Share

Bab 4. SEDIH MELIHAT KEHIDUPAN ANAK DAN ISTRINYA

Bab 4. SEDIH MELIHAT KEHIDUPAN ANAK DAN ISTRINYA

Sementara itu Rossa dan Abimanyu yang tampak tidak senang dengan sikap Darko melanjutkan kesibukannya menonton acara televisi.

“Ayah kita bermain di luar saja yuk…”

Tiba-tiba Faizi berkata sambil menggandeng tangan Darko dan menariknya keluar dari rumah.

Sambil tersenyum Darko hanya bisa mengikuti apa yang diinginkan anaknya yang baru saja bertemu sejak dilahirkan.

Ternyata Faizi mengajak Darko pergi ke halaman belakang rumahnya. meskipun rumah yang di tinggali Angeline sudah sangat tua dan kecil akan tetapi halamannya sangat luas.

Di sekeliling rumah tua ini dipenuhi aneka ragam sayuran, dari kangkung, bayam, sawi, lombok, kacang panjang, tomat dan lainnya.

Ternyata uang terakhir yang dimiliki Angeline di gunakan untuk membeli rumah tua yang mempunyai halaman luas setelah perusahaannya bangkrut.

“Ayah, kenalin ini Boy, kelinci kesayangan Izi.”

Faizi mengajak Darko pergi ke kandang kelinci kesayangannya dan memperkenalkan ke kelinci peliharaannya.

Rasa lelah Darko seketika menghilang setelah melihat kegembiraan yang di perlihatkan Faizi.

Tentu saja bagi anak kecil seusia Faizi, dia tidak terlalu memikirkan urusan orang dewasa.

Anak balita yang berpikiran polos sangat suka dengan suasana yang menggembirakan.

“Apa Izi suka dengan kelinci ini?”

“Tentu saja Izi suka, Boy ini yang selalu menemani Izi setiap kali Izi dimarahi guru dan teman-teman di sekolah.”

Perasaan Darko seakan hatinya di iris-iris begitu mendengar perkataan anak kesayangannya ini.

Dia merasa sangat bersalah telah menelantarkan anak dan istrinya hingga menderita seperti ini.

Saat ini juga dalam hati Darko berjanji, akan membuat bahagia anak dan istrinya apapun yang terjadi.

Saking asiknya bermain di halaman belakang, tanpa di sadari Darko dan Faizi setengah jam telah berlalu.

“Izi… ajak ayah masuk ke rumah untuk makan!”

Terdengar teriakan Angeline dari pintu dapur sambil menjulurkan kepalanya keluar dari pintu sambil melambaikan tangannya ke arah mereka.

“Baik bu. Ayah, ayo kita makan. Masakan ibu sangat enak, apalagi sayur jamur, Izi sangat suka seperti makan daging rasanya.”

“Ayo kita masuk.”

Darko segera menjawab ajakan Faizi, kemudian mereka berdua masuk kedalam rumah.

Aroma masakan yang panas langsung tercium hidung Darko yang sangat tajam.

“Masakan ini sepertinya benar-benar enak, apa Angeline bisa memasak seenak ini?”

Darko merasa ragu dengan apa yang tercium oleh hidungnya, meskipun dia belum merasakan nikmatnya masakan yang dihidangkan.

Baru setelah duduk mengelilingi meja makan dan menyuap sayur jamur yang di masak Angeline, seketika Darko bisa merasakan betapa lezatnya makanan ini.

Darko segera menatap Angeline dengan rasa penasaran menggelayuti pikirannya, sejak kapan Angeline bisa memasak.

Setahu dia, selama mereka menikah, Angeline sama sekali tidak bisa memasak.

Saat itu yang memasak adalah Rossa, sedangkan Angeline sibuk pergi bekerja di perusahaan keluarganya dan kemudian bekerja di perusahaan yang didirikan Darko untuknya yaitu Angeline Diamond.

“Ayah, seperti apa rasa sayur jamur ini? Seperti daging sapi kan?”

Darko tersenyum mendengar celetukan Faizi yang sedang mengunyah makanannya di mulut dan terlihat sangat menggemaskan.

“Iya, benar apa kata Izi. Masakan ibu benar-benar lezat.”

Darko segera mengiyakan perkataan anaknya yang baru kali ini ditemui.

Hati Darko seakan teriris sembilu mendengar perkataan Faizi, betapa sedihnya perasaan Darko mendengar anaknya menganggap sayur jamur seperti daging sapi.

Darko segera menoleh kearah Angeline yang sedang menyantap makanannya tanpa menoleh ke arah Darko dan Faizi yang sedang makan sambil berbicara.

Darko bisa melihat kalau wajah Angeline tampak berubah, saat Faizi mengatakan lezatnya sayur jamur masakan Angeline seperti daging sapi.

“Memangnya Izi pernah makan daging sapi?”

Darko bertanya dengan suara lembut sambil menatap Faizi dengan tatapan penuh kasih sayang.

“Tentu saja Izi pernah makan daging sapi, saat lebaran idul adha kita mendapatkan banyak daging sapi dan daging kambing. Izi sangat senang saat hari raya korban.”

Mata Faizi tampak berbinar-binar saat menceritakan kenangan saat hari raya idul adha.

“Apa ibu pernah membelikan daging sapi?”

Faizi tampak terdiam saat mendengar pertanyaan Darko, dia seperti sedang mengingat-ingat dalam benaknya kapan ibunya membelikan daging sapi.

“Kalian berdua jangan banyak bicara, makan saja makanan yang ada di atas meja.”

Angeline segera menghentikan percakapan Darko dan Faizi, karena dia tahu kalau sejak mereka tinggal di rumah tua ini, makan daging sapi merupakan makanan yang mewah dan tidak mampu mereka beli.

Malam ini Darko tidur di lantai seperti dulu lagi seperti saat dia pertama kali menikah dengan Angeline.

Hanya saja kali ini dia terpaksa tidur di lantai beralaskan tikar di karenakan tempat tidurnya hanya cukup untuk tidur Angeline dan Faizi.

Tempat tidur ini adalah peninggalan pemilik rumah tua yang dibeli Angeline dengan harga dua ratus juta setelah perusahaan perhiasan pemberian Darko bangkrut.

Sebenarnya jika saat itu Angeline meminta bantuan Siti Hardiyanti Rukmana atau ibu kandung Darko, tentu masalah perusahaannya bisa diselamatkan.

Hanya saja Angeline tidak ingin merepotkan ibu mertuanya, sehingga dia merelakan perusahaannya diakuisisi perusahaan saingannya.

Keesokan paginya Darko terbangun tepat jam tiga pagi, dengan mata yang masih sangat mengantuk dia melihat Angeline sedang menyisir rambutnya dan terlihat sedang merias tipis wajahnya dengan bedak murah.

“Mau pergi kemana sepagi ini?”

Darko langsung duduk di lantai dan menyapa Angeline yang sedang merias wajahnya.

Angeline yang sedang merias wajahnya tampak kaget mendengar pertanyaan Darko, kemudian dia menoleh dan berkata lembut sambil tersenyum.

“Tentu saja pergi kepasar untuk jualan sayur, memangnya mau apa lagi?”

“Jualan sayur sepagi ini?”

Darko seakan tidak percaya mendengar perkataan Angeline, segera saja Darko berdiri dan mencegah Angeline pergi ke pasar pagi untuk berjualan sayur.

“Tidak perlu pergi ke pasar, saya kan sudah pulang? Untuk apa pergi ke pasar untuk berjualan sayur?”

“Saya tidak bisa menuruti permintaanmu, di pasar saya punya langganan yang harus dilayani. Tidak baik kalau saya mengecewakan para langganan. Sudahlah, kamu istirahat saja menemani Faizi.”

Setelah menolak permintaan Darko, Angeline segera keluar dari kamarnya dan pergi ke dapur.

Darko yang di cuekin Angeline segera bangun dan pergi mengikuti istrinya.

Seketika matanya menatap apa yang sedang di lakukan Angeline dengan perasaan tidak percaya.

Di hadapannya dia melihat Angeline sedang mengangkat setumpuk ikatan besar sayur kangkung segar.

Mata Darko seakan tidak percaya melihat pemandangan ini.

Mana mungkin dia percaya seorang direktur wanita yang terhormat dan seorang wanita yang masuk dalam kriteria wanita tercantik di kota Mandiraja pada saat ini sedang mengangkat setumpuk sayur kangkung segar yang beratnya sekitar sepuluh kilogram.

Darko segera menghentikan apa yang sedang dilakukan Angeline dan mengambil setumpuk daun kangkung di gendongannya.

“Sini saya saja yang bawa sayurannya, istri cantikku tidak boleh bekerja kasar seperti ini.”

Dengan tanpa daya Angeline melepaskan setumpuk sayur kangkung yang sedang di gendong di punggungnya seperti petani dari kampung.

“Kamu ini, saya sudah biasa membawa sayuran sebanyak ini untuk jualan di pasar. Jadi kamu tidak perlu kaget seperti itu.”

“Sudahlah, kalau kemarin kamu sudah terlalu capek membawa sayuran ini ke pasar sendirian. Sekarang saya sudah pulang, jadi biar saya menemani kamu berdagang di pasar.”

“Ayo berangkat, saya juga ingin melihat seperti apa suasana pasar pagi.”

Dikarenakan sudah waktunya untuk jualan di pasar pagi, Angeline tidak terlalu ingin berdebat dengan Darko.

Setelah keluar dari rumah, Angeline berdiri di pinggir jalan menunggu kendaraan yang akan membawanya ke pasar pagi.

Sementara itu Darko berdiri di samping Angeline tanpa tahu apa yang sedang dilakukan istrinya.

Tak lama kemudian terlihat sebuah mobil pick up berjalan perlahan mendekat ke arah mereka.

Saat mobil pick up itu mendekat, mata Darko segera melihat pemandangan yang aneh di depannya.

Di bak belakang terlihat banyak wanita sedang duduk bercampur dengan aneka macam sayuran.

Ternyata mobil pick up ini adalah mobil langganan para pedagang pasar pagi, yang mayoritas penumpangnya adalah wanita.

“Bu Angeline sudah menunggu lama ya?”

Terdengar suara ramah seorang wanita dari bak belakang mobil pengangkut sayuran.

“Eh bu Tati, saya belum lama kok menunggu di sini.”

“Kak masukkan sayur kangkung itu ke mobil, kita juga segera naik ke bak belakang.”

Setelah menyahuti sapaan Tati, Angeline segera menyuruh Darko untuk naik kedalam mobil pembawa sayuran.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status