berdiri tidak percaya dengan penampilanku. Aku yang mendengarnya hanya melemparkan senyum lalu berjalan kearah mereka. "Wah. Indra memang jago pilih istri. Ternyata Aisyah gak kalah cantiknya dengan kakak-kakak iparny
Bab 8"Bagaimana Mba Sukma, mau diambil sekarang cincin berliannya?" goda Tante Yuyun. "Emm. Tapi aku harus ijin Indra terlebih dahulu Yun," ujar Mamah yang tengah bimbang. "Itu sih urusan belakangan. Lagian buat Mba Sukma cicilan dua juta perbulan itu sangat ringan, masa Mba gak sanggup?,""Baiklah. Aku ambil," "Nah gitu dong Mba,"Tanpa pikir panjang Mamah langsung mengiyakan tawaran Tante Yuyun.Aku tidak habis pikir demi untuk mempertahankan gengsinya Mamah nekat membeli barang-barang mewah, padahal jam tangan yang dipakainya sekarang saja belum lunas. Tapi berani-beraninya membeli perhiasan dengan cara kredit. Beliau memang tipikal orang yang suka mengoleksi barang-barang modis bisa dibilang termasuk kategori Hypebeast. Dimana orang tersebut akan selalu mencari sesuatu yang membuat style mereka kekinian. Tak jarang barang itu berupa baju, tas, sepatu, hingga aksesoris semuanya barang branded dengan harga mencapai puluhan juta hingga ratusan juta rupiah. Dengan tujuan hanya unt
Bab 9Hari sudah menjelang pagi mentari sudah mulai menampakan sinarnya. Aku yang semenjak menjadi istri Mas Indra setiap pagi menyiapkan sarapan untuknya dan makan bersama. Beberapa hari ini merasa kesepian hanya Bi Ratih yang sudi menemaniku, mengajakku bicara. Sedangkan Mamah dan Sizi sekalinya mengajak bicara hanya untuk berdebat. Kumainkan benda pipih yang ada ditanganku untuk melihat foto pernikahan aku dengan Mas Indra, hanya untuk sekedar mengobati rasa rinduku padanya. Tak sabar rasanya menanti kepulangan suamiku dua hari lagi. Saat aku sedang terlena dengan lamunanku dering ponsel berbunyi ada notifikasi masuk di aplikasi hijauku. [Aisyah cepat keluar dari kamar sekarang! Mamah tunggu di ruang keluargap!] isi pesan dari Mamah. Ada apalagi ini pagi-pagi sudah WA, padahal jarak antara ruang keluarga dan kamarku hanya beberapa langkah saja kenapa Mamah gak langsung panggil saja sih. Lebih baik aku buru-buru keluar kamar takut Nyonya besar dirumah ini semakin menjadi. "Iya M
Bab 10Sudah tidak sabar rasanya menunggu kepulangan Mas Indra suami yang menikahiku beberapa hari yang lalu. Dia yang sedang bekerja sebagai Manager Pembangunan seringkali ditugaskan diluar kota untuk terjun langsung mengawasi proyek pembangunan kontruksi. Yang membuat kami harus siap untuk sering LDR ( Long Distance Relationship) setiap saat. Walau kadangkala hari-hariku terasa kesepian, hampa dimana aku merasakan sebuah rasa kosong dalam diri dan hati. Tapi aku harus tetap bersabar demi mempertahankan pernikahanku yang baru seumur jagung, karena aku tidak ingin mengecewakan kedua orang tuaku di kampung. Aku menutupi semuanya dari Bapak, Ibu tentang Mertuaku atau keluarga Mas Indra yang tidak menganggap aku sebagai menantunya. Yang mereka tahu aku hidup bahagia sekarang bersama Mas Indra. Ya aku memang hidup bahagia dengannya tapi tidak dengan keluarganya. Aku selalu diintimidasi oleh Mamah agar tidak menceritakan segala perlakuannya terhadapku kepada Mas Indra, karena beliau tidak