Share

Bab 5. ANGELINE DIGANGGU PREMAN PASAR

Bab 5. ANGELINE DIGANGGU PREMAN PASAR

Saat ini semua orang memandang ke arah Darko yang berdiri di samping Angeline dengan ekspresi penuh dengan tanya.

“Ehem… ehem… siapa ini? Sepertinya ada teman baru nih?”

Salah seorang penumpang wanita tiba-tiba berkata setelah sebelumnya berdehem seakan sedang mengajak bercanda Angeline.

Darko yang mendengar candaan teman-teman Angeline sesama pedagang sayur pasar pagi segera memperkenalkan diri.

“Ibu-ibu perkenalkan saya Darko suaminya Angeline.”

“Suaminya Angeline…?”

Suara kaget dan wajah penuh dengan rasa heran menghiasi wajah semua penumpang mobil pick up yang membawa sayuran.

Mereka memandangi Darko dengan tatapan penuh selidik, tatapannya seakan tidak percaya kalau suami Angeline begitu kurus dan pakaian yang dikenakannya juga terlihat sangat tua hingga warnanya sudah memudar.

Semua orang memandang ke arah Darko dan Angeline silih berganti sambil menggelengkan kepalanya.

Mereka merasa betapa malangnya nasib Angeline mempunyai suami yang kurus dan terlihat miskin.

Meskipun mereka miskin akan tetapi saat melihat Angeline yang begitu cantik mempunyai suami yang kurus dan terlihat miskin, tentu saja mereka tidak rela.

Sementara itu pengemudi mobil sayur sedang memperhatikan Angeline dari kaca spion, dia juga sedang menebak-nebak siapakah pria yang bersama dengannya.

Semua orang sebelumnya menebak kalau Angeline adalah seorang janda kembang yang tidak mempunyai suami.

Di pasar pagi, Angeline merupakan idola para pria yang datang untuk berdagang maupun membeli sayuran.

Mungkin karena kecantikan Angeline yang sangat terkenal sehingga dagangannya sangat laris terjual ketika di jajakan di lapaknya.

Tak lama kemudian mobil pick up yang dinaiki mereka sampai di pasar pagi, Darko segera menurunkan sayur kangkung bawaannya sedangkan Angeline membayar ongkos ke sopir mobil pick up yang sedang membantu menurunkan sayuran para penumpangnya.

Sopir mobil pick up tiada henti melirik kearah Darko yang sedang berjalan di belakang Angeline, setelah turun dari mobilnya.

“Bu Tati, siapa pria yang bersama bu Angeline?”

Sopir mobil pick up bertanya kepada Tati sambil menurunkan sayuran miliknya.

“Katanya sih suaminya, tahu itu benar atau tidak mana saya tahu.”

Tentu saja mereka tidak begitu tahu apakah yang dikatakan Angeline beneran atau tidak, yang jelas mereka berdua terlihat bersama sejak dari rumah Angeline.

Sementara itu Darko dan Angeline sudah meletakkan sayur kangkung yang dibawa nya di atas lapak milik Angeline.

Hati Darko tampak trenyuh melihat betapa nestapanya lapak kios Angeline.

Lapak Angeline tidak bisa di sebut kios, karena tempat jualannya berada di area tempat parkir yang dipenuhi para pedagang sayur pagi.

Di depan Darko terlihat Angeline hanya menempatkan selembar karpet plastik yang dijadikan alas untuk menaruh barang dagangannya.

Tak berapa lama setelah Angeline membuka ikatan besar sayur kangkung segar miliknya, satu persatu pengunjung pasar pagi mulai datang ke lapaknya dan membeli dagangannya.

Dalam waktu singkat dagangan Angeline sudah habis terjual, pada saat akan menggulung karpet plastik alas dagangannya, tiba-tiba terdengar suara orang menyapa Angeline.

“Wah wah wah… memang kalau yang jualan janda kembang baru semenit lapaknya di buka, semua dagangannya langsung ludes terjual.”

“Benar sekali, tapi sayangnya wanita secantik ini harus susah-susah berjualan di pasar pagi menjual sayuran yang tidak seberapa hasilnya.”

“Bang, apa abang tidak ingin meminang janda kembang ini untuk menjadi istri kedua abang?”

“Eh.. kenapa kamu berkata seperti itu, tidak baik kita bicara terlalu blak-blakan di depan semua orang.”

Dua orang pria yang sedang berbicara di depan lapak Angeline adalah ketua preman pasar yang bernama Bimo dan anak buahnya.

Kecantikan Angeline sebagai pedagang pasar pagi yang berstatus janda telah menjadi berita menarik di kalangan pengunjung maupun pedagang pasar pagi.

Sebelumnya Angeline telah bercerita kepada teman sesama pedagang sayur pasar pagi, kalau suaminya adalah seorang tentara yang sedang berperang di garis depan selama lima tahun dan tidak pernah kembali atau memberi kabar kepadanya.

Mungkin karena informasi inilah, orang-orang beranggapan kalau Angeline adalah seorang janda tentara yang mati di medan perang.

Kedua preman pasar tampaknya tidak terlalu memperhatikan kehadiran Darko yang sedang berdiri tak jauh dari Angeline.

Mereka berdua sibuk merayu Angeline, sementara itu Angeline terlihat sama sekali tidak merasa terganggu dengan candaan kedua preman ini.

Sepertinya Angeline juga mengenali Bang Bimo sebagai ketua preman pasar pagi, karena setiap hari dia harus memberi uang keamanan sebanyak lima ribu rupiah kepada mereka.

Darko menatap kedua preman itu dengan seksama, dia tidak melarang maupun mengusir mereka karena melihat sikap Angeline yang terlihat ramah dan seperti mengenali kedua pria ini juga.

Saat ini Angeline memang sudah berubah menjadi wanita yang tegar dan kuat serta tidak terlalu terbawa perasaan, oleh godaan serta candaan para pria yang mencoba menarik perhatiannya.

Diam-diam Darko sangat kagum dengan sikap Angeline pada saat ini.

Darko sama sekali tidak menyangka wanita yang terbiasa hidup dalam kemewahan, sekarang menjadi wanita kelas bawah yang hidupnya sangat sederhana.

Bahkan untuk membeli satu kilo daging sapi saja tidak mampu dan harus menunggu hari raya idul adha untuk mendapatkan gratisan dari orang yang berkorban.

“Maaf bu Angeline, jangan di dengarkan omongan Pono. Dia memang suka asal ngomongnya. Tapi kalau bu Angeline mau menjadi istri kedua saya, tentu saja saya tidak akan menolaknya.”

“Bu Angeline jangan khawatir, meskipun menjadi istri kedua, saya pastikan hidupmu akan enak jika bersama saya.”

Ketua Preman menatap wajah Angeline dengan tatapan mesum sambil menyeringai dan membelai dagunya dengan senyuman seperti serigala kelaparan yang melihat daging segar.

“Bang Bimo bisa saja, tapi saya tidak bisa menerima ajakan anda. Saya ini wanita yang mempunyai suami, tentu saja tidak pantas menerima ajakan menikah anda.”

Angeline berkata dengan suara lembut, agar tidak menyinggung perasaan bang Bimo.

Melihat sikap dan jawaban Angeline, bukannya mundur. Bang Bimo malah semakin berani, tampaknya tangannya sudah tidak tahan untuk membelai wajah cantik dan molek milik Angeline yang memakai riasan tipis.

Tentu saja Angeline langsung menampik tangan bang Bimo dengan pelan yang mau membelai wajahnya

“Ingat bang, tidak pantas abang berbuat seperti ini.”

“Ha ha ha ha… kenapa tidak pantas, pasar ini berada dalam kekuasaan saya. Tentu saja tidak ada perkataan yang tidak pantas dengan tindakan saya. Sudahlah terima saja lamaran saya, saya jamin hidupmu akan nyaman.”

Sementara itu Darko yang sedari tadi berdiri tak jauh dari tempat Angeline berada, dadanya seakan mau meledak melihat istrinya diganggu kedua preman ini.

Perlahan Darko mulai mendekati Angeline yang sedang di ganggu bang Bimo dan Pono dengan tangan terkepal.

Angeline sepertinya menyadari kedatangan Darko yang berjalan ke arahnya dengan mata menatap tajam kearah kedua preman.

“Hei siapa kalian, kenapa kalian mengganggu istri saya? Apa kalian sudah bosan hidup!”

Darko segera menghardik kedua preman yang sedang mengganggu Angeline dengan menampakkan wajah sangar.

Bang Bimo dan Pono seketika menoleh kearah Darko yang berdiri di samping Angeline dengan mata melotot sambil menunjuk ke arahnya.

Kedua preman ini seketika murka begitu mendengar perkataan Darko, sebagai penguasa pasar tentu saja mereka sangat marah melihat ada orang yang berani menghardik mereka sambil menunjuk muka mereka dengan jarinya.

“Siapa kamu, apa kamu tidak tahu siapa kami?”

Bukannya menjawab pertanyaan Darko, Bang Bimo malah balik bertanya sambil menunjuk ke muka Darko dengan ekspresi garang.

Tampaknya bang Bimo dan Pono tidak mendengar kalimat terakhir pertanyaan Darko, buktinya dia balik bertanya siapa Darko yang berani berkata kasar kepadanya.

Angeline yang melihat keributan antara Darko dan bang Bimo segera melerainya, dia memegang tangan Darko yang sudah terkepal.

“Kak… sudahlah, tidak perlu diladeni mereka berdua.”

Angeline berbisik sambil menatap mata Darko sambil menggenggam dengan erat pergelangan tangan Darko.

Seketika Darko mengendurkan emosinya setelah melihat ekspresi wajah Angeline yang memohon sambil berbisik kepadanya.

Darko segera menghela nafas setelah mendengar bujukan Angeline, emosinya yang sudah mulai naik segera saja dia padamkan.

“Baiklah.”

“Bang Bimo, maafkan suami saya. Dia tidak tahu siapa bang Bimo, maklumlah dia baru saja pulang dari merantau.”

“Apa? Dia suamimu? Bukankah suamimu sudah mati di medan perang?”

Bang Bimo menatap kearah Angeline dan Darko silih berganti dengan ekspresi tidak percaya.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status