Share

Menantuku Selalu Diam Di Kamar
Menantuku Selalu Diam Di Kamar
Penulis: empat2887

Bab 1

"Roni, kok Ibu perhatikan semenjak kalian menikah dan tinggal di sini, istrimu selalu saja diam di dalam kamar. Apa dia tidak suntuk seharian diam di kamar, keluar kalau hanya untuk ke kamar mandi dan juga makan. Piring kotor dan pakaian kotor bekas pakenya pun tidak pernah mau mencucinya. Ibu juga tidak pernah melihat dia mencuci pakaian kamu, apalagi berinisiatif membantu Ibu membereskan rumah dan juga memasak. Memangnya kenapa sih si Wati itu? Apa dia tidak suka dengan Ibu," tanyaku kepada anak pertamaku, yang sudah satu bulan ini menjadi kepala keluarga dan tinggal di rumahku.

"Ibu jangan berpikir yang tidak-tidak tentang istriku, ia hanya belum terbiasa dengan keadaan rumah tangga ini. Asal Ibu tau, kalau Wati ini dimanja orang tuanya, makanya ia tidak terbiasa dengan pekerjaan seperti itu. Selama bersama orang tuanya, Wati itu tidak pernah mencuci, apalagi mengejakan pekerjaan rumah. Makanya kerjakan saja semuanya sama Ibu, nanti juga kalau sudah terbiasa pasti Wati mau bantu-bantu Ibu kok. Lebih baik sekarang, Ibu jangan mengungkit semua ini, nanti yang ada Wati dengar dan ia bisa ngambek sama Roni. Ibu urus saja urusan Ibu, jangan pernah mencamuri urusan rumah tangga Roni dan Wati lagi. Ibu paham kan maksud Roni," sahut Roni panjang lebar.

"Tapi, Roni, Ibu tidak bermaksud mau mencampuri urusan rumah tangga kalian. Ibu hanya,"

"Sudahlah, Bu, Ibu jangan berkata apa-apa lagi. Malas juga aku meladeni Ibu, aku kira Ibu memanggil aku untuk apa? Ternyata hanya untuk membicarakan hal seperti ini, nggak berfaedah banget sih," ujar Roni, sambil berlalu pergi meninggalkanku.

Ia begitu membela istrinya, bahkan sama sekali tidak menjaga perasaanku yang merupakan Ibu kandungnya. Ibu yang selama sembilan bulan mengandungnya, serta membesarkannya seorang diri, tanpa seorang suami di sampingku.

Karena semenjak anak keduaku yang bernama Reno berumur lima tahun, suamiku meninggalkanku demi wanita lain. Sehingga mengharuskan aku merawat kedua anakku seorang diri.

Dulu Roni tidak pernah seperti itu, jangankan berkata kasar, membantah perkataanku pun tidak. Tapi semenjak Roni menikahi gadis kota yang bernama Wati, sikapnya pun berubah drastis padaku.

"Bu, kenapa Ibu malah bengong di dapur? Sendirian lagi," tanya anak keduaku yang ternyata baru pulang kerja.

"Nggak, Reno, tadi Ibu disini bersama Kakakmu. Tapi sekarang ia sudah kembali ke kamarnya," sahutku.

"Jadi Ibu sudah bertanya kepada Kak Roni, tentang sikap istrinya yang selalu diam saja di kamar? Terus bagaimana respon Kak Roni, apa dia mau mengingatkan istrinya, supaya ia mau membantu Ibu atau bagaimana?" Reno bertanya sambil menatap wajahku dengan begitu intens.

Sepertinya Reno begitu penasaran, dengan respon sang Kakak.

"Reno, Ibu sudah melakukan seperti apa yang kamu sarankan. Hanya saja Kakakmu malah meminta Ibu, supaya Ibu tidak membicarakan perihal istrinya lagi. Ia juga meminta Ibu, supaya Ibu jangan mencampuri urusan rumah tangganya,"

"Apa, Bu, jadi Mas Roni bicara seperti itu kepada Ibu? Kok kurang ajar sekali ya Mas Roni sekarang? Semenjak menikah dengan si Wati itu, ia jadi tidak menghargai Ibu lagi. Sudah jelas istrinya salah karena tidak pernah mau membantu Ibu. Bahkan pakaian dan piring bekas dia dan suaminya pake pun tidak mau mencucinya. Selama ini selalu saja Ibu yang mencuci kan? Kalau memang seperti itu terus, lebih baik Ibu suruh saja mereka pergi. Mereka ngontrak kek atau keridit rumah, supaya mereka belajar mandiri dan tidak terus menerus merepotkan Ibu. Toh Mas Roni sudah berumah tangga, sudah sepatutnya belajar mandiri kan, Bu," sungut Reno.

"Apa maksud kamu, Reno, menyuruh aku dan Mas Roni pergi dari rumah ini? Kamu mau mengusir aku dan Kakakmu dari sini ya, supaya kamu bisa menguasai rumah ini seorang diri," tuding Wati, yang ternyata sudah berada di pintu tengah. Entah sejak kapan ia ada di sana, sebab aku juga tidak ngeh dengan kehadirannya.

Bersambung ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status