Aisyah seorang gadis asal desa yang dinikahi Indra pria asal kota. Harus rela meninggalkan keluarganya untuk tinggal bersama orangtua Indra di kota. Namun kebahagian mereka terhalang oleh keluarga Indra yang ternyata belum bisa menerima Aisyah sebagai menantu dirumahnya karena statusnya dari kampung. Kehadiran Sherly membuat orangtua Indra ingin memisahkan mereka berdua. Akankan Aisyah mampu mempertahankan pernikahannya dari serangan Sherly mantan Indra dan keluarganya?
view moreBab 1
"Aisyah. Perkenalkan ini Kakak Ipar Indra namanya Kiki istri Jefri, dia bekerja sebagai Staff Accounting disalah satu perusahaan di Jakarta. Kalau yang satu ini menantu Ibu juga Rara istrinya Joe, dia punya usaha online shop yang sudah sukses. Waktu itu mereka berdua tidak sempat datang saat kamu dan Indra menikah,maklumlah orang sibuk," ucap Mamah Mertuaku memperkenalkan menantu-menantu kesayangannya.
Mendengar itu nyaliku mendadak ciut, apakah aku juga termasuk menantu kriteria Mamah Mas Indra? aku memang tidak mengenal bangku kuliah hanya sampai tamatan SMK. Sedangkan dihadapanku mereka wanita-wanita yang berpendidikan.
Aku Aisyah seorang wanita asal kampung yang dinikahi Mas Indra pria asal kota. Kami baru saja menikah seminggu yang lalu. Hari ini aku di boyong olehnya untuk tinggal bersama kedua orangtuanya karena tugasnya dikampung sudah selesai. Aku dan Mas Indra bertemu saat ia ditugaskan menjadi mandor di proyek pembangunan jalan di desa tempat aku tinggal.
"Salam kenal Mba Kiki dan Mba Rara," ucapku memperkenalkan diri seraya kedua tanganku menyalami tangan mereka tapi ditolaknya mentah-mentah, mereka enggan membalas salamku. Hingga aku malu dibuatnya.
Benar saja dugaanku sambutan mereka tak sehangat yang aku bayangkan sebelumnya, dimana aku membayangkan keluarga yang penuh canda tawa, keramahan dan apa adanya. Tapi kenyataannya mereka memandang seseorang dari status sosial berbeda sekali dengan Mas Indra.
"Mba Aisyah waktu dikampung kerja apa?" tanya Sizi adik Mas Indra yang masih berstatus mahasiswi.
Pertanyaannya membuat aku merasa terpojok.
"Aku gak kerja hanya sebagai pe...," Belum selesai aku bicara sudah di potong oleh Mba Rara.
"Paling juga pengangguran," ucap Mba Rara yang menghinaku.
"Maklum lah hidup di desa terpencil susah nyari kerja ya kan Aisyah?" sambung Mba Kiki.
Aku hanya tersenyum miring mendengar cemoohan mereka.
Keluarga Mas Indra adalah keluarga terpandang yang berpendidikan tinggi dan mempunyai jabatan. Ibunya saja pensiunan Pegawai Negeri Sipil jadi pantas saja kalau aku bukanlah siapa-siapa dimata mereka.
Suasana semakin tidak menyenangkan karena mereka terus saja mengintimidasi ku melalui pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan. Untung saja Mas Indra datang untuk mengajakku istirahat karena memang saat itu kita baru sampai.
****
Tring...
Ada notifikasi masuk di aplikasi WhatsAppku. Segera kuusap layar ponsel tertera nama Grup keluarga Mas Indra. Ternyata seseorang telah menambahkan aku ke dalam grup tersebut.
Selang beberapa menit ada notifikasi masuk kembali dari Grup tersebut.
[Lusa syukuran ulang tahun Mamah jangan lupa kalian harus datang ya!] chat dari Mamah Mertuaku.
[Mamah mau minta kado apa?] balasan dari Mba Rara.
[Pastinya yang berharga dong Rara. Sebutin aja Mah maunya apa! pasti kita berikan] imbuh Mba Kiki.
[Tas branded, baju, jam tangan, Handphone pilih yang Mamah suka!] balas Mba Rara.
[Apa aja yang penting jangan yang KW!] balas Mamah.
[Aku juga mau dong Mba!] Sizi ikut berkomentar.
Aku yang sedari tadi menyimak hanya menjadi silent rider tanpa berkomentar. Karena menurutku apa yang mereka bahas tidak bermutu hanya untuk menyombongkan diri.
****
Semua bahan-bahan kue sudah dipersiapkan. Aku bermaksud membuat kue ulang tahun untuk Mamah Mas Indra. Bukannya aku tidak mampu memberikan barang-barang mahal seperti yang diberikan kakak-kakak Iparku karena aku juga punya uang untuk membelinya dari penghasilanku sebagai penulis yang mereka kira pengangguran. Tapi aku ingin mempersembahkan langsung dari hasil tanganku sendiri. Walau nilainya tak seberapa tapi aku berharap Mamah Mertuaku mau menerimanya.
Tiba saatnya acara ulang tahun Mamah berlangsung banyak teman-teman yang diundangnya. Terlihat sekali mayoritas dari mereka bukan dari kalangan biasa.
"Mamah. Selamat ulang tahun ya Mah ini kado dari Rara," ucap Mba Rara memberikan bingkisan yang cukup besar.
"Selamat Ulang tahun Mamah. Ini dari Kiki jangan dilihat kecilnya ya Mah tapi isinya!" Ujar Mba Kiki sembari memberikan kado dari tangannya.
Kini saatnya giliranku mengucapkan selamat. Sedikit gemetar saat aku akan memberikan sesuatu yang ada ditanganku.
"Selamat Ulang tahun Mamah. Semoga sehat selalu dan bahagia dunia akhirat. Maaf Mah hanya ini yang dapat Aisyah berikan. Aisyah harap Mamah mau menerimanya!" ungkapku.
"Apaan ini?" tanya Mamah Mertuaku tangannya langsung membuka tutup kue tersebut.
"Itu kue buatan Aisyah sendiri Mah," jawabku.
"Ya ampun Aisyah modal dikit dong masa ngasih Mamah kue ulang tahun," sindir Mba Kiki dia tertawa lepas.
"Maklumlah Mba gak ada uang," sambung Mba Rara.
Mamah yang diam saja dia berjalan keluar rumah membawa kue dariku. Aku yang penasaran mengekor mengikutinya. Beliau berhenti di depan pintu lalu memanggil seorang penjaga rumah.
"Pak, sini! ini kue buat Bapak," ungkap Mamah yang memberikan kue yang kubuat kepada orang lain.
"Terimakasih Bu," jawabnya.
"Kue buatanmu pantasnya dimakan sama yang selevel gak cocok buat lidah Mamah," ungkapnya.
Miris hati ini melihat perlakuan Mamah Mas Indra kepadaku. Ternyata begini cara beliau menghargai pemberian menantunya. Andai Mamah tau aku juga punya pekerjaan dan penghasilan tidak jauh berbeda dengan kedua menantu kesayangannya, apakah perlakuannya akan sama seperti ini?
Bab 40"Aku lebih baik mat1 dari pada harus menikah denganmu," tampik Indra."Oh. Jadi kamu berani menolakku Mas?" Sherly berdiri mundur menjauhi Indra."Kalian. Kasih pelajaran untuk dia!" perintah Sherly kepada anak buahnya.Ketiga orang suruhan Sherly menghampiri Indra dan langsung menghajar Indra tanpa ampun.Indra hanya bisa pasrah dengan nasibnya sekarang, hanya keajaibanlah yang akan datang menyelamatkan dirinya. Tak disangka hati Sherly berubah penuh kebencian dan balas dendam."Sudah Sher stop!" teriak Rara yang berdiri ketakutan.Ketiga pria itu berhenti kala mendengar teriakan Rara. Indra bingung bagaimana bisa Kakak Iparnya berada disini?"Diam kamu Mba! tujuanku mengajakmu kesini untuk bantu aku bujuk Indra. Bukan malah membela dia," hardik Sherly.Sedangkan di luar sana Aisyah baru saja sampai. Dia meminta sopir ojek online menemaninya sementara, selagi Joe belum sampai. Di perjalanan dia sempat menelepon Kakak Iparnya, bahwa dia melihat Rara dan Sherly pergi menggunaka
Bab 39Sebuah mobil hitam melaju pelan menyusuri jalanan ibukota. Mobil yang berpenumpang tiga orang itu sesekali berhenti di pinggir jalan. Salah seorang dari mereka turun dari mobil dan menghampiri setiap orang yang ditemuinya."Bagaimana Aisyah. Apa ada yang pernah melihat Indra di sekitar sini?" tanya Joe saat Aisyah masuk membuka pintu mobil."Gak ada Bang. Dari sekian orang yang aku temui, mereka bilang gak pernah liat Mas Indra disekitar sini," terang Aisyah menyampaikan informasi yang ia dapatkan setelah beberapa kali bertanya pada orang-orang yang di temuinya di jalan."Buat apa sih nyari orang yang gak jelas dimana keberadaannya? buang-buang waktu saja. Tau begini mendingan aku ke Toko saja, dari pada ikut kalian," celoteh Rara yang kesal karena jenuh."Bisa diam gak Ra? kalau kamu gak punya empati, lebih baik diam! yang hilang ini adikku bukan orang lain," hardik Joe.Rara yang malu karena kena marah oleh suaminya didepan Aisyah. Dia gegas memalingkan wajahnya menghadap ke
Bab 37"Aaaaa... " Rara menjerit histeris saat melihat pakaian kesayangannya yang baru diambil dari jemuran sobek. Di telitinya satu persatu di setiap bagian, ia syok ketika melihat banyak bekas guntingan yang membuat bajunya tidak layak untuk dipakai.Suara jeritan Rara menembus ke dinding kamar hingga terdengar di telinga Aisyah.'Pasti dia syok melihat baju kesayangannya sobek. Kamu yang sudah mulai permainan ini terlebih dahulu Mba, jadi jangan salahkan aku kalau mengikuti permainanmu' gumam Aisyah."Bi Ratih. Siapa yang sudah berani menyobek bajuku?" Rara menghampiri Bi Ratih yang sedang mencuci piring di dapur, membentang bajunya lebar-lebar."Bi- Bibi gak tau Mba. Bukan Bibi yang menyobeknya," jawab Bi Ratih gemetar karena takut melihat Rara yang sudah beringas seperti singa yang siap menerkam mangsanya."Terus siapa?" "Bibi gak tau," ucap Bi Ratih lirih."Gak salah lagi. Ini pasti ulah Aisyah. Kurang ajar dia sudah berani melawanku," Rara gegas meninggalkan dapur menuju ke k
Bab 36"Ehemm," Aisyah sengaja berdehem dibalik pintu.Rara terkejut mendengar ada seseorang yang datang, sontak ia menutup panggilan teleponnya dan menyembunyikan handphone dibalik saku celana."Sejak kapan kamu ada disitu?""Baru saja. Memangnya kenapa, ko kamu kaya ketakutan gitu?" tanya Aisyah sengaja memancing gelagat Rara yang mulai mencurigakan."Gak. Aku mau masuk dulu nyuci baju," ungkapnya seraya membawa kembali pakaian kotor yang sedari tadi ditentengnya kesana kemari tanpa tau kemana arah dan tujuannya."Bukannya kamu bilang tadi mau di laundry," ucap Aisyah santai, badannya ia senderkan di depan pintu menghalangi jalannya Rara ketika ingin masuk."Eemm... laundry-nya tutup," jawab Rara sekenanya. Padahal ia belum sempat menelepon laundry karena sudah terlebih dahulu menerima telepon dari seseorang.Aisyah tau kalau Rara sedang berbohong, sikapnya yang mencurigakan membuat Aisyah mencium sesuatu hal yang tidak beres."Minggir!" usir Rara. Ia menabrak tubuh Aisyah yang meng
Bab 35"Mba Rara dimana Bang? kenapa dia gak ikut makan bareng kita?" tanya Indra yang mencari keberadaan Kakak Iparnya."Dia di kamar Ndra. Lagi gak selera makan katanya," jawab Joe."Biarin saja. Kamu gak usah mengantar makanan ke kamar buat dia Joe! kalau lapar juga pasti dia keluar sendiri nyari makanan," terang Bu Sukma sinis.Di meja yang dikelilingi kursi, mereka semua berkumpul untuk menikmati makan malam. Hanya Rara yang tak mau ikut bergabung dengan mereka."Joe. Kamu harus tegas jadi suami! jangan mau di perdaya sama istri. Makin kesini kok makin gak punya sopan santun. Bisa - bisanya dirumahnya, Mamah dijadikan B4bu. Dan sekarang numpang disini malah sok jadi ratu. Makan minta dianterin ke kamar," tegur Bu Sukma sambil mengunyah makanan yang dilahapnya."Iya Mah," jawab Joe singkat.Aisyah dan Indra saling berpandangan. Mereka saling menahan tawa satu sama lain ketika mendengar Mamahnya dijadikan pembantu di rumah menantu yang dulunya ia bangga-banggakan.***Suara kicauan
Bab 34'Apa maksudnya coba mengajak menginap dirumah ternyata disuruh gantiin tugas pembantu yang pulang kampung. Rara makin kesini sudah gak punya rasa hormat sama Mertuanya sendiri' gerutu Bu Sukma. Ia tidak peduli dengan pesan menantunya sebelum berangkat.Rumah yang biasanya rapi tidak ada pembantu dua hari saja terlihat berantakan. Piring kotor dimana-mana, debu dilantai dan sudut-sudut ruangan serta kaca sudah menempel karena rumah Rara berada di pinggir jalan raya yang banyak dilewati kendaraan berlalu lalang.'Membayangkan untuk membersihkan rumah yang kotor saja aku sudah malas. Apalagi disuruh membersihkannya, bisa-bisa aku pingsan karena kecapean. Dasar Rara malasnya kebangetan. Dirumah sendiri aku di jadikan Ratu, di rumah menantu aku di jadikan Babu' Bu Sukma terus menggerutu.Tak mau ambil pusing, ia menjatuhkan badannya diatas kursi sofa yang berada dekat dengan televisi. Dipencetnya tombol power di remote tv yang ia pegang.Brak...brak..brakTerdengar seseorang mengged
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments