Share

Kejutan

"Apa ini jawaban dari kesedihanku selama ini? Tidak, ini uang bukan uangku, bukan hakku. Aku harus menyimpannya, aku harus cari tahu pada si alfaqir ini."

Aku pun membereskan semua barang-barangku dan memilih merehatkan badan, melepas penat, terutama melepas mendung pekat yang menyelimuti hati ini.

"Mas Agha, di mana kamu, Mas. Ayo lah cepet pulang. Kamu akan mencariku kan jika kamu sampai di tanah kelahiran kita ini. Aku akan cerita semuanya, Mas. Saat itu kamu akan memilih dan mulai mengambil sikap, jika aku dianggap akan menguasai hartamu, itu salah, Mas. Semua uang yang kamu kirimkan diambil ibu."

Kala itu, aku tidak bisa berbuat apa-apa saat ibu meminta paksa uang kiriman Mas Agha, seribu rupiah pun aku tidak diberi bagian. Aku dilarang untuk mengadukan semuanya sama Mas Agha, jika tidak maka aku akan diusir dari rumah itu.

"Tragis sekali, pada kenyataannya. Aku pun terbuang saat ini."

Mati mungkin lebih ringan bagiku saat ini, tidur saja masih bisa berpotensi mimpi buruk, walau kenyataan itu lebih buruk dari mimpi paling menakutkan.

"Apa yang akan aku lakukan besok? Tidak mungkin aku selalu diam. Jika aku diam, maka orang-orang akan memanfaatkanku."

Tidur terasa begitu singkat, saat bangun aku buru-buru mengecek bingkisan cokelat yang kutemui kemarin sore.

Alhamdulillah masih ada, sekarang saatnya aku bersiap, lalu mencari alfaqir. Entah alfaqir itu adalah namanya, atau mungkin hanya sebatas nama samaran saja.

Tok tok tok

Siapa yang akan mengetuk pintu pagi-pagi buta seperti ini. Aku bergegas menuju pintu, kuputar gagangnya dan saat daun pintu terbuka ternyata tidak ada siapa-siapa di sana. Aku teliti lagi, benar tidak ada siapa-siapa.

Saat aku hendak menutup pintu, tiba-tiba tidak sengaja aku menendang lemah sebuah kotak kecil.

"Apa lagi ini? Rumah ini yang serem, apa mungkin ini keberuntungan bagi setiap penghuni baru kontrakan ini, ya."

Tidak mau ambil pusing, aku pun meraih kotak tersebut. Saat kubuka, ternyata ponsel iPhone keluaran terbaru. Tentu aku terbelalak, siapa yang telah mengirimkan ini.

Aku buru-buru masuk ke dalam rumah, ternyata isinya tidak hanya ponsel, lengkap dengan surat petunjuk di dalamnya.

"Alfaqir."

"Alfaqir lagi, siapa sih orang ini. Kenapa dia sepertinya semisterius ini."

'Gunakan ponsel ini jika kamu membutuhkan, dan ingat, ini adalah hakmu. Kamu tidak perlu ragu ataupun berpikir berkali-kali untuk menggunakannya. Hubungi aku jika kamu perlu sesuatu."

Apa mungkin ini Mas Agha, ya. Tapi kurasa tidak mungkin, ini bukan nomornya. Aku ingat betul angka akhiran nomor ponsel Mas Agha, tetapi aku lupa berapanya. Sehingga aku tidak bisa menghubungi dia.

Semua yang terjadi saat ini, tidak lah pernah aku bayangkan sehingga aku harus susah payah menghapal nomor suamiku. Aku tidak pernah membayangkan, ternyata mertua dan adik iparku setega itu padaku.

"Mas Agha, kamu di mana, Mas."

Beberapa jam merenung, aku mulai mengaktifkan ponsel yang baru saja kuterima. Tentu sebelumnya aku masih berpikir berkali-kali apakah aku harus menggunakannya atau tidak.

"Bismillah. Semoga alfaqir ini bisa memberiku celah terang mengenai semua ini."

Tut tut tut

Tidak ada jawaban, sembari menunggu aku berniat untuk membuka medsosku. Payah sekali, aku gagal masuk. Apa mungkin akunku sudah diubah oleh adik iparku, ya. Bagaimana ini.

Aku mencoba membuat akun baru, aku harus berusaha menghubungi Mas Agha, minimal aku akan mencari nomor untuk bisa menghubunginya.

"Widya, jika kamu merasa pintar, maka lihat saja, aku akan jauh lebih pintar."

Belum juga aku melanjutkan proses pencarian, aku dikejutkan dengan status adik iparku itu. Tentu aku stalking secara diam-diam. Dia memasang status bahwa aku telah meninggalkan Mas Agha? Tentu di sana banyak sekali tetangga-tetangga yang berkomentar miring tentangku.

Tidak menjadi masalah bagiku jika kiranya aku dibuang, aku bisa terima. Namun, statusku masih sah sebagai istri Mas Agha, bagaimana bisa Widya menyebarkan isu-isu seperti itu.

Jariku geram untuk ikut memberikan komentar, ingin sekali mengungkap kebenaran yang sesungguhnya. Namun, apalah daya, sekarang suasana masih sangat tidak memungkinkan. Yang ada, nanti aku malah akan semakin mendapatkan hujatan. Mungkin tuk saat ini sebaiknya aku diam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status